CHAPTER 1; GENG PEWAYANGAN

10.2K 1K 36
                                    

"Biar mereka tahu, bagaimana awal aku merasa gadis itu akan semakin penting dalam hidupku."

Someone

***

Dari keramaian kantin terlihat hanya satu meja yang menjadi pusat perhatian. Meja yang terletak tepat di tengah kantin, di mana itu adalah tempat strategis untuk mendapatkan perhatian dari berbagai arah, juga dapat menjadi tempat yang sangat pas untuk menebar pesona.

"Parah lo, Ram, tiga cewek sehari? Minum obat kalah." Bima terkekeh mengingat kejadian di pagi hari tadi, di mana sebelum bel masuk jam pelajaran pertama berdering Rama sudah berhasil memutuskan tiga siswi sekaligus.

Dipa, satu lagi cowok yang juga rajin duduk di tempat strategis itu ikut terkekeh mengingat kejadian tadi pagi di mana saat ia melewati kelas XII IPA 5 suara tangis menggelegar dari tiga cewek yang sakit hati terdengar hingga keluar. membentuk irama paduan suara dari manusia patah hati.

"Alah, gue ngelakuin itu juga karena taruhan kita bola dengan tanda tangan Neymar langsung." Rama mengedipkan matanya genit ke arah siswi yang baru saja lewat di depannya, membuat siswi itu memekik senang tidak bisa memungkir pesona cowok itu.

"Ma, lo tega amat sama gue, gue nungguin itu bola dah dari gue orok masa mau diambil alih." Bima melempar kentang goreng ke arah Rama berusaha mengambil fokus Rama yang sedang menebar pesona ke sekitarnya.

Rama hanya terkekeh mendengar ucapan Dipa. Ia tidak peduli, lagi pula jika memang tidak mau kehilangan mengapa dipertaruhkan? bukan begitu?

BRAK!

Dipa yang sedari tadi diam memikirkan siapa yang selanjutnya akan menjadi taruhan mereka tiba-tiba memukul meja sambil tersenyum miring menatap Rama dan Bima yang sedang menatapnya tajam karena terkejut.

"Apaan, sih?" Rama mengambil kentang goreng dari piring digenggamannya, kemudian melemparkannya sebagian ke arah Dipa. Sebagiannya lagi yang bersisa dua di tangannya ia masukkan kedalam mulutnya.

"Kita taruhan lagi." Dipa menatap serius Rama yang balas menatapnya malas.

"Biasa aja muka lo, nggak usah sok serius kali, nyet" Bima juga ikut melemparkan kentang goreng ke arah Dipa.

"Taruhannya bakal berat, Ma." Senyum miring Dipa semakin lebar ketika mengingat siapa yang akan ia sarankan sebagai taruhan.

"Udah ye, kaga ada cewek yang nggak mau sama gue," ucap Rama meremehkan.

"Tinggal bilang aja sih, Pa. Kasih tau dia," ucap Bima malas, karena terakhir kali Dipa berkata 'taruhannya bakal berat' Rama selalu menyanggupinya.

"Lo harus macarin dia."

Dipa menggedikkan dagunya ke arah seorang siswi yang duduk di bangku pojok bersama seorang siswa yang duduk membelakanginya. Di mana bangku pojok adalah tempat strategis untuk menjauh dari keramaian dan perhatian.

"Siapa?" Rama memperhatikan cewek yang ditunjuk Dipa dengan seksama.

"Namanya Tiara, tetangga kelas kita, Sob," jawab Dipa santai.

Sangat berbeda dengan wajah Rama yang tiba-tiba datar tanpa ekspresi.

"Cewek secantik dia gue kaga tau?" Rama masih memperhatikan cewek yang ia baru ketahui bernama Tiara itu.

"Lo nggak tau dia Ram?" Suara Bima menyadarkannya.

Rama menggeleng masih tetap menatap Tiara.

"Nggak, kalian 'kan tau. Cuma dua jenis cewek yang gue kenal di dunia. Pertama, cewek yang ngegodain gue dan kedua, cewek yang bakal jadi taruhan kita. Lain dari pada itu, gua kaga kenal. Karena gue kira semua cewek juga pasti bakal godain gue kalo ketemu ," ucap Rama percaya diri.

ERROR (Sahabat Rasa Pacar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang