CHAPTER 14

3K 399 9
                                    

"Ayolah, Yoo, kau harus berani!"

Yoojung melirik tajam Minseon yang semakin hari menjadi sangat menyebalkan. Gadis itu terus saja mendorongnya untuk menembak Jimin. meski ia sedikit merasa terdorong untuk melakukan hal tersbeut, namun sekali lagi, secuil rasa ketidak percayaan dirinya menahannya.

Apakah mungkin Jimin menerima gadis sepertinya?

"Kau harus mencobanya. Hei, kau tak lihat semenjak Jimin dan Ahrin putus, banyak gadis yang selalu berusaha mendekati Jimin. Dan kau satu-satunya gadis yang bisa dekat dengan Jimin atau bahkan selalu pulang bersamanya. Itu adalah suatu hal yang sangat sulit dialami. Siapa yang tidak mau pulang diantarkan senior seksi itu?"

Yoojung mempercepat langkahnya di koridor menuju kelas. sebenarnya kelas masih akan dimulai 30 menit lagi. Namun tak ada salahnya menunggu dosen datang di kelas sembari membaca buku. Mendengar celotehan Minseon setiap hari membahas Jimin dan segala omong kosongnya membuat Yoojung ingin menyumpal mulut kawannya itud engan kaos kaki.

Melelahkan.

"Hei, apakah kau akan terus diam dan melihat Jimin berkencan lagi dengan gadis lain? Kalian bahkan sudah sedekat itu. Kudengar kau juga mengajukan diri menjadi panitia untuk festival nanti berkat Jimin. Hei, Kim Yoojung, tidakkah kau menyadari bahwa Jimin selalu perhatian denganmu?"

Menyadari bahwa Jimin selalu perhatian terhadapnya?

Tentu saja Yoojung menyadarinya. Seperti selalu menawarkan diri mengantar pulangYoojung. Membantunya menata beberapa buku di perpustakaan. Selalu bergabung makan siang bersamanya di kantin.

Apa lagi? Bahkan sepertinya sudah banyak hal yang dilakukan Jimin kepadanya.

Lantas apakah dengan semua itu mengartikan semua sikap Jimin adalah bentuk ketertarikan pemuda itu padanya?

"Baiklah-baiklah... akan kulakukan! Puas?!" ujarnya menghentikan desakan Minseon. Tentu saja akan Yoojung lakukan, namun tidak dalam waktu dekat ini. Menuruti kemauan Minseon setidaknya menghentikan dengungan menjengkelkan di telinganya.

"Kupegang perkataanmu! Sampai kau tidak maju, aku yang akan melakukannya untukmu!" Minseon mengacungkan telunjuknya.

---

"Kau jarang di rumah akhir-akhir ini." Ujar Jungkook ketika Yoojung tengah memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Gadis itu berjalan keluar kamar mandi yang berada di ruang tengah menuju dapur guna mengambil segelas air dingin.

"Aku orang sibuk, bukan pengangguran sepertimu."
Jungkook mendecih. Ingin membalas perkataannya bahwa bahkan dirinya lebih sibuk daripada Yoojung. Gadis itu bahkan belum pernah menghadapi berbagai tumpukan dokumen, menghadiri rapat-rapat penting, dan masalah perusahaan lainnya. Tentu tak akan ia katakan, atau habislah hidupnya untuk tinggal bersama Yoojung.

"Hei, carilah suatu pekerjaan! Apakah kau akan pengangguran seperti ini? Dan juga, apakah kau tak memiliki keluarga? Apakah kau hidup menjadi anjing selama ini sebelum bertemu denganku?"

Jungkook terdiam.

Benar juga, cepat atau lambat Yoojung akan menanyakan tentang dirinya. Ia terlupa akan hal tersebut.

Jungkook kembali teringat akan percakapannya bersama dengan nenek beberapa jam yang lalu di kantor. Mengingat percakapan serius itu membuatnya teringat kembali akan tujuan awalnya melakukan semua ini. Tentu ia datang kepada Yoojung bukan tanpa alasan.

"Gadis itu bernama Kim Yoojung, bukan?"

Jungkook mengangguk sopan sembari menyodorkan secangkir teh kepada Nenek Choi. Wanita tua yang telah ia anggap sebagai ibunya sendiri tersebut tersenyum lembut. Mengusap pundaknya dan menyuruhnya duduk di sebelahnya.

"Nenek sudah melihatnya kemarin. Gadis itu masih sama seperti 10 tahun yang lalu, iya kan?"

Jungkook menundukkan kepalanya menatap kapet beludru yang melapisi lantai kayu kantornya. Memorinya berputar mengingat sosok gadis 10 tahun yang lalu. Gadis berkepang dengan kacamata bulat yang mengusap surainya hangat

"Andaikan kau manusia, pasti menyenangkan memiliki teman sepertimu."

Aku memang manusia, Yoojung-a.

Kembali dari lamunannya, Jungkook menatap punggung Yoojung yang berdiri di balik meja makan meminum segelas air. Ia sedikit menyunggingkan senyum menatap gadis tersebut. Tak pernah ia menyangka akan bersama gadis tersebut sedekat ini. Atau bahkan ia bisa lebih dekat dari sekedar sosok pria yang tinggal satu atap dengan Yoojung.

"Apakah kau tak mengingatku, Yoo?" gumamnya sangat pelan.

To Be Continued.

Pendek??
Hmm.. Otakku lagi karatan
Terkadang sesuatu yg kupikir sederhana, saat kutuliskan jadi rumit...

Updet lagi besok minggu..
See ya!

Mad Dog✔Where stories live. Discover now