CHAPTER 2; SIARAN RADIO

8.4K 874 26
                                    

"Ingat kalimat ini? 'Mutiara April, cewek cantik yang ngebuat aku jatuh hati. Mau nggak jadi pacarnya Gusti Rama?' Biar mereka tahu ketika kalimat itu ada aku khawatir, Tiara."

Someone

***

"Ra, lo jangan sampe terjebak masalah sama tiga manusia pewayangan itu, ya?" Samudra menatap hawatir Tiara yang baru saja memasukkan suapan terakhir baksonya membuat sebeleh pipi cewek itu menggembung terisi makanan dan itu terlihat sangat imut untuk Samudra.

Tiara menoleh ke arah Samudra kemudian mengangguk mengerti. Ia selalu menuruti kemauan samudra. Karena sekali lagi ia tahu apa yang diucapkan Samudra itu adalah sesuatu yang memang benar-benar harus ia dengar.

***

Apa yang bisa Tiara lakukan ketika ia kebosanan? Selain melamun, ia juga akan mengantuk. Namun, kali ini rasa kantuk itu sudah dalam porsi tidak dapat ditahan. Apa iya harus ia berteriak dari tempatnya, menyuarakan isi pikirannya bahwa ia sudah sangat pahan dengan tulisan yang ada di benda dua dimensi berwarna putih di depan sana. Kenapa pula Ibu Guru yang terhormat itu hanya diam dan memerintahkan untuk membaca ulang selama ini, ia bisa lupa jika begini. Langsung saja praktik tolong, ia lebih mengerti jika begitu.

"Sam, ngantuk," ucap Tiara, mata sayu itu mengerjap beberapa kali ke arah Samudra.

Samudra akan mempertimbangkan kembali untuk mengeluarkan jaket hitamnya jika saja memang tidak pantas bagi Tiara untuk menyela pelajaran, tetapi jika hanya kegiatan termenung seperti ini. Samudra tidak punya alasan untuk menghalangi Tiara, karena ketika gadis itu mengantuk, tidak ada yang bisa menahannya untuk tetap terjaga.

Tiara membaringkan kepalanya dengan nyaman di atas jaket Samudra. Empuk, tetapi lebih nyaman dengan harumnya yang emmbuat ia menarik nafas panjang. Mata sayu itu menatap Samudra, Tiara mengulurkan jari kelingkingnya.

"Janji, bangunin kalau Miss Mita mulai?" ucapnya, kelopak mata gadis berbulu mata lentik itu terlihat melambai lemah.

Samudra mengangguk, kemudian mengaitkan jari kelingkingnya dnegan milik Tiara untuk lebih meyakinkan gadis cantik itu.

Sampai di situ, mata itu akhirnya tertutup. Samudra hanya bisa menunduk memperhatikan dengan seksama ponsel dengan casing hitam di tangannya, tidak ia pungkiri, keadaan ini memang membosankan. Ia yakin pula, asal tidak ada keributan, Guru paruh baya itu tidak akan terusik dengan keadaannya yang sedang mengoreksi hasil pekerjaan rumah.

Srak ... srak ... srak....

Terdengar salon kelas berbunyi.

"Tes-tes ... air mata, basahi pipimu, disaat kitakan berpisah...."

Terdengar suara merdu seorang siswa dengan kesan ambigu, dilain sisi seperti mencoba kejernihan suara mikrofon, tetapi dilain sisi juga seperti diniatkan untuk mengkover salah satu lagu melegenda. Dengan suara tawa dari dua jenis suara berbeda sebagai backsound.bernyanyi mengkover salah satu lagu legenda itu. Kemudian terdengar suara berbeda sedang tertawa.

Sebagai tanggapan juga imbalan dari ulah yang ia provokatori dari jauh, siswa itu mendapat sambutan dengan suara bisik-bisik dan tawa yang dapat Samudra dengar.

Samudra yakin, bukan hanya kelasnya yang ricuh, tetapi seluruh sekolah pasti ricuh dengar suara siswa itu.

Sedangkan Samudra yang masih sibuk dengan ponselnya hanya bisa menghela nafas, ia tahu kelanjutan dari awal siara radio ini. Ia bosan, semua tidak lagi menarik apalagi mengejutkan baginya. Ia yakin cara ini seperti biasa hanya akan membuktikan keberhasilan sang penyiar dadakan.

ERROR (Sahabat Rasa Pacar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang