(24) Tisa: First Kiss!

20.9K 2.4K 143
                                    

Let me fly away, yet my home is where you are-Abi***

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Let me fly away,
yet my home is where you are
-Abi
***

Pagi ini lantai 17 cukup sepi. Priska dan Ina yang biasanya sudah krasak-krusuk pagi-pagi untuk membahas gosip, tidak ada di mejanya. Mas Indra yang juga biasanya sudah duduk rapi di kursinya dan melakukan aktivitas menyisir rambut juga tak terlihat batang hidungnya. Kalau Mbak Bianca? Jangan ditanya. Bisa-bisa baru datang saat kerjaan dia sudah selesai gue handle.

Mbak Abby melewati gue sambil memeluk gelas kopinya, "Kok bengong, lo?"

"Ini sepi banget, pada kemana sih?" gue bertanya keheranan.

"Pada ngantri di Maxx nih, lagi ada kopi murce harga goceng." Mbak Abby mengangkat gelas kopinya ke udara.

"Ooooohhh," gue hanya ber-oh ria.

"Lo nggak ngopi sih ya, Tis? Sayang banget!" Mbak Abby kemudian memposisikan dirinya duduk di kursi kubikelnya.

"Oh, atau lo ngantri deh. Kan satu karyawan jatahnya satu cup doang. Nanti lo yang antri, kopinya buat gue." Ngidenya bagus bener, pengen gue jorogin ke rawa-rawa deh ini mbak-mbak beranak satu.

"Ngomong nih sama tangan gue!" ucap gue kesal sambil mengibas-ibaskan tangan.

Mbak Abby tertawa. Bersamaan dengan itu, pasukan lambe turah sektor lantai 17 berhamburan masuk. Ina terlihat sumringah layaknya mendapatkan undian mobil. Si Priska yang masih mengenakan sandal jepit—nyari ribut sama Mbak Bianca nih, tampak membawa dua gelas kopi harga goceng itu dengan bangga. Si cabe, Indra Sutowo bin Rahmad Sutowo, senyam-senyum najisin saat melihat gue. Maia yang sibuk dengan ponsel di tangan kiri dan gelas kopi di tangan kanan juga senyum-senyum nggak jelas. Ana yang gue lihat baru datang—karena masih menenteng tas laptop, di tangannya sudah menggenggam gelas kopi. Disini cuma gue apa ya yang nggak tahu kalau Maxx lagi ada kopi gocengan?

"Kalian tuh dapet kopi gocengan aja kayak habis menang undian emas 2 gram yaaa." Ujar gue nyinyir.

"Gini nih, kalau pacarannya sama CEO mah nggak akan level promo-an Maxx gini. Starbucks everyday dijabanin dah!" Priska dan lambenya mulai beraksi.

"Makanya, Mbak, kita harus bersiap diri soalnya Mbak Tisa besok-besok susah diajakin main. Kan nemenin CEO BenkaBenka tur keliling dunia." Ini mulut si Ina memang selalu kurang ajar. Junior loh dia disini, tapi mulutnya bikin pengen gue uleg.

"Masalahnya, si Tisa siap nggak? Soalnya kan, lakinya nih CEO, lah dia jiwanya cungpret kismin kayak kita. Gue takut dia tidak kuat menghadapinya." Tebak, itu siapa yang nyinyir?

Yap! Si cabe, Indra Sutowo.

Semua pasukan lambe tertawa terbahak-bahak. Hanya gue yang merengut kesal.

Alih-alih gue sakit hati atas hinaan najis ini, gue malah tertawa dalam hati. Makhluk-makhluk gendheng inilah yang membuat hari-hari nista gue lebih berwarna.

Eensklaps | PUBLISH ULANG VERSI WATTPADOnde histórias criam vida. Descubra agora