Bab 6

236K 20.6K 235
                                    

Jangan remehkan radar Bunda yang ngebet anaknya nikah - Calya

Jangan remehkan radar Bunda yang ngebet anaknya nikah - Calya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari minggu dan bangun siang itu merupakan rutinitas wajibku. Apa lagi semalam habis lembur, beuh pulau kapuklah surga yang sesungguhnya. Sip aku mulai lebay dengan kondisi masih bau iler gini.

"Eh nyai! Bangun udah siang!" teriakan cempreng bersama gedoran pintu mengusikku. Kenapa gak sekalian aja itu pintu didobrak dari luar, biar beres urusan.

Aku berjalan terseok-seok menuju pintu yang masih diamuk banteng itu. "Apaan ganggu aja lo buntut kuda," protesku langsung saat menbuka pintu.

Di balik pintu berdiri sosok perempuan dengan wajahku versi lebih muda. Dia Ralya, adik semata wayangku yang rada kurang ajar. Emang sih kurang ajarnya sama aku doang.

Ralya nyegir pepsodent sebelum selanjutnya mendorongku dan menderap masuk kamar. Ini anak mau apa sih?

"Mau apa sih? Gue ngantuk masih."

Aku kembali naik ke atas tempat tidur, memeluk guling dan membiarkan si ekor kuda mengacak-ngacak meja riasku. Aku tahu dia sedang mencari alat-alat makeupku. Ralya dan kelabilan masa SMA-nya memang suka buat pusing kepala.

Dari seminggu yang lalu itu bocah selalu merengek minta dibelikan makeup lengkap seperti tutorial yang sering ditontonnya di youtube. Karena aku sedikit kebal telinga, akhirnya dia menyerah merengek di hari Jum'at. Sebagai gantinya milikku yang diacaknya, sejak hari Sabtu meja riasku sudah seperti kapal oleng. Gak ada bentuknya lagi!

"Kak lipstik lo yang mahal terus bagus itu mana?" tanya Ralya mengusik tidur ayamku.

"Gue tinggal di kantor," sahutku pelan. Untunglah aku sempat menyelamatkan makeup dengan harga selangit, kalau enggak bisa bangkrut. Tanggal masih pertengahan gini dompet sudah kosong. Masih harus menunggu sekitar 10 harian lagi sampai gajian.

Tiba-tiba pintu kamarku yang tadi sempat aku tutup kembali terbuka. Memang aku sengaja tidak mebguncinya, toh yang mengganggu sudah masuk juga. Di depan pintu berdiri Bunda sambil berkacak pinggang.

"Ra! Bunda sudah bilang kalau hari libur jangan ganggu kakakmu," omel Bunda langsung ketika melihat Ralya sedang mengacau di kamarku.

Aku mengulum senyumku, pemandangan yang hanya dapat aku nikmati saat libur. Pemandangan langka saat bisa berkumpul bersama Bunda dan Ralya.

Aku mengambil posisi duduk, bersandar di kepala ranjang dengan bantal dalam pelukanku. "Gak papa Bun. Dia cuma minjam make-up Cal," sahutku membela Ralya. Meskipun rusuh, Ralya tetaplah adik tersayangku.

Ralya sendiri hanya tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapi. Sebenarnya setiap menatap Ralya aku ingin menangis. Apa lagi kalau Bunda tahu, beliau pasti akan tambah sedih.

Tidak ingin larut dalam kesediha, aku turun dari ranjang dan menggandeng tangan Bunda. "Hari ini Bunda punya Cal ya!" teriakku yang hanya dibalas acungan jempol oleh Ralya.

Boss Dan Mantan (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang