29

3.1K 146 3
                                    

Direkomendasikan untuk menyetel mulmed
Jangan lupa untuk tekan bintangnya. Tekan itu gak sampe lamanya nulis part ini kok haha

---○○---

Devan pulang dengan perasaan campur aduk. Bahkan ia terlihat seperti orang linglung.

"A—aku, aku mau kita selesaikan semuanya sekarang."

Satu kata itu terus berdengung dipendengarannya.

"M—maksud kamu?" tanya Devan linglung.

Olin menghela nafas panjang. "Sepertinya kita harus mengakhiri semuanya."

"Kenapa?"

"Kita belum bisa untuk melanjutkan pertunangan ini," ujar Olin lirih.

"Kenapa gak bisa? Please Lin, aku sangat sangat minta maaf kalau kamu marah karena tadi buat kamu khawatir sampai nangis." Devan menumpukan lututnya di lantai dan menggenggam erat kedua tangan Olin.

Mata Devan menunjukkan sarat akan bersalah. Ah mata itu, mata tajam nan meneduhkan yang akan selalu Olin rindukan.

Tapi, ia harus menahan egonya dahulu untuk saat ini. Sampai semuanya selesai.

Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, hingga Olin harus mendongakkan kepala untuk menahannya. Ingin terisak tapi, dipendamnya dengan merapatkan bibir serapat mungkin sampai bibirnya terasa perih.

"I'm so sorry, Dev."

"Please don't hate me."

"I'm still loving you. And always!"

Batin Olin berteriak, ingin rasanya memeluk erat sang kekasih. Tapi, mulutnya terkunci.

"Why are you doing this?"

"Apa kesalahanku sefatal itu?" tanya Devan lebih mengeratkan genggamannya pada tangan Olin sambil menatap matanya lekat.

"Jelaskan, Lin!" geram Devan.

"Pergi dari sini sekarang, memang sebaiknya pertunangan itu tidak terjadi! Karena itu hanya membuatku tersiksa! Apa kamu mengerti?!" sentak Olin membuat Devan terpaku mendengarnya.

Membuatnya tersiksa?

Apakah selama ini senyumannya palsu?

Kenapa...

Devan tersenyum getir. "Maafkan aku. Maaf kalau aku membuatmu tersiksa."

Devan menatap mata Olin dalam yang tersirat kepedihan.

"Baiklah. Saya pamit, maaf mengganggu Anda. Selamat beristirahat, dan untuk batalnya pertunangan ini biar saya yang memberitahu masing-masing keluarga. Permisi."

Deg.

Olin semakin sakit mendengar suara yang sarat luka itu. Dalam hatinya terus menggumamkan kata maaf untuk Devan.

Ia terus menatap punggung tegap yang selalu hangat saat dipeluknya.

Devan menghentikan motornya di tepi jalan. Ia tak bisa fokus saat ini untuk mengendarai. Pikirannya selalu tertuju kalimat yang menyesakkan itu.

Mencoba bernafas teratur sambil menenangkan pikiran. Ia memutuskan untuk ke sebuah tempat, di mana itu adalah tempat yang selalu menjadi pilihannya saat gundah.

Ya, tempat ini memang selalu berkesan untuk dirinya. Di mana semua itu bermula di sini.

Devan merebahkan tubuhnya di atas rerumputan. Bau embun terasa di indra penciumannya.

Ia memejamkan mata sembari menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Mungkin ini memang akhirnya. Ia akan membahasnya nanti dengan keluarganya. Apapun keputusannya semoga lebih baik.

- - - - -

"Ma, Pa. Aku mau ngomong sesuatu," ujar Devan datar. Dyan, dan Kevin saling melirik.

"Ada apa, Van? Kayaknya serius banget?" tanya Dyan menepuk sofa di sebelahnya yang kosong.

Devan duduk di samping Dyan lalu menghela nafas. Siap tak siap ia harus memberitahu.

"Aku membatalkan pertunangan ini." ujarnya membuat Dyan dan Kevin terkejut.

"Memangnya kenapa? Bukannya selama ini kalian baik-baik saja? Kenapa tiba-tiba mau menghentikan pertunangan ini?" tanya Dyan menuntut.

"Kalian ada masalah?" tanya Kevin.

Devan menggeleng. "Memang sudah seharusnya pertunangan ini tidak dilanjutkan. Karena ini hanya menyulitkan kami."

"Apa yang menyulitkan kalian?" tanya Kevin sembari mengerutkan dahi.

"Sebenarnya aku sudah memiliki kekasih yang aku cintai. Dan itu membuatnya sakit dengan dilanjutkannya acara ini."

Maaf Ma, Pa.

"Sepertinya kamu perlu beristirahat. Tenangkanlah pikiranmu dahulu, baru kita membicarakannya lagi," kata Kevin memberi usul.

"Aku harap kalian mengerti, aku pamit ke atas," ujarnya lebih tegas.

Dyan dan Kevin menatap Devan yang semakin menjauh dengan raut kebingungan.

"Pa, ada apa ini sebenarnya?" tanya Dyan menatap Kevin khawatir.

"Sudah, kamu tenang saja. Aku akan mencari tahu," ujar Kevin sembari menenangkan Dyan.

Kevin memeluk Dyan dan mengelus punggungnya, ia masih tak habis pikir dengan ucapan Devan yang ingin membatalkan pertunangan ini.

Sepertinya ada yang tidak beres. Aku harus mencari tahu.

- - - - -

Knock! Knock!

"Lin. Apa mommy boleh masuk?" tanya Raline hati-hati.

Sebelumnya Raline sempat mendengar sedikit percekcokan putrinya dengan Devan.

"Masuk aja Mom, gak dikunci kok," sahut Olin.

"Hey, what's going on? Any problem?" tanya Raline hati-hati.

Olin menggeleng dan memeluk erat Raline. Dengan berada di pelukan Raline ia merasa sedikit tenang.

"Sorry, Mom sedikit mendengar tadi. Kenapa kamu melakukan itu, Sayang. Pasti Devan sangat kesakitan, dan kamupun sama."

"I'm so sorry, Mom. Aku sudah mengecewakan kalian," ujar Olin lirih.

"Hey, bukan itu yang Mommy maksud. Kenapa kamu tiba-tiba membatalkan pertunangan ini? Jika ada masalah, selesaikanlah dengan kepala dingin. Tidak baik mengambil keputusan saat kamu sendiri sedang kalut," ujarnya lembut.

"Aku harus melakukannya Mom. Kalau pertunangan ini dilanjutkan, tidak akan baik untuk kedepannya. Aku tidak mau egois," kata Olin.

"Ya sudah. Kamu istirahat dulu saja ya, pikirkan ini setelah kamu membaik. Mom hanya bisa mendukung apapun keputusan kamu."

"Thanks, Mom. I love you," kata Olin

"Love you more," Raline mencium kening Olin lalu mengelus rambutnya. Ia sedih melihat putrinya seperti ini. Ia yakin, Olin pasti masih mencintai Devan. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan putrinya. Entah ia yang mencari tahunya sendiri atau Olin yang memberitahunya langsung.

- - - - -

"Ya, segera cari tahu secepatnya. Saya tunggu sampai lusa."

Tut.

Ia tersenyum misterius sambil memutar ponsel yang berada di genggamannya.

"I can't wait."

TBC

Yap ngerasa ya chapternya pendek, atau ngerasa digantungin kaya sama doi? hahaha.
Aku sengaja siapin kejutan wow untuk chapter selanjutnya. Maaf, kawan.
Sampai Jumpa dipart selanjutnya
Luv U.

PRINCE PILOT [END]Where stories live. Discover now