CHAPTER 09; AKSI AWAL

2.2K 226 10
                                    

"Tiara, aku tidak bisa menghalangimu, aku hanya bisa menyediakan diri atas segala keputusanmu."

Someone

Bahkan kesombongan dan percaya diri pemuda itu seakan menantang Tiara untuk menaklukkannya sekarang.

Cukup, ia sudah memiliki cukup alasan untuk menerima taruhan Rama. Selain harga diri, selain keinginannya untuk mengethaui lebih banyak atas Samudra. Ia juga bertekat akan menaklukkan Rama.

"Gue terima taruhan lo, asal lo terima taruhan gue,"

***

Rama mengernyitkan kening sesaat, mencerna kalimat kramat yang selalu ia tanggapi dengan senang hati.

"Kita taruhan, Rama. Tapi, yang dipertaruhkan hati, kalau lo jatuh dalam pesona gue, lo harus.wajib.mesti.kudu.nurutin permintaan gue," ucapnya, dengan penekanan yang tak mempedulikan berapa pemborosan kata yang ia korbankan.

Kerutan di kening Rama semakin bertambah. Apa lagi ini? Taruhan macam ini sudah pasti ia menangkan, tidak ada hati yang tidak akan tertarik dan tidak jatuh dalam pesona seorang Gusti Rama. Catat baik-baik, seorang Gusti Rama tidak mungkin kalah dalam pertaruhan hati, tidak ada dalam kamus hidupnya dan Rama tidak berencana menuliskannya.

Namun, entah mengapa ia masih ingin berfikir soal ini, kali ini. Apakah ini akan jadi bomerang baginya? Apakah kali ini ia akan menang? Oh, ayolah, gue nggak bakal kalah, jangan lupa siapa gue, batinnya meyakinkan.

Rama tertawa setelah kembali mendapat kepercayaannya. "Haduh-haduh, lo yakin mau naruhin hati lo?"

Demi apapun, kalimat itu kentara sekali jika sedang meremehkan dan Mutiara April sangat terganggu akan hal itu. Tiara mengangkat sebelah alisnya.

"Oke, gue anggap lo setuju," putus Tiara, dalam hati ia mengukir tekat sekuat dan setebal yang ia bisa, kalau dirinya sang Mutiara April akan membuat seorang Gusti Rama jatuh padanya. Karena tidak peduli apapun, ia percaya diri bahwa Tuhan akan menjadikannya karma bagi pemuda itu

"Kita lihat, siapin diri lo Tiara." Cowok itu mengacak rambutnya, sebelum berlari pergi dengan bahagia.

Bodohnya, Tiara merasa menyesal setelahnya. Apa ia kurang kuat mengukir niat? Sialan, seharusnya ia tidak gentar.

Bagaimanapun, eksistensi seorang Gusti Rama sebagai seorang player sudah terbukti dari sisi manapun. Ia tidak pernah kalah, ia tidak pernah mengalah.

Nasi sudah menjadi bubur. Bercuma mundur dan merutuk, lebih baik ia sibuk menyiapkan strategi. Oh, tolong jangan lupakan sahabat rasa pacarnya. Samudra, bagaimana cara Tiara mengatakannya? Tidak, bukankah belum pasti Rama akan berhasil memberi tahunya lima rahasia Samudra? Tetapi, bagaimana percaya dirinya seorang Gusti Rama ketika memberi tantangan membuat nyalinya sedikit ciut.

***

"Dari mana?" ucap Samudra, ketika Tiara sudah duduk di sampingnya dengan pandangan tak fokus arah. Gadis bersurai panjang itu melamun, tidak sulit untuk mengetahuinya. "Kotak makannya dibawa ke perpus tadi?" usiknya lagi, ketika melihat kejanggalan lain.

"Eh, kenapa?" Tiara yang dasarnya sedari tadi masih memikirkan beberapa strategi yang akan ia lancarkan untuk membuat Rama bertekuk lutut padanya jelas terkejut ketika seseorang merebut kotak makannya dengan perlahan.

Samudra menghela nafas, kemudian berucap, "Tiara, jangan ngelamun di jalan, bahaya."

Duh, perhatian seperti ini yang diimpikan semua gadis, kecil tapi berasa. Bagaimana bisa Samudra tidak disebut pacar idaman jika begini? Hukumnya, Tiara mau mencari pacar yang seperti Samudra saja nanti. Kalau ada.

ERROR (Sahabat Rasa Pacar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang