36

4.6K 149 5
                                    

Tolong koreksi bila ada typo dan semacamnya.

Jangan lupa vote dan komennya
_________________________________________

Olin sampai di alamat yang dikirim Devan sebelumnya. Di hadapannya terdapat sebuah gedung restoran yang berdiri kokoh, nampak mewah dari luar. Namun, mengapa terlihat sepi pengunjung?

Apa Devan keliru saat mengirim alamatnya? pikir Olin.

Ia mengecek kembali alamat tersebut dan nampaknya tidak ada yang salah. Titik koordinatnya merujuk ke gedung itu.

Tanpa berpikir lagi, Olin masuk ke dalam restoran. Menghampiri seorang pelayan wanita yang tengah berdiri sambil tersenyum padanya.

"Selamat datang, Nona Caroline," sapa pelayan tersebut beramah-tamah. Olin hanya membalas senyum dengan tatapan bingungnya.

"Mari saya tunjukan jalannya," ujar pelayan itu mempersilakan Olin.

Olin mengikuti kemana pelayan itu membawanya. Ia terkagum dengan banyaknya lilin yang menghiasi sepanjang jalan, nampak indah dan elegan.

"Mungkin ada yang mau lamaran, romantis banget sih."

Pelayan tersebut terhenti di depan sebuah ruangan, dan mempersilakan Olin untuk masuk.

Olin membuka pintu perlahan. Lagi dan lagi, ia terkagum dengan interior yang berada di dalamnya.

Ada jejeran lilin yang membentuk jalan setapak. Olin menusuri lilin tersebut dan terhenti di depan sebuah meja. Matanya menelisik hingga menemukan secarik kertas di atas meja.

Look back?

Olin berbalik dan menemukan Devan tengah berdiri dengan senyum manisnya. Dengan memakai setelan jas membuatnya semakin tampan dan berwibawa.

"Devan?" panggil Olin.

Devan tersenyum, dan berjalan mendekat. "Hai? Gimana harimu? I hope, your day is nice."

"Yup, it's a nice day. Thank you," sahut Olin gembira.

"Aku ingin mengucapkan terima kasih sekaligus maaf padamu," kata Devan menatap Olin dalam.

"Terima kasih telah hadir dalam hidupku. Terima kasih telah mewarnai hidupku. Terima kasih telah meporak-porandakan hatiku."

Devan menggenggam tangan Olin saat melihat mata gadis itu mulai berkaca-kaca.

"Dan maaf. Maaf karena aku, kamu tersakiti. Maaf karena aku, kamu terluka. Maaf karena aku, kamu menjadi sasaran musuh-musuhku. Satu lagi, maaf karena belum bisa menjagamu dengan baik."

Olin mulai meneteskan air mata karena Devan terdengar begitu tulus saat megucapkannya.

"Maaf. Sepertinya, aku tidak bisa melanjutkan semuanya," ujar Devan ambigu.

"Maksud kamu?" tanya Olin parau.

"Aku tidak mau membuat kamu terluka lebih jauh," kata Devan penuh penyesalan.

Olin melepas paksa genggaman Devan lalu mengusap air matanya. "Maksud kamu apa sih, Dev?" ujar Olin tak sabaran.

"Aku mau kita berhenti sampai di sini," ujar Devan penuh penegasan.

Olin menatapnya tak percaya. "Setelah yang kita lalui. Kamu ingin kita terhenti sampai di sini? Maksud kamu apa hah?!"

"Aku sudah menjelaskan sebelumnya. Kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini," ujar Devan dingin.

Air mata Olin turun semakin banyak, dan menatap Devan dengan tatapan tak percaya. Ia tak menyangka, perasaannya tak berbalas. Lalu buat apa ia membuka hati untuk Devan.

PRINCE PILOT [END]Where stories live. Discover now