CHAPTER 11; RAHASIA NOMOR SATU

1.6K 218 14
                                    

"Bodohnya, aku nggak bisa marah sama kamu, malah kecewa sama diri sendiri, aku sedih, Sam."

Mutiara April

***

"Lo ikut kaga? Ini keburu telat," ucap pemuda itu, ketika kembali pada buminya ia melihat jam di pergelangan tangannya.

"Mau kemana, sih?" tanya Tiara masih tersenyum, sisa tawanya.

"Rahasia Samudra nomor satu," ucap Rama tersenyum manis.

***

"Lo mau nunjukin rahasia apa mau ngajak gue nge-club? Lo kaga liat jam berapa sekarang?" tanya Tiara, menyipitkan mata.

"Lo tahu, kan? Gue nggak main-main dalam bermain."

Kalimat macam apa itu? Tolong jelaskan kepada Mutiara April bagaimana ia harus percaya kalau otak pemuda di hadapannya itu masih berfungsi dengan benar.

"Ra? Tatap mata gue." Pemuda itu meraup wajah Tiara agar menatapnya, "ada beleknya kaga? Hehe."

Dengan segera, Tiara menepis tangan itu dari wajahnya. Benar bukan? Gusti Rama, error.

"Ayo, Ra," ucap Rama lagi, kali ini suaranya terdengar semakin membujuk.

"Lo kaga bohongin gue?"

"Kaga!"

"Janji?"

"Janji!"

"Demi apa?"

"Demi cintaku padamu...." Pada akhirnya bualan yang pemuda itu berikan.

"Hehe, iya-iya, seriusan ini, ayo!" Rama menggamit telapak tangan Tiara.

"Entar, ganti dulu."

Kemudian, Tiara menutup pintu apartemennya, kurang sopan mungkin ia tidak mempersilahkan Rama masuk, tetapi ini yang terbaik. Mohon dimengerti.

Berapa menit, ya? Rama rasa hanya tiga menit berlalu sebelum pintu apartemen Mutiara kembali terbuka menampilkan gadis yang tidak banyak merubah penampilan. Hanya menambahkan jaket pada tubuhnya yang terbalut piyama tipis. Rambutnya? Tergerai indah begitu saja, ingin rasa telapak tangan Rama membuai surai itu.

"Ayo—"

"Lo kaga ganti baju? Kaga dingin?"

Tiba-tiba sekali, gadis cantik itu merangkul lengannya dengan senyum manis terpantri rapi di wajahnya.

"Kaga, kalo meluk lo entar anget," ucapnya, membuat Rama melongo seperti orang bego. Anggap saja ini bodoh, tetapi ia merasa angin menerpa wajahnya ketika gadis berwajah ayu itu berkata demikian.

Namun, ketika suara jepretan kamera terdengar, akhirnya ia terkesiap, sadar bahwa ternyata ini mimpi buruk.

Apa-apaan ini? Tiara memotretnya dalam keadaan seperti apa ia tadi?

"Lo ngapain moto gue?"

"Muka lo kaya orang bego soalnya tadi, udah ayo cepeten keburu gue kedinginan beneran ini."

Situasi macam apa ini? Mengapa keadaan malah berputar balik. Bukannya Rama di sini yang seharusnya memaksa Tiara untuk segera berjalan bersamanya?

Gadis ini, memang sesuatu.

***

"Ma, pulang aja, yuk. Rame anjir, gue males." Tiara sudah menarik lengan Rama untuk kembali memasuki mobil berwarna hitam milik pemuda itu. Namun, Rama malah balik menariknya untuk berjalan ke arah gerombolan manusia di depan sana.

ERROR (Sahabat Rasa Pacar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang