05

10.6K 476 31
                                    

"Ayo silakan duduk dan menikmati hidangan kami," ucap Dyan.

"Tunggu sebentar ya, aku panggilkan Devan dulu," ucap Dyan lalu berdiri dan melenggang meninggalkan ruang makan.

Dahi Olin kembali mengerut.

Devan? Siapa? Apa putra mereka?

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Dyan turun dengan seorang anak lelaki bebadan tegap, tinggi, kekar, dan sangat tampan tentunya.

"Nah itu dia mereka," ucap Kevin menunjuk Dyan dan Devan.

Namun, Olin enggan untuk melihatnya karena ia belum siap untuk menerima perjodohan ini.

Ya, Devano Alaric Reynald. Anak pertama keluarga Reynald dan satu-satunya putra dari Kevin dan Dyan. Dia sangat tampan, mapan, baik, ramah, serta pujaan kaum wanita dan dia juga sangat pintar, lantas siapa yang bisa menolaknya?

"Nah ini dia Devan, kenalin Devan. Ini Om Alex dan Tante Raline," ucap Kevin memperkenalkan sahabatnya.

"Lalu ini puteri kedua mereka, kenalkan Caroline," sambung Kevin.

Tak sengaja mata Olin dan Devan beradu tatap dan Olin sangat terpukau melihat ketampanan Devan begitu pun sebaliknya.

OMG, ternyata ganteng banget. Eh! apa-apaan si lo, Lin?! Enggak-enggak lo gak boleh terpesona begitu, ya emang sih dia ganteng. Benak Olin begitu riuh dengan pertanyaan dan pernyataan.

Mereka beradu tatap cukup lama hingga suara deheman memutus pandangan keduanya.

"Hm, kenalan dulu dong," ucap Dyan tersenyum menggoda.

"I-iya, Tante," ucap Olin gugup.

"Devan,"

"Olin,"

Lalu Dyan tersenyum dan berujar. "Nah kalau begitu, mari nikmati hidangannya."

Mereka semua langsung menikmati, dan sesekali bersenda gurau bersama. Bahkan ada perbincangan masa lampau yang mereka lalui.

Namun, tidak dengan Olin yang merasa aneh dan risih. Dirinya merasa diperhatikan oleh seseorang. Tapi, dia tidak berani untuk melihat siapa orang tersebut.

"Ya ampun, kok gue deg-degan gini sih." gumam Olin dalam hati, bahkan ia memegang sendok pun gemetaran.

Raline melihat anaknya bingung. "Loh Olin, kamu kenapa? Kok tangannya gemeteran gitu?"

Olin tergagap. "Eh... Hm... Enggak Mom, gak apa-apa," ucap Olin gugup semua orang di sana tertawa termasuk Devan.

Lagi-lagi Olin terpesona melihat ketampanan Devan yang sedang tertawa.

"Aduh, ganteng banget si!! Meleleh adek, Bang!" Olin menggigit bibir bawahnya karena takut kelepasan.

Mereka menghabiskan makanan mereka sampai Dyan berkata. "Dev, ajak Olin keliling rumah tuh. Kalau gak ajak ke taman aja," perintah Dyan yang ingin keduanya dekat.

"Iya, Ma," Devan menurutinya.

"Tuh Olin, kamu lihat-lihat rumah ini biar tau tempat-tempatnya," ucap Raline lembut.

Haruskah Olin tau isi rumah ini, padahal dia bukanlah siapa-siapa. Namun, apalah daya Olin yang hanya bisa mengangguk pasrah. "Iya, Mom."

Olin berdiri mengikuti Devan yang sudah berjalan terlebih dahulu.

- - -

Mereka dalam keadaan canggung sekaligus malu sampai tidak ada obrolan sama sekali. Hingga Devan yang memecahkan keheningan.

"Lin," Olin pun terkejut dan menengok.

PRINCE PILOT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang