(26) Abi: ASDFGHJKL

18.5K 2.3K 166
                                    


Kapanpun, lengan ini senantiasa merangkulmu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kapanpun, lengan ini senantiasa merangkulmu.
Bagaimanapun, hati ini selalu ada di dekapmu.
Menangislah, hanya dalam pelukku.
-Sebait untuk Tisa, dari aku, Abizar-

***

Hari ini gue menjadwalkan diri untuk bertemu dengan Retta—si medusa bertangan gatot kaca, pukul sepuluh pagi. 

Retta super duper sumringah saat gue hubungi dan mengajak bertemu. She said, "Pasti kamu mau minta maaf sudah menyakiti aku kan? Trus ngajak aku balikan?". Dan hanya bisa gue balas dengan dehaman, diikuti sumpah serapah dalam hati.

Jadwal kantor hari ini tidak begitu padat. Semenjak klarifikasi kasus kemarin, perlahan penjualan sudah menunjukkan tanda-tanda peningkatan yang signifikan, walau belum bisa dibilang normal. Namun, sudah cukup membuat gue sedikit lebih tenang karena masalah ini perlahan-lahan terselesaikan. Problema satu lagi yang harus gue hadapi ialah, menjelaskan kasus kemarin kepada Mr. Richard, yang tempo hari mengajukan kerja sama dengan BenkaBenka.

Sebenarnya Mr. Richard hanya ingin tahu kejadian yang sebenarnya saja. Karena masalah ini cukup viral selama satu minggu kemarin, dan beritanya sampai ke Malaysia. Walaupun kita baru akan memasarkan secara offline disana, namun pembelian secara online dari konsumen Malaysia cukup tinggi. Jadi, gue akan bertolak ke Malaysia besok dan bertemu dengan Mr. Richard agar kasus ini lurus dan tidak menimbulkan kesalahpahaman antara BenkaBenka dan investornya.

Daniel Wellington yang melingkar di tangan telah menunjukkan pukul 10.10 AM saat gue mengarahkan mobil ke Jalan Senopati dan berakhir di Anomali Coffee. Retta yang menentukan tempat, gue hanya mengiyakan supaya cepat. Berharap semoga hari ini lancar dan gue bebas dari bayang-bayang medusa ini. Pulang segera dan bergelung bersama mbak pacar yang sableng itu. Tapi gue cinta berat.

Retta sudah duduk menunggu di kursi yang terletak di pojokan. Ia menyesap kopinya sesekali memeriksa ponselnya. Gue memilih untuk order minuman terlebih dahulu sebelum duduk. Awalnya ingin memesan Piccolo, lupa kalau tadi pagi pas sampai kantor gue sudah menenggak Caramel Macchiato. Nambah satu gelas kopi lagi bisa-bisa diocehin Tisa tiga hari tiga malam plus dapat muka masamnya dia. Mending mengimutkan diri dulu deh pesan Ice Irish Banana Nut dan Club Sandwich untuk mengisi perut.

Setelah membayar, gue melangkahkan kaki menuju tempat duduk Retta. Ia tersenyum riang saat gue menuju ke arahnya.

"Hai." Sapanya ramah. Imut sih, cantik juga. Tapi kalau inget kelakuannya ke Tisa tempo hari, wah, pengen gue lempar ke Sungai Nil ini bocah.

"Hai, sorry lama." Basa-basi saja sebenarnya. Kalau nggak inget wajah Tisa, sudah gue jitak ini perempuan. Kekesalan yang terpendam rasanya ingin gue keluarkan saat ini juga. Tapi kalem, Bi. Demi Tisa, masalah ini harus clear.

"Nggak papa kok, Bi. Sudah pesan?" tanyanya perhatian. Duh, Ret. Boleh juga usaha lo.

"Sudah." Datar, dingin, no expressions needed.

Eensklaps | PUBLISH ULANG VERSI WATTPADWhere stories live. Discover now