CHAPTER 19; UNTUK HADIAH

2.8K 183 22
                                    

"Ada yang bilang, kalo cowok dan cewek temenan hanya butuh salah satu di antara mereka ambil satu langkah lebih maju supaya hubungan dan perasaan berubah."

__Someone__

***

"Samudra?"

Tiara tercekat saat mendengar suaranya, ia masih familier dengan suaranya yang lembut yang dulu sering menawarkan makanan padanya.

"Mama?"

***

Mutiara April jadi tidak enak hati, ternyata Gusti Rama terlalu banyak tahu soal hidup sahabat rasa pacarnya. Ia ingin mundur rasanya dari permainan ini, kalau resikonya harus melihat Raja Samudra merasa tak nyaman, tetapi ingat perjanjian di atas materai enam ribuan? Itu ada gunanya juga ternyata.

"Mama, sehat terus, ya." Mutiara April adalah gadis manis yang tidak sanggup bertanya penyebabnya selama setengah jam waktu berkunjung.

Gadis cantik itu yang hanya sibuk bertanya keadaan orang yang ia panggil Mama untuk waktu selama itu. Saat Samudra di sampingnya sibuk memperhatikan saja.

Hingga petugas meminta Mama untuk kembali dengannya, akhirnya perpisahan ditutup dengan senyum hangat ketiganya.

Karena itulah, Mutiara April menarik Raja Samudra masuk ke apartemennya tengah malam begini. Ia memeluk sahabatnya dan mengatakan, "Sabar ya, Samudra." Dengan suara super lembut yang membuat Samudra terbuai.

Pemuda itu, ia membalas pelukan Tiara. Hidupnya sedikit ringan saat bersama Mutiara April, adalah bagian kesukaan Samudra.

Seperti biasa ... "Lo harus tanya supaya gue bilang." Itu tidak bohong, karena Raja Samudra takut berbohong kepada Mutiaranya, jadi ia akan menjawab apa yang ditanyakan seperlunya saja.

"Gue boleh tanya?" Dalam pelukannya ia merasakan Samudra mengangguk. "Kenapa nggak bilang?" Karena membahas penebabnya mungkin membuat Raja Samudra hancur, ia hanya bisa bertanya mengapa tidak terlibat.

"Serius? Itu yang lo tanyain?" Samudra yang melepaskan paksa pelukan mereka.

Banyak, Samudra. Banyak yang ingin Mutiara April tanyakan, hanya saja ia takut kamu hancur.

"Karena ini yang bakal gue lihat." Samudra menghapus air mata di pipi sahabat rasa pacarnya. "Gue bukan orang yang siap lihat ini, Ra." Untuk mempertegas Samudra menggeleng.

"Kita nggak harus ngebicarain yang bikin lo sakit."

Pada saat itu, Tiara bingung. Yang salah siapa? Samudra yang tidak berani berkata, atau Tiara yang tidak berani bertanya.

Harusnya ia bertanya, karena ia peduli. Namun, sekali lagi, kalau itu membuat Samudra hancur, ia diam dulu.

***

Pagi harinya, hujan melanda bumi pertiwi dengan intensitas sedang, tepat saat Mutiara April dan Raja Samudra menginjak koridor sekolah.

Maka saat itu pula mereka melihat Gusti Rama, dari kejauhan yang duduk di pingir lapangan outdoor sedang menatap Tiara dengan pandangan lurus dan wajah mengeras, sedangkan Dipa dan Bima asik main basket.

Pagi hari, saat bel masuk kurang lima belas menit lagi, mereka melawan hujan tanpa takut. Jujur saja, Tiara iri, kepada mereka yang sangat berani.

Mungkin bukan hanya Tiara yang sadar kalau Rama terlihat marah, Samudra juga. Namun, pemuda itu lebih tahu kalau raut Rama lebih ke murung. Semalam pasti hari yang berat, Samudra sudah memperingatkan mereka akan hancur.

"Rama!"

Saat itu Samudra yang melamun  terkejut dengan teriakan Tiara.

Dipa, Bima, dan Rama lebih terkejut lagi. Dipa dan Bima melambaikan tangan dengan senyum tiga jari, malaikat mereka cantik sekali hari ini.

ERROR (Sahabat Rasa Pacar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang