Bab 4

249K 22.8K 679
                                    

Mungkin dia model, public figure. Tapi bagiku dia aneh, ngomong cinta kok liat fisik - Calya

Aku duduk di sebuah restoran yang sudah disulap dengan suasana romantis. Satu-satunya yang dapat aku syukuri dari tempat ini adalah tempatnya yang privat. Zifran benar-benar merealisasikan ucapannya dulu.

"Mbak Calya saya suka sama matanya Mbak. Mau gak jadi pacar saya?" tanya Zifran saat itu. Selain Zifran aneh, dia juga brondong dan aku anti brondong. Meskipun brondong itu lebih banyak uang dariku dan lebih segalanya pokoknya aku gak mau sama brondong.

Menunggu Zifran yang ngaret itu sudah biasa. Selain aneh dan brondong, kesalahan ketiga Zifran itu dia suka telat. Kadang memang aku harus maklum dengan tingkahnya ini, dia model yang punya jadwal padat. Tapi kami buat janji sudah dari beberapa bulan yang lalu! Seharusnya dia bisa on time dong!

"Malam Mbak Calya cantik!"

Nah akhirnya nongol juga yang ditunggu. Kali ini Zifran sendirian, tanpa manajernya. Biasanya kami akan kencan bertiga, bareng manajernya. Udah kayak kencan diawasi bapak pacar aja emang.

"Tumben sendirian?" tanyaku berusaha ramah. Biar bagaimanapun aku harus deal malam ini juga.

Dari pertama kali jam tangan ini tercipta, Thomas sudah mewanti-wanti untuk mendapatkan Zifran kembali sebagai model. Padahal melobi Zifran itu susah, tapi kata Kesi mudah kalau aku yang maju.

Malam ini, jika aku gagal maka aku harus siap-siap disiksa Thomas. Bos raja tega yang memang hobi menindas seorang Calya yang cantik ini.

"Iya Pak Ari lagi ada kerjaan dan saya juga bisa lebih bebas ngobrol sama Mbak Cal yang cantik," ucap Zifran yang selalu terselip rayuan. Kadang aku sampai pengen muntah dengernya.

Aku tertawa kecil, hanya untuk kesopanan saja. Masih tertanam di dalam otakku bahwa Thomas yang ngamuk itu serem. Artinya aku harus baik-baik dengan Zifran agar semuanya mulus lancar jaya.

"Zifran ini draft kontrak buat produk kali ini, dilampirin juga kok keterangan produknya. Kalau kamu mau liat yang aslinya bisa nanti lewat Mas Ari aku kabarin," kataku mengangsurkan sebuah map ke hadapannya. Aku mau langsung saja, gak mau basa-basi dengan Zifran.

Zifran menatapku sebal, kemudian dia mendengus pelan. Aku tahu dia tidak suka aku langsung tembak begini. Karena biasanya kalau urusan kami sudah selesai aku akan langsung ngacir.

"Kita makan dulu aja Mbak Cal baru bahas soal kerjaan," katanya.

Aku mendesah pasrah, kalau Zifran sudah begini aku harus bagaimana? Kalau dia ngambek bisa habis aku dicincang Thomas.

"Oke gini aja deh. Kamu review dulu draft-nya jadi kita bisa makan sambil nyantai. Kalau tiba-tiba kamu ada urusan mendadak semua sudah beres," kataku memberi saran. Aku tidak ingin kembali dengan tangan kosong.

Boss Dan Mantan (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now