CHAPTER 07

3.5K 444 15
                                    

"Kenapa mama datang tak bilang-bilang, sih?" Yoojung begitu terkejut ketika membuka apartemennya dan melihat sepatu mamanya disana. Buru-buru ia berlari ke kamarnya dan memandangi setiap sudut ruangan mencari Jungkook. Kira-kira dimana pemuda itu bersembunyi?

Mama sedang sibuk membersihkan isi kulkas dan mengisinya dengan berbagai makanan yang dibuatnya di Busan. Apartemennya begitu rapi dan ia tak merasakan keberadaan Jungkook. Ia menutup pintu kamarnya yang terbuka, takut-takut nantinya ternyata ada Jungkook disana atau sesuatu hal yang membuat mamanya khawatir dan curiga.

Yoojung berjalan mendekati mamanya dan duduk di meja makan memperhatikan punggung mamanya yang sedang merapikan kulkas. "Kenapa mama membawa banyak sekali makanan?"

"Mama tahu kamu sangat jarang memasak dan memilih memesan makanan di luar. Kau juga pastinya rindu masakan mama, kan?"

Yoojung terkekeh. Kedua tangannya dinaikkan ke atas meja makan sedang ia menumpu dagunya. Mamanya telah selesai memasukkan makanan baru ke dalam kulkas. Wanita paruh baya itu berbalik dan tersenyum mendapati putrinya yang memandangiya dengan senyuman. Sembari menaruh beberapa sampah makanan busuk dari kulkas ke dalam tempat sampah di bawah meja dapur, ibunya bertanya, "Apakah kau berkencan dengan seseorang?"

"Eh? Kenapa mama bertanya? Kenal dengan pria saja tidak pernah." Selorohnya. Namun sejurus kemudian ia membulatkan matanya teringat sesuatu. Bukankan Jungkook juga seorang pria? Benar juga, itu berarti Jungkook adalah teman pria pertamanya.

Menyadari hal itu Yoojung merasa hebat. Bahkan teman pertama prianya telah hidup satu atap dengannya. Lebih dari itu, mereka berdua telah sama-sama menunjukkan tubuh mereka. Gila bukan?!

Mengingatnya membuat Yoojung cemas. Kira-kira Jungkook ada dimana sekarang?

"Eish, dasar gadis pembohong. Bisa-bisanya kau berbohong pada mama."

"Apa maksud mama?"

Raeyong, ibu Yoojung berjalan mendekati meja makan dan duduk di hadapan putrinya. Ia meletakkan kedua tangannya di meja sama seperti yang Yoojung lakukan. "kalau begitu jelaskan pada mama, apa arti baju pria yang berserakan di kamarmu. Mama juga lihat di jemuran ada celana dalam pria. Jangan-jangan tanpa sepengetahuan mama kau telah tinggal bersama pria selama ini?"

Yoojung membelalakkan matanya. Ia tertawa menipu, "Ahhahah, apa maksud mama? Baju pria apanya?"

Terkutuklah kau anjing sialan!

"Jujurlah pada mama. Kau sedang berkencan dengan seseorang kan?"

Yoojung mengibaskan tangannya sambil menekuk mulut. "Tidak, tidak. Seniorku kemarin datang kesini dan dia kehujanan. Jadi, aku menolongnya."

Ibu Yoojung menganggukkan kepalanya pelan. "Ah, itulah mengapa ada baju pria di kamarmu. Mama sering melihatnya di drama. Seorang pria basah, dan dia akhirnya terpaksa menginap di apartemen si perempuan. Suasana hujan, hanya berdua, lampu remang..."

Yoojung memotong perkataan mamanya dengan cepat. Mamanya berfantasi terlalu jauh. Meski sebenarnya ada yang lebih gila dari itu. "Apa yang mama pikirkan? Aku masih suci, ma. Belum tersentuh lelaki manapun."

"Iya, iya. Mama percaya."

Setelah tiga jam lamanya mama berkunjung dan memeriksa semua keperluan Yoojung di apartemen, dari makanan, kebutuhan mandi, dan lain-lain, akhirnya Yoojung bisa bernafas lega. Ia cemas sekali setiap kali mamanya menatap celana dalam Jungkook di jemuran dengan pandangan seakan masih tidak percaya akan pengakuan Yoojung.

Yoojung melambaikan tangan menatap kepergian ibunya dengan taxi. Sejurus kemudian ia kembali berlari memasuki gedung apartemen. Ia benar-benar harus memastikan dimana Jungkook. Sekaligus sepertinya ia akan mengomel panjang lebar mengenai banyak hal.

---

"Iya, iya. Aku mengerti. Berhentilah mengomel, sayang. Kau akan semakin cepat tua jika begitu."

Yoojung menghela nafas panjang. Sebenarnya ia masih akan mengomel lagi tentang panggilan 'sayang, honey' dan sejenisnya yang selalu Jungkook lontarkan. Namun ia terlalu lelah. Terlalu lelah untuk berdebat dengan Jungkook. Memutuskan membaringkan tubuh di sofa, Yoojung berguman, "Ah hausnya."

Mendengar hal tersebut, Jungkook berinisiatif bangkit dari duduknya dan mengambil segelas air putih. Lantas menyodorkan kepada Yoojung. Melihat gadis itu menerimanya tanpa dibumbui pelototan tajam membuat Jungkook senang.

"Jadi, apakah kita harus mengaku pada ibumu bahwa kita berkencan?"

"Kau mau mati, ya?"

"Kulihat, ibumu tadi sepertinya sangat senang mendapati bajuku di dalam kamarmu. Sudah berapa lama kau menjomblo?"

Tiba-tiba Yoojung merasa kepalanya pening.



To be continued.

[Jangan lupa tinggalkan jejak, yaw]

Mad Dog✔Where stories live. Discover now