Lembar 10

764 70 7
                                    

"Bisakah kamu melihatku sebentar saja?"

♡♡♡

Andai kamu tahu...

Malam itu euforia yang mereka rasakan berbeda dengan euforia yang aku rasakan.

Kamu tahu apa?

Senyummu.

Itu euforia tersendiri bagiku.

Ini mungkin terdengar seperti gombalan.

Serius, aku tidak bermaksud seperti itu.

Ini adiksi.

Aku hanya menjabarkan isi hati.

Tanpa sebuah konspirasi.

***

Aku sebentar lagi gila.

Oh bukan, aku sudah gila.

Ah tidak juga!

Intinya aku benar-benar terkejut saat Arga kali ini benar-benar menatapku!

Astaga.

"Kenapa?"

Aku meneguk ludah susah payah, lalu berkata dengan bibir bergetar. "Ini.. punyamu? Tadi jatoh." Aku menunjukkan sapu tangan berwarna biru malam yang terjatuh saat ia mengambil ponsel dari sakunya tadi.

Ia bergumam kaget lalu mengambil sapu tangan tersebut, "makasih, ya."

Aku tersenyum tanggung sambil mengucapkan kata, "sama-sama."

Ia tersenyum.

Arga benar-benar tersenyum. Untukku.

Mataku bahkan masih terpaku, padahal punggungnya sudah lenyap dari pandangku.

Laki-laki itu...

Selalu berhasil membuat detakan jantungku menggila.

Memang dia siapa, sih? Apa haknya membuat detak jantungku berantakan seperti ini?

Menyebalkan.

"Nai?" Aku menoleh, mendapati Nadia sedang menatapku aneh.

"Itu tadi Arga kan, ya?"

Aku mengangguk kecil.

"Kalian abis ngapain?"

"Hah? Oh, nggak kok. Tadi sapu tangannya jatuh, kebetulan aku liat. Jadi, aku panggil dia." Jelasku sambil meringis.

"Ciee mulai pedekate sama gebetan nih ya haha..."

"Apaan sih..."

♡♡♡

Adiksi Où les histoires vivent. Découvrez maintenant