Bab 12

208K 20.6K 256
                                    

Kalau udah terbiasa ada kamu, saat kamu pergi. Rasanya tuh kayak aku kehilangan sepiring pizza - Calya

 Rasanya tuh kayak aku kehilangan sepiring pizza - Calya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Thomas memang paling bisa buat aku uring-uringan. Di note dua hari yang lalu dia berkata besok, tapi nyatanya sampai sekarang dia belum kembali dari luar planet. Besok, kata besok itu artinya panjang, besok emang gak ada ujungnya. Tapi aku kesal juga gak dikasih kepastian begini.

Emang lo siapanya Thomas. Cal?

Hati kecilku menyentil kesadaran itu, aku tahu aku bukan siapa-siapanya Thomas. Tapi aku ini perempuan juga kan? Gak selamanya kebal dengan rayuan dan perlakuan manis model dua hari yang lalu.

Gengsiku mungkin gede dan berada di atas angin. Tapi siapa yang tahu isi hatiku selain aku sendiri? Orang tersenyum belum tentu dia sedang bahagia, siapa yang tahu bahwa di balik senyum itu ada luka?

"Cal lo kenapa sih? Udah berapa hari ini keliatan lesu banget?" tanya Kesi. Saat ini kami sedang makan siang bersama di kafe dekat kantor. Kafe dua hari yang lalu meninggalkan bekas kerinduan. Boleh dong ya seorang Calya galau seperti ini?

"Lo kangen Pak Bos ya?" tebak Kesi. Mungkin beberapa hari yang lalu Kesi selalu bertanya hal ini dengan wajah jenaka, namun hari ini dia bertanya dengan raut serius.

Aku menatap Kesi dengan pandangan lesu. "Maybe," sahutku pelan. Aku sendiri gak tahu pasti aku ini kenapa? Apa aku sedang terjangkit sakit malarindu?

Jadi begini ceritanya, kemarin bunda yang kelihatan gelisah karena anak perawannya gak semangat hidup mulai bawel nanya-nanya. Aku sebagai anak perawan yang cuma punya bunda buat tempat curhat akhirnya ceritalah semuanya dari A sampai Z.

Terakhir bunda cuma bilang, "Ketulah si kamu. Capek deh Bunda ngasih tahu kamu buat gak batu sama Thomas. Enakkan sakit malarindu?"

Ucapan bunda dan segala macam rentetan omelannya bertambah membuatku pusing. Sebentar lagi mungkin aku akan diopname di rumah sakit cinta kali.

Terlambat gak sih buat ngaku kalau aku memang belum bisa move on?

Atau telat gak sih buat ngaku kalau aku terbiasa dengan Thomas?

"Gue ngerasa ada yang kurang aja Kes. Kayak ini mulut gue asem aja gak ada yang ngajakin ribut," kataku pada Kesi.

Aku mengaduk-ngaduk milk shake vanila milikku dengan perasaan tidak menentu. Mau bilang kangen tapi gengsi. Silahkan kalian sumpah serapahi aku dan gengsiku sepuasnya.

Aku ini perempuan didikan bunda yang terlalu mementingkan harga diri. Meskipun terkadang bunda suka lupa diri juga untuk memintaku maju, bunda selalu minta aku untuk memulai duluan memperbaiki hubunganku dengan Thomas.

"Lo itu lagi ada masalah apa sih sama Pak Bos? Bukannya biasanya lo fine-fine aja dia pergi dinas. Terakhir dia pergi satu bulan lo biasa aja," kata Kesi yang mulai menyalakan radar wartawan gosipnya. "Bahkan lo sampai nyumpahin dia buat terjebak di Suriah sana," lanjut Kesi mengingatkan segila apa aku kalau mendoakan Thomas.

Aku diam-diam meringis di dalam hati. Malu juga ketahuan suka menyumpahi tapi ternyata cinta. Beginilah akibat keras kepala gak mau dengar penjelasan orang.

"Ya adalah masalah," jawabku tidak mau terlalu terbuka. Biar bagaimana pun masa lalu Thomas dan aku itu hal yang privasi untuk bisa dibagi dengan Kesi ember bocor.

Kesi menatapku dengan sebal, aku tahu dia akan segera mengataiku. "Batu ah lo Cal! Gue tuh tau ya lo masih cinta mati sama Pak Bos cuma gengsi lo itu. Ternak aja tuh gengsi siapa tau beranak bisa lo jual terus lo dapat duit!" sembur Kesi kesal. Sudah dapat aku prediksi hal ini akan terjadi.

"Seharusnya gue udah kaya dari lama dong Kes."

"Mati aja lo Cal. Heran gue kenapa sih cewek model lo bisa jadi mantan si Bos yang kece selangit itu," Kesi dan segala kenyinyirannya mulai beraksi.

Aku mendelikan mata menatap Kesi. Ini anak kalau ngomong emang gak pernah disaring. Yah, emang semua penghuni divisi publikasi omongannya gak ada yang bener. Orang atasannya model Mas Rangga, sama bocornya dengan kami semua.

"Udah jangan bahas si Thom lagi deh," aku mengibaskan tanganku pelan. "Mending lo kasih tahu gue, malam minggu nanti lo kemana?" kataku membuka pembicaraan baru.

Aku sedang butuh teman galau, pengennya tuh ngajakin nonton gitu. Mumpung besok malam minggu dan sepertinya Thomas masih betah di luar planet sana, tentunya aku harus say good bye sama lemburan.

"Ya jalan lah sama pacar gue. Emanh lo? Jomblo," kesi memeletkan lidahnya meledekku.

Aku cemberut menatap Kesi. "Boleh gak gue ikut jadi nyamuk? Lumayan ditraktir pacar lo," tanyaku yang sepertinya sudah berada di stadium akhir sakit cinta.

"No! Ogah banget lo ikut, jebol ntar dompet yayang gue. Lo kalau minta traktir suka gak menyia-nyiakan kesempatan."

Aku meringis membenarkan ucapan Kesi. Kalau yang gratisan memang aku sih ratunya, tapi soal yang paling bisa membuat jebol kantong itu ya Thomas. Aku masih dendam dia meninggalkan aku di restoran sunda dengan bill yang lumayan buat dompet menjerit.

"Sekali ini aja Kes. Plisss!" aku menangkupkan tanganku di depan dada dengan wajah memelas.

Kesi tetap menggelengkan kepalanya menolak permintaanku. Dia justru memakan cheese cake dengan tenang.

"Kok lo pelit sih sama gue Kes?"

"Ya masa lo mau ikut gue main ke rumah camer gue sih Cal. Entar dikira camer gue, Mas Andi mau kawin dua lagi!" kata Kesi sebal.

Mau tidak mau aku tertawa juga, Kesi kalau mikir memang suka terlalu panjang. Terkadang si Kesi ini cocok untuk jadi penulis skenario sinetron.

"Gak papa lah ya gue ikut Kes. Gue gak ada kerjaan di malam minggu nih."

"Kangen ya lo lembur malam minggu? Biasanya lembur sama Pak Bos kan?"

Aku cemberut menatap Kesi. Memutar otak bagaimana lagi caranya membujuk Kesi. Aku butuh teman malam minggu, ya kali aku masa harus main tinder. Apa aku sedepresi itu?

"Saya kosong kok malam minggu Cal."

Tolong ini suara kok tiba-tiba muncul? Suaranya maskulin dan aku sepertinya kenal siapa pemilik suara itu.

Aku menatap pria tinggi yang berdiri di sebelah meja. Kemudian menatap Kesi yang melihatku dan si pria dengan wajah jahil. Boleh aku tenggelamkan Kesi ke lautan lumpur lapindo?

"Noh Cal ada yang ngajakin malam mingguan. Lumayan makan gratis," ujar Kesi menggodaku yang masih bingung.

Ini kok aku jadi kayak orang blo'on gini sih?

"Saya balik karena kata Bunda kamu sakit. Gak masalahkan kalau saya ajak kamu malam mingguan?" tanya pria sialan yang sudah merusak sistem kerja otakku berapa hari ini.

Pria itu si Thomas Naja!

💍💍💍

Jangan lupa untuk Vote dan Komentar ya^^

Jangan lupa untuk Vote dan Komentar ya^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Boss Dan Mantan (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now