CHAPTER 12; WANITA KESAYANGAN MUTIARA APRIL

1.9K 238 15
                                    

"Seandainya membunuhnya tidak menyakitimu, meski dosa akan kulakukan."

Mutiara April

***

Astaga, Samudra ini bagaimana bisa dimarahi kalau seperti ini?

Tiara mengerucutkan bibirnya, mengerutkan keningnya, matanya berlinang, ia sedih sekali.

Karena tidak bisa marah sama Samudra, harusnya ia marah, ia sudah berusaha, tapi tidak bisa.

***

Ia sudaH bilang berapa kali kalau tidak bisa marah kepada sahabatnya? Ia sudah hampir telat salat subuh, ia hanya tidur tiga jam lamanya, hanya untuk berfikir keras soal ia akan sok jual mahal atau tidak kepada Raja Samudra di pagi harinya.

Namun, bukan keahliannya memang berlaku sok jual mahal. Ehem, maksudnya bukan keahliannya berbohong, nanti kita lihat seberapa bodoh ia ketika berbohong

Dia sudah memutuskan untuk belagak marah, tetapi apa artinya keputusan itu jika ketika suara bel apartemen berbunyi ia malah kelewat cepat membuka pintunya.

Kemudian memeluk Samudra dalam tiga detik lamanya, tidak sengaja, serius tidak sengaja.

Sebelum ia sadar dan kembali menjauhkan tubuhnya dari harum yang sangat ia favoritkan.

Mutiara April di pagi hari ini ada kemajuan ternyata, meski hanya sedikit, ia bisa menahan diri untuk tidak memeluk Samudra selama biasanya.

Ia mengulum bibirnya, melirikkan matanya ke segala arah, kemudian berkata, "gue marah."

Dengan wajah super imut dan cantik kata Samudra. Astaga, Samudra bisa memulai rencana untuk membuat wajah polos namun tak bodoh itu sering terlihat sepertinya.

Samudra terkekeh, tentu saja. Ia mengacak rambut yang hari ini terurai, Samudra yakin rambut itu dibiarkan seperti itu karena Tiara hampir saja kesiangan.

Setelah itu, selama di perjalanan, menumpangi si hitam beroda dua itu, Tiara bisa menahan diri juga untuk tidak memeluk Samudra. Wah, ia akan buat sukuran kecil-kecil sehabis ini sepertinya.

***

Sukses juga sejauh ini rencana marahnya ke Samudra sepertinya. Yah, meski sedikit terbantu dengan tertidur di kelas karena tidak cukup tidur di rumah, tetap saja itu adalah kemajuan. Ia belum berbicara lagi dengan Samudra selepas dua kata di depan pintu apartemen tadi.

Selepas mengganti pakaiannya dengan seragam olah raga, Tiara bersama Adel berdiri di pinggir lapangan. Menunggu Pak Kamis yang lahir hari Jumat datang ke lapangan.

Iya, Tiara nggak bohong, kok. Pak Kamis itu lahirnya hari Jumat kliwon, mungkin karena itu kumisnya horor mengalahi film hantu yang beredar di luar sana.

Ketika si Pacar Adel memanggil menyuruh seluruh anggota kelas XII MIPA 2 untuk berkumpul di lapangan basket.

"Pak Kamis, ada urusan. Kita disuruh pemanasan dulu, sama puter lapangan dua kali," ucap Vano sang ketua kelas alias pacar Adel. "Sesuai tanggal aja yang pimpin pemanasan."

Karena ini tanggal dua puluh, seharusnya Mutiara April yang memimpin, bukan. Namun, si pangeran berbaju training olah raga maju dengan segenap pesonanya, maju bersama Tiara, membarengi gadis itu untuk memimpin pemanasan.

"Sam, ngapain maju lo?" tanya Fathur, cowok paling jangkung satu sekolah.

"Nemenin," jawab Samudra.

Yah, harus dipertanyakan bukan? Bagaimana Tiara bisa marah sama Samudra kalau sahabatnya itu semanis ini?

Kurang lebih sepuluh menit pemansan beserta keliling lapangan itu berlangsung. Akhirnya si Janggut Hitam datang, Pak Kamis. Beliau menjelaskan soal materi bola besar yang akan mereka praktikkan.

ERROR (Sahabat Rasa Pacar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang