CHAPTER 26

2.7K 323 8
                                    

"Kau membolos lagi?" Yoojung berkacak pinggang mendapati adiknya datang dan langsung merebahkan diri di sofa ruang tengah. Bukannya menjawab Yoora malah mencari sosok pemuda tampan bermarga Jeon itu. "Mana oppa tampan yang tinggal disini?"

Karena Yoojung belum tahu bahwa Yoora sudah mengetahui identitas asli Jungkook, Yoojung sedikit terkejut dan bingung. "Oppa tampan, siapa yang kau maksud?"

"Eih.. aku sudah tahu, kak! Tidak usah disembunyikan lagi. Dia juga bisa berubah jadi anjing, kan?"

Yoojung membulatkan matanya. Bagaimana bisa... ough si Jeon sialan itu!

"Tapi kenapa kau biasa saja?" Yoojung berjalan mendekati adiknya dan duduk lantai beralas karpet. Kedua tangan menunpu wajahnya di atas meja.

"Aku kaget pada awalnya. Bahkan pingsan. Tapi, aku lebih mempercayai Kak Jungkook daripada si Park Jimin itu."

Sekali lagi Yoojung dibuat kaget. "Bagaimana kau tahu tentang Jimin?"

"Kakak pikir aku siapa? Aku Kim Yoora! Aku tahu banyak hal tentang kakak. Jadi kak, beritahu aku, apakah kakak menyembunyikan sesuatu dariku?"

Yoojung mendesah resah. Ia sendiri tak tahu apa yang harus ia sembunyikan dari semua orang. Memang apa? Ia sudah memberitahu hubungannya dengan Jimin kepada Minseon. Ia juga tak menyembunyikannya dari Jungkook atau yang lainnya. "Kenapa kau berpikir aku sedang menyembunyikan sesuatu?"

Memang benar ia tak menyembunyikan apapu. Apakah sikapnya selama beberapa hari terakhir ini membuat semua orang di sekitarnya berpikir ia tengah menyembunyikan sesuatu? Well, ia tak menyalahkan pemikiran mereka. Ia menyadari sikapnya belakangan ini.

Yoojung sedang merasa tertekan. Terhadap Jimin ia merasa sesuatu yang aneh. Menakutkan. Yoojung resah akan hal tersebut. Tentang Park Jimin yang sekan bukanlah sosok yang ia kenal dulu.

"Kakak terlihat tertekan belakangan ini. Apakah aku salah?"

Yoora benar. Ia memang sedang tertekan.

"Katakan padaku kak, apa yang membuatmu tertekan?"

Yoojung bukanlah tipe perempuan yang senang membuat orang lain khawatir. Ia juga tak senang Yoora masuk terlalu jauh dalam urusannya. Bagaimanapun juga Yoora masih SMA dan harus fokus untuk ujiannya nanti bukan malah mengkhaatirkan dirinya. "Sudahlah. Itu bukan masalah yang besar. Kau lapa? Mau kakak buatkan panekuk?"

Dia memang kakak yang Yoora kenal. Mudah sekali mengganti topik. Yoora jengkel dibuatnya. Namun apa yang bisa ia perbuat jika Yoojung memanglah kakak yang keras kepala seperti yang ia kenal.

---

Jungkook telah tiba di Jepang. Tengah mempersiapkan diri dengan jasnya untuk pertemuannya dengan tamu penting. Ia menelpon Namjoon barusan menanyakan kabar Yoojung. Katanya, saat ini Yoojung baik-baik saja dan bahkan adiknya datang.

Yoora datang lagi? Bukankah harusnya bocah itu berangkat sekolah? Namun Jungkook sedikit bernapas lega. Baguslah jika ada Yoora di sisi Yoojung. Setidaknya Jimin tak akan memasuki apartemen Yoojung.

"Tuan mobilnya sudah siap!" ucap seorang asisten wanita yang memang ditugaskan untuk mengurusi seluruh keperluannya. Jungkook tersenyum simpul. "Baiklah. Aku akan turun 5 menit lagi."

Jungkook menatap dirinya di cermin. Dua hari lagi. Esok adalah hari terakhirnya di Jepang. Selepas menghadiri makan malam dengan presdir UQ Group, ia akan bisa langsung pulang. Ia akan mengutus Riel, asistennya, untuk memesankan tiket pesawat. Jadi, ia bisa langsung pulang kembali ke Korea setelah makan malam berakhir.

Semoga selama itu, Yoojung akan tetap baik-baik saja. Tidak seperti firasat buruknya.

---

Yoora memilih berjalan-jalan selepas kakaknya berangkat kuliah. Ia sempat mendelik tajam melihat Jimin menjemput kakaknya dengan mobil mewahnya. Sembari berjalan santai menyusuri jalanan Seoul, Yoora menyumpal sebelah telinganya dengan earphone, mendengarkan lagu dari boyband favoritnya. Sama dengan Kim Yoojung, ia juga seorang fans dari BTS. Itulah mengapa list lagu di handphonenya adalah lagu-lagu milik BTS.

Yoora hanya berkeliling di sekitar komplek tempat tinggal kakaknya. Ia terus berjalan dan sesekali menggerakkan tangannya menarikan tarian dari lagu 'Fire-BTS'. Kakinya terus membawanya memutarai komplek hingga berakhir kembali di depan gedung apartemen kakaknya.

Langkahnya terhenti begitu irisnya menangkap sebuah mobil hyundai hitam dengan kaca yang terbuka menampilkan sosok wanita tua di dalamnya menatapnya sembari tersenyum ramah. Yoora mendekatinya sembari tersenyum. "Ada yang bisa saya bantu, nyonya?"

Nenek Choi tertawa. "Panggil aku nenek saja."

Yoora terkekeh. "Baiklah, nek. Apakah nenek sedang menunggu seseorang?"

"Ya. Nenek sedang menunggumu."

"Eh?" karena Yoora belum mengenal Nenek Choi, kedua alisnya terangkat. Ia bingung.

"Masuklah ke dalam mobil. Ada yang perlu nenek bicarakan denganmu."





To be continued.

Mad Dog✔Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα