CHAPTER 32

2.5K 323 27
                                    

Jungkook mengenakan setelan jasnya untuk makan malam penting bersama presdir UQ Group. Namjoon telah mneyiapkan mobil di halaman depan rumah. Ia berangkat dari rumah nenek lantaran tak mungkin ia bersiap dari apartemen Yoojung. Seharian ini ia belum pulang dan bertemu Yoojung. Gadisnya itu mungkin sekarang sudah pulang ke apartemen.

"Bagaimana dengan si Park Jimin itu?" tanya Jungkook sembari melangkahkan kakinya lebar-lebar keluar rumah menuju mobil. Namjoon mengikuti langkah Jungkook cepat. "Ah, maafkan aku. Aku belum memeriksanya hari ini karena terlalu sibuk."

Jungkook berhenti melangkah tepat di samping pintu mobil. Tersenyum tipis lantas menepuk pundak Namjoon. "Tak masalah. Maaf sudah merepotkanmu."

Lantas ia masuk ke dalam mobil. Namjoon menatap atasannya tersebut dari luar. Membukakan gerbang dan menunduk hormat sepeninggal mobil yang dikendarai Jungkook. Di dalam mobil, Jungkook menggigit bibir bagian bawahnya gusar. Pikirannya tak tenang untuk meninggalkan Yoojung malam ini.

Namun apa yang bisa ia perbuat. Meski telah menyuruh Namjoon untuk datang malam ini mengawasi sekitar tempat tinggal Yoojung, Jungkook tetap diliputi kekhawatiran. Jika saja ia bisa meninggalkan rencana makan malam itu kali ini, mungkin perasaan gusarnya dapat mereda. Sayangnya, kerja sama perusahaannya dengan UQ Group akan batal jika ia meninggalkannya lagi.

Jungkook menghela nafas resah.

Sial.

---

Yoojung menyodorkan secangkir kopi pada Jimin yang duduk di atas sofa sembari mengaati sekeliling ruangan. Jimin menerimanya dengan senyuman dan menyesapnya pelan. Ia tak segera menghabiskannya dan menaruhnya di atas meja.

"Duduklah. Kenapa kau berdiri disana?" ujar Jimin menatap. Lantas Yoojung duduk di samping Jimin sembari menggigit bibirnya gusar. Ini kali pertama ia membawa lelaki ke apartemennya. Jangan hitung Jungkook dalam list lelaki karena bagi Yoojung ia hanyalah anjing mesum pembuat onar. "Katanya kau tinggal bersama pemuda itu? siapa namanya yang mnegaku sebagai tunanganmu?"

Yoojung membuka mulutnya teringat kejadian itu. Benar juga. Selepas kejadian di cafe itu, esoknya Yoojung langsung mengkonfirmasi pada Jimin jika ia tak memiliki hubungan apapun pada Jungkook. Namun tetap saja ia tak dapat menyembunyikan fakta jika Jungkook tinggal seatap dengannya.

Ia mengaku pada Jimin bahwa hubungannya dengan Jungkook adalah pemilik apartemen dan penyewa. Padahal yang sebenarnya Yoojung ingin katakan adalah hubungan antara majikan dengan hewan peliharaannya. Namun tak mungkin kan ia bilang pada Jimin jika Jungkook itu seekor anjing?

"Kemana si penyewamu itu?"

"Ah, ia bekerja dan akan pulang malam."

Jimin mengangguk, menyembunyikan senyum miringnya dengan menyesap kopi. Sementara Yoojung memainkan jemarinya, Jimin menatap sekeliling.

"Yoojung-a..."

Yoojung menoleh. "Ya?"

Lantas Jimin menyeringai.

---

Yoora mencoba menelpon nomor Yoojung namun kakaknya tak mengangkat telponnya sama sekali. Hal ini menambah kekhawatiran dirinya. Beruntung taksi yang ia tumpangi akhirnya tiba di depan gedung apartemen kakaknya. Setelah membayar, Yoora bergegas lari masuk ke dalam lift.

Ia berharap Kak Jungkook saat ini berada di apartemen juga. Sayangnya, tak sesuai harapannya, Jungkook saat ini tengah berjalan masuk ke sebuah restoran ternama di Gangnam. Masuk ke sebuah ruangan vvip dan bersalaman dengan Tuan Yama, presdir UQ Group.

"Maafkan aku tentang minggu lalu tak dapat menghadiri acara makan malam kita." Ucap Jungkook dengan bahas Jepang begitu duduk di atas kursi. Tuan Yama tertawa ramah dan mengatakan bahwa itu tak masalah. Ia memahami jadwal sibuk Jungkook.

Sajian pun dihidangkan. Berbagai makanan paling mahal dan spesial dari restoran ini dihidangkan di atas meja. Jungkook sebenarnya tak merasa lapar malam ini. Rasa laparnya telah tertelan oleh kekhawatirannya pada Yoojung. Meski sushi di atas meja terlihat segar dan menggiurkan, Jungkook tak dapat terfokus pada makan malamnya dan pikirannya terus berlari pada Yoojung.

Hingga beberapa menit kemudian, di tengah makan malam, handphonenya bergetar di saku celananya. Jungkook tersenyum minta maaf atas gangguan tersebut pada Tuan Yama. Beruntungnya, Tuan Yama mempersilakan Jungkook mengangkat telpon tersebut.

Jungkook keluar dari ruangan. Mengangkat telpon dan langsung disambut oleh suara panik Yoora.

"Oppa! Oppa tahu dimana Kak Yoojung?" tanyanya dengan nafas memburu.

Yoora kini tengah berdiri di depan pintu apartemen kakaknya dan menekan bel apartemen berkali-kali namun tak ada yang membukakan. "Oppa password apartemen kakak berapa?"

Jungkook menyebutkan beberapa digit angka dan menyuruh Yoora untuk tenang. Namun diseberang Yoora berteriak protes. "Tidak bisa! Tidak bisa! Passwordnya salah! Serius deh, oppa, Jungkook oppa tahu tidak sih password apartemennya?" sewot Yoora.

Jungkook mengernyitkan keningnya. Ia tak salah menyebutkan password. Memang benar passwordnya adalah tanggal lahir V dari BTS, idola Yoojung. Apakah gadis itu mengubahnya? Tidak, kan?

Firasat buruk Jungkook semakin bertambah. "Tunggu disana!" ucapnya lantas berlari meninggalkan restoran menuju mobilnya. Lupakan kerjasama sialan antar perusahaan itu. Kagipula JBC hanya akan rugi sedikit. Ia tak peduli lagi. Persetan dengan semua pekerjaannya.

Malam ini, mungkin saja firasaatnya benar.

Yoojung dalam bahaya.

---

"Sunbae! Hentikan, kumohon!" Yoojung mendorong dada Jimin. Namun pemuda bersurai pirang itu terlampau kuat daripadanya. Tangannya mencengkeram kuat pergelangan tangan Yoojung, menguncinya pada sofa sementara tubuhnya menindih Yoojung di bawahnya.

Tak akan ada yang bisa mengganggunya malam ini. Ia telah merubah password rumah Yoojung tadi tanpa sepengetahuan gadis itu. Tak akan ada yang bisa masuk menghentikannya. Yoojung akan menjadi miliknya seutuhnya malam ini.














To be continued.

Mad Dog✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt