CHAPTER 34

2.7K 339 16
                                    

Jungkook tak pernah tahu kapan perubahan itu terjadi. Ia hanya berharap, ia tak akan pernah merubah wujudnya menjadi monster mengerikan seperti ayahnya juga kakeknya. Jangan sampai. Bahkan neneknya terus melatihnya untuk mengontrol emosi.

Namun tak pernah ada yang tahu sejauh mana seseorang dapat menahan emosinya. Terkadang meski kau adalah orang yang paling mahir mengontrol emosimu, ada saat dimana kau tak tahu kenapa tiba-tiba emosimu menjadi meluap-luap. Tak terkontrol dan bahkan dapat membahayakan orang sekitarmu.

Ia tak peduli jika seandainya itu terjadi dan dunia mengetahuinya. Hanya satu yang ia takutkan. Jika seandainya Yoojung mengetahuinya dan pergi meninggalkan hidupnya. Seperti ibu meninggalkan ayahnya atau nenek yang meninggalkan kakeknya.

Ia telah berkali-kali menghadapi perpisahan dengan orang yang ia cintai. Dan ia takut jika Yoojung melakukan hal yang sama seperti mereka.

Jungkook tak pernah berharap ia jatuh cinta pada seorang gadis. Ia bahkan menghindarinya karena ia tahu, sekali dirinya jatuh cinta pada seorang gadis, tubuh dan juga hatinya akan otomatis berpusat pada gadis tersebut. Seolah dunia miliknya dalah dalam diri gadis tersebut. Dan ia tak akan lagi berpaling pada gadis manapun.

Namun siapa yang tahu kapan cinta akan datang. Jungkook kecil memang tak pernah tahu soal jatuh cinta. Ketika mama meninggalkannya, dan ayah yang tak akan pernah pulang ke rumah dalam waktu yang lama, seolah membuat seluruh dunianya hancur. Ia benci berangkat sekolah karena teman-teman akan selalu mengoloknya sebagai anak seorang pembunuh.

Namun hari itu, di taman bermain dengan wujud seekor anjing, Yoojung kecil datang. Tertawa riang mengangkat tubuh anjing Jungkook dan mengajaknya bermain. Berhari-hari setelahnya Jungkook menjadi senang datang ke taman bermain dengan wujud anjingnya. Ia tak pernah memiliki teman sebelumnya. Oleh karena itu, kedatangan Yoojung seolah membawa sinar kebahagiaan padanya.

---

Jungkook menggeram marah. Kuku-kuku jarinya memanjang dan menghitam. Jimin menelan salivanya berat terkejut akan makhluk yang kini ia lihat. Namun sejurus kemudian, pemuda bersurai pirang tersebut malah tertawa keras.

"Dasar monster menjijikkan." Desisnya. "Aku selalu bertanya, kemana anjing kecil yang pernah Yoojung pungut. Aku selalu mengawasi, kenapa ada seorang pemuda keluar dari apartemen yoojung padahal aku tak pernah melihatnya masuk. Aku sering melihat anjing kecil berkeliaran keluar-masuk. Namun aku jarang melihatmu seperti itu."

Jimin terkekeh kembali, mengusap surainya dan menatap tajam Jungkook tanpa rasa takut.

Jungkook mengeram. Tak ada lagi jiwa manusia dalam dirinya. Semua tertelan oleh monster mengerikan yang menguasai dirinya. Yoojung terpaku di atas sofa. Bergetar ngeri demi melihat wujud lain Jungkook.

"Kenapa? Kau marah melihatku bersama Yoojung? Bahkan aku yakin setelah melihat ini Yoojung akan lebih memilihku ketimbang monster mengerikan sepertimu."

Jungkook mengeram marah. Sepersekon detik kemudian, tanpa Jimin prediksikan Jungkook melompat menerjang. Mendorong tubuh Jimin dan memberikan sayatan panjang di dada telanjangnya. Jimin mengumpat. Jungkook menggeram.

Sementara Yoora dan Yoojung berteriak bersamaan. Yoora segera meraih handphonenya dan menelpon Nenek Choi cepat. Memalingkan pandangan dan berlari melindungi dirinya sendiri. "Eonni! Ppalli! Kenapa melamun?!" teriak Yoora menyuruh kakaknya berlindung di balik meja dapur.

Jungkook menatap tajam Jimin yang kini malah terkekeh bak orang gila tak peduli dadanya terluka oleh Jungkook. "Kau mau membunuhku? Geurae! Lakukan saja. Mari kita hancur bersama-sama. Sehingga tak ada satupun yang mendapatkan Yoojung." Terkekeh keras dan sekali lagi mendapat tinjuan bertubi-tubi di wajahnya oleh Jungkook.

Yoojung tak bergerak dari atas sofa seperti yang Yoora harapkan. Malahan, kakaknya itu berdiri perlahan, meski dengan bergetar takut mendekati Jungkook yang tengah menghajar Jimin bak kesetanan di sudut ruangan. Yoojung seakan berharap bisa menghentikan Jungkook.

"Jju..jungkook-a.." panggilnya dengan suara bergetar. Ia dapat melihat Jimin berusaha menahan pukulan dan cakaran Jungkook. Bahkan darah mulai mengotori lantai dan Yoojung yakin itu adalah darah Jimin. Yoojung harus menghentikan Jungkook sebelum semuanya terlambat dan menjadi semakin rumit.

"Taengie-aa.." panggilnya lagi. Jungkook menggeram. "Geumanhe."

Yoojung menarik nafas panjang, mengabaikan teriakan Yoora. Tidak. Ini tidak akan berhasil hanya dengan memanggil nama Jungkook. Lantas setelah mengumpulkan keberanian di ujung telapaknya, Yoojung mencoba meraih punda Jungkook.

"Jungkook-a.. henti.. akhhh!"

Sayangnya, Jungkook malah berbalik menangkis tangan Yoojung dan mencakarnya. Gadis itu terjengkang ke belakang membuat Yoora berteriak panik. Saat itulah, begitu mendengar Yoojung berteriak, terjatuh sembari memegang lengannya yang mulai berdarah, Jungkook berbalik.

Yoojung melihat Jimin telah pingsan dibalik tubuhnya. Ia bergerak mendekati Yoojung membuat gadis itu bergidik ngeri. Dengan tangan bergetar, Yoojung menjulurkan tangannya mengusap surai Jungkook. "Hentikan, Jung. Hh.. kumohon..hh.." Jungkook duduk berjongkok di hadapan Yoojung. Memajukan wajah monsternya dan mencium aroma Yoojung.

Namun, tiba-tiba sebuah tongkat bisbol melayang dengan keras pada kepala Jungkook. Jimin yang awalnya ia kira telah pingsan rupanya masih sadar dan menunggu kesempatan. Ia memukul Jungkook dengan tongkat bisbol berkali-kali. Meski ia tahu Jungkook telah roboh dan pingsan, Jimin terus memukulnya.

"Mati... mati! Mati!" teriak Jimin kesetanan. "Dasar monster menjijikkan! B*ngsat!" Saat itulah kemudian perlahan Jungkook kembali berubah menjadi manusia lengkap dengan darah dan memar di wajahnya. Jimin masih terus memukuli Jungkook dengan tongkat bisbol yang ia temukan.

"Hentikan, sunbae!" teriak Yoojung. Menerjang Jimin dan jatuh bersama. Sejurus kemudian beberapa langkah kaki bergerak berlari masuk ke dalam apartemen. Yoora mengintip dari balik meja dapur.

"Angkat tangan kalian!"

Beberapa polisi datang menodongkan pistol. Nenek Choi datang beberapa selang kemudian menatap terkejut seisi ruangan. Lebih-lebih melihat Jungkook pingsan dengan darah mulai mengalir di kepalanya. Lantas berteriak panik dan marah. "Panggil ambulan! Sekarang!"

Sedangkan itu, Jimin malah tertawa keras bak orang gila. SHIT!









To be continued.

Mad Dog✔Where stories live. Discover now