CHAPTER 04 ; YANG PENTING

12.4K 1K 164
                                    

"Maaf, hari itu aku terlambat sadar bahwa kalimatku terdengar akan sangat menarik untuk dia yang akan aku hadapi. Maaf, akhirnya aku hanya bisa marah pada keterlambatan sadarku, Mutiara April."

Someone

"Yang sabar ya, Rama," ucapnya, kemudian menarik lengan Samudra untuk beranjak pergi dari kantin. Ia dapat melihatnya, ketika setiap mata mengikuti arah langkahnya dan ia risih kembali. Tiara tidak menyukai Rama, cowok itu membuatnya merasa semakin risih dan tidak nyaman dengan keadaannya.

"Nggak apa-apa Rama iklas di sembur cewek secantik kamu!" ucapnya sedikit nyaring, mengingat jarak Tiara sudah semakin jauh dari kantin.

***

"Gue emang cantik, Ram." Tiara yang sudah berada di ambang kantin menghentikan langkahnya, ia membalikka tubuhnya untuk berkata, "karena itu gue nggak pantes jadi cewek lo." Suaranya ia jaga sedatar mungkin. Tidak keras, tetapi tegas. Tidak ada emosi tetapi memancing simpati.

Ia yakin meski suaranya tidak selantang itu, seluruh penghuni kantin pasti mendengarnya, karena semenjak ia melakukan aksinya tidak ada suara sama sekali, tidak ada kegiatan sama sekali. Ia yakin ini sangat menarik hingga semua itu terjadi.

Beda kepala beda pemikiran, ia yakin beberapa wanita sedang menghujatnya karena berani-beraninya menolak dan membuat rendah seorang Gusti Rama. Ia yakin beberapa kepala lainnya malah bersyukur dan mencari alasan mengapa ia melakukannya disaat hampir seluruh siswi mengidolakan betapa manisnya Rama. Karena itulah ia super yakin jika masalah ini tidak akan semudah itu terbawa waktu. Hidupnya sudah terusik semenjak ia terlihat menarik untuk ditaruhkan.

***

Samudra melihatnya, helaan nafas yang selalu menarik perhatiannya untuk mengetahui apa sebabnya. Namun, kali ini tidak perlu ditebak, tidak perlu ditanya, ia super-duper tahu apa penyebab helaan nafas yang berarti beban bagi Si Bulu Mata Lentik itu.

Ia merogoh saku celananya dan bersyukur ia menemukan apa yang selalu ia bawa. Ia mengupasnya, menjulurkan tangan ke hadapan Mutiara April, untuk menarik perhatiannya.

Tiara menatapnya, tepat di mata, entah apa yang ia cari Samudra hanya tahu gadis beriris hitam itu sedang merogoh sesuatu dalam matanya, sebelum mengambil alih manisan berwarna biru darinya.

"Makasih, Sam," ucapnya, kembali tersenyum manis. Samudra tidak pernah tahu mengapa sangat mudah membuat Tiara mengatakan kalimat itu.

Gadis bertubuh ramping itu melangkah terlebih dahulu dan Samudra selalu suka mengikutinya dari belakang ketika gadis itu berwajah lesu, ada alasannya dan ia belum bisa mengatakannya.

Ketika tubuh ramping itu berhenti melangkah dan menoleh ke samping, Samudra tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, karena itu adalah hal yang paling ia sukai dalam dunia.

Gadis itu membalikkan tubuhnya, membuat rambut lembut itu mengayun indah dan terkibas manis. Tiara menatapnya, mengedipkan mata bundarnya dua kali sebelum kerutan di keningnya memperlihatkan kegusarannya.

"Lama banget jalannya?" tanyanya setelah Samudra tepat berada di hadapannya, decakan kesal terdengar dari bibir merah mudanya.

Gadis berjari lentik itu menarik lengan kanannya yang berada di dalam saku celana ketika Samudra hanya ingin melewatinya dan melanjutkan langkah mereka, menuntut atas pertanyaan yang bagi Samudra tak berjawab itu.

"Sengaja," jawabnya santai, mengangkat bahunya sekalian.

"Lagi?" tuntutnya, ini bukan kali pertama Samudra menjawab demikian jika hal serupa terjadi. "Lo itu kudu jalan sampingan sama gue, gue nggak suka lo ada di belakang gue gitu, Sam," tambahnya lagi, wajah kesal semakin menarik terlihat dari wajah ayunya.

ERROR (Sahabat Rasa Pacar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang