Bab 18

197K 19K 212
                                    

Cal jalan yuk - Zein

Aku dan Thomas mungkin udah jadi perbincangan dimana-mana, setiap kaki melangkah bisik-bisik selalu terdengar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku dan Thomas mungkin udah jadi perbincangan dimana-mana, setiap kaki melangkah bisik-bisik selalu terdengar. Semua karena kejadian waktu launching lusa kemarin. Thomas mah nyantai, dia kan udah biasa jadi sorotan, lah aku? Kok risih ya.

Thomas juga langsung perjalanan dinas ke Paris. Meninggalkan aku dengan sejuta pertanyaan netizen. Wih bahasaku sok netizen-netizenan nih, kebanyakan main sosmed. Eh harusnya bala-bala minceu ya, kan kebanyakan baca lambe tureh.

"Cal lo bacain gosip soal lo dan bos di akun gosip? Gak sekalian aja lo komen?" cibir Kesi saat jam makan siang.

Aku dan Kesi memilih makan di kantor saja, gak nyaman berkeliaran di luar untuk saat ini. Apa lagi barusan akun gosip lain memposting Thomas di Paris bareng Inggrit.

"Penasaran aja sih gue," aku terus menscroll sambil memakan nasi goreng pesananku.

"Lo gak panas soal Thomas yang lagi bareng Inggrit di Paris?" Kesi ini emang kadang kurang ajar, tadi dia manggil Thomas bos, sekarang nama doang. Minta disunat kali ya bonusnya dia.

"Ngapain gue panas, orang emang udah ada agenda dari lama buat perjalanan dinas ini kan?"

Aku emang gak panas, ya kali aku motor perlu dipanasin.

Kesi menatapku dengan wajah mencebik. Entah apa yang dikesalinya, mungkin harapan Kesi aku bakalan ngamuk-ngamuk. Tapi sorry aja ye, aku punya gengsi setinggi bintang.

"Eh cal btw nih ya. Lo ngerasa gak si Zein belakangan ini jarang main sama tantenya?" bisik Kesi pelan. Sebenarnya di ruangan ini bukan hanya ada aku dan Kesi, tapi ada Zein juga.

Pria dengan segala keanehan itu sedang memainkan game mobile legend, padahal di atas mejanya ada seporsi ayam panggang yang sudah dingin karena dianggurin.

"Tantenya kurang memuaskan kali," celetukku setengah berbisik. Zein kalau udah ngegame mana denger suara lagi, dia mah fokus.

Kesi meringis pelan, sepertinya dia tidak bisa membayangkan Zein yang sedang kurang belaian tante.

"Plis lo jangan rusak otak gue Cal!" Kesi menepuk gemas pundakku.

"Dih ogah gue ngerusak otak lo. Yang ada juga lo kali yang ngerusak gue," aku menatap Kesi sambil melirik ke arah Zein. "Gue masih imut polos perawan gini Kes," kataku melanjutkan.

"Cal malam nanti jalan yuk!" Zein tiba-tiba berkelakar dan aku sukses tersedak. Dia mengajakku jalan karena aku bawa-bawa soal perawan?

Aku menatap Zein horor, kenapa Zein sekarang aneh banget sih? Pengen aku sumpal ayam bakarnya itu deh.

Kesi menepuk-nepuk pundakku, dia menyadarkanku dari lamunanku yang sudah melayang kemana-mana. Ini antara Zein gak waras atau memang sudah kehabisan stok tante?

"Zein lo mau gue anter ke dokter?" tanya Kesi yang menatap Zein aneh.

Zein mendengus menatap kami, sepertinya dia sudah selesai dengan game-nya. Aku dan Kesi sama-sama menunggu ucapan Zein. Kira-kira kehororan apa lagi yang akan Zein ucapkan?

"Lo gak mau jalan sama gue Cal?" tanya Zein.

"Lo mau numpang populer ya Zein?" bukan aku yang menjawab tapi Kesi. Susah emang kalau Zein dan Kesi udah adu pendapat gini. Sampai kucing bertelur juga mereka gak akan saling mau mengalah.

Padahal dulu aku sempat curiga si Kesi ada rasa sama Zein, tapi ngeliat sikap Kesi yang begini kok jadi rada gimana gitu. Takut ntar Zein mulu yang diserang Kesi.

"Buruk banget sih prasangka lo Kes," ucap Zein yang kini sudah berjalan ke arah mejaku dengan kotak ayam panggang di tangannya.

Aku dan Kesi memang menggunakan mejaku untuk makan siang, karena memang hanya mejaku yang cukup rapi dan tidak terlalu banyak barang di atasnya. Sedangkan meja Kesi, jangan ditanya udah, penuh dengan berbagai macam pernak-pernik aneh yang aku gak ngerti itu apa.

"Ya lo kelihatan kayak haus belaian, semenjak putus sama tante ya?" cibir Kesi yang kini duduk berseblahan dengan Zein. Sedangkan aku duduk di hadapan mereka.

Ini kok mereka kayaknya tinggal dinikahin aja sih. Oke aku mulai ngelantur lagi.

"Loh Cal sudah makan siang?" sebuah suara berasal dari depan pintu ruangan menyela kegiatan kami.

Aku menatap Bu Naja yang berdiri di muka pintu dengan menenteng rantang tupperware. Ibunya bos besar nongol di sarang kacung, maka akan ada banyak penjilat.

"Eh ada Ibu. Nyari Pak Bos ya Bu?" Kesi bangkit dari duduknya. Untung Zein gak ikut-ikutan, karena dia justru memasang wajah masam.

Ada yang bisa jelaskan sebenarnya Zein ini kenapa sih? Sikap dia belakangan ini aneh banget.

"Enggak ini saya ngariin Cal. Nganterin makan siang," jawab Bu Naja yang masuk ke dalam. Aku sontak berdiri saat mendengar beliau mencariku.

Aku tersenyum menatap Bu Naja yang juga tersenyum. "Ini dimakan rame-rame aja," kata Bu Naja meletakkan satu set rantang di atas mejaku dekat kotak nasi goreng Kesi.

"Makasih Tante. Gak usah repot-repot Tan," kataku rada gak enak hati. Secara ini ibunya bos loh yang datang, berasa kacung yang diperhatikan aja atau emang aku diperhatiin?

"Gak papa Cal buat calon mantu Mama ini," Bu Naja mengedipkan sebelah matanya. Aduh ini ibu sama anak sama aja kelakuannya. Gak Thomas, gak Bu Naja sama-sama berlebihan.

Thomas sudah membuatku menjadi artis dadakan. Bahkan namaku muncul dimana-mana dengan deretan perhiasan pemberian Thomas. Banyak komentar memuji dan lebih banyak lagi yang nyinyir.

Aku sih gak mau ambil pusing komentar orang. Karena mereka cuma bisa komentar tanpa tahu apa yang terjadi. Yah meskipun mereka benar soal aku yang matre. Tapi bagiku, hidup ini harus realistis. Matreku gak berlebihan kok, kalau bukan Thomas yang datang, paling gak itu pria punya pekerjaan, dia bisa ngasih aku makan. Paling enggak gajinya di atas aku, bukan soal matrenya, aku cuma gak mau si pria merasa egonya tersinggung.

"Cal kok ngelamun?" Bu Naja menyentuh pundakku.

Aku tersenyum garing dan berkata, "Gak papa Tan. Cuma lagi mikir gimana caranya biar bisa naik gaji."

Kesi dan Zein seketika tertawa ngakak, mereka tahu otakku gak jauh-jauh dari yang namanya duit. Sedangkan Bu Naja sudah terkekeh geli.

"Nanti kalau udah nikah gak payah kerja dapat duit," goda Bu Naja yang cuma aku tanggapin dengan senyuman. Sementara Kesi sudah terbatuk-batuk.

"Kode ya Bu? Biar Cal bisa jadi mantu?" celetuk Kesi.

Aku menatap Kesi garang. Sementara Zein tersedak ayam panggangnya.

"Kelihatan jelas ya kodenya?" balas Bu Naja yang sepertinya oke-oke aja digoda Kesi. "Harusnya saya kodenya ke Thomas ya?" lanjut Bu Naja dengan kerlingan matanya ke arahku.

💍💍💍

Jangan lupa untuk Vote dan Komentar ya^^

Jangan lupa untuk Vote dan Komentar ya^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Boss Dan Mantan (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now