(31) Abi: After All This Time,

19.7K 2.2K 281
                                    

Kadang gue berpikir, dosa gue banyak

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Kadang gue berpikir, dosa gue banyak. Tapi Tuhan masih mau aja ngasih sesuatu yang gue butuhkan. (re: calon istri kayak Tisa)
-Abizar, 28 tahun, bentar lagi lepas perjaka

"Adeekkkkkk, buruan gih ah." Si mama sudah teriak dari luar kamar.

Gue berdecak sebal. Ini gue baru kelar mandi loh. Dicatet ya, baru kelar.

"Adek tuh lagi pakai baju, Ma. Atau Mama mau adek ngelamar Tisa nggak pakai baju?" tanya gue dari dalam kamar. Mama terdengar menggerutu di luar sana.

Gue mengambil baju batik lengan panjang yang telah mama persiapkan beserta celana panjang hitam. Gila sih ini, gue ganteng banget! Calon mertua gue pasti langsung iya. Eh dari dulu kan juga udah iya sih.

Setelah merasa ganteng, gue keluar dari kamar. Mama terlihat mengamati seserahan yang akan diberikan ke Tisa. Mbak Ana membantu mama memastikan tidak ada seserahan yang tertinggal sebelum dimasukkan ke mobil oleh gue, Mas Adit, dan papa.

Ohiya, ini gue di rumah Mas Adit. Sengaja biar gampang. Karena nggak mungkin orang tua gue tidur di apartemen, kan? Karena sejujurnya juga orang tua gue belum pernah tidur di apartemen gue. Hanya Tisa yang pernah, eh sering deng. Semoga ayah nggak denger. Bisa disunat lagi gue kalau tahu gue tidur sama anaknya. Meskipun tidak melakukan hal aneh-aneh.

Karena semua orang sibuk, gue nyari kesibukan juga. Ngegodain anaknya Mbak Ana sama Mas Adit yang dibiarin aja di sofa ruang tamu. Enaknya ya jadi artisnya, tinggal ongkang-ongkang kaki doang deh. Mama ngelarang gue movement dari tadi. Soalnya, dulu pas Mas Adit lamaran, gue bela-belain menjadi orang penting yang flight dari Singapura pagi buta, hanya buat nyetir mobil sendirian ke Bandung. Sekarang, ya dialah ya yang berusaha buat gue.

"Mama papa Eta lagi sibuk, Om godain yak." Gue berceloteh di hadapan keponakan gue yang sedang tidur. Seru kali kalau Eta bangun dan bikin heboh serumah.

Tanpa waktu lama, keponakan gue yang nama aslinya Claretta namun gue panggil Eta ini bangun. Nangis dong, pakai histeris segala.

Mbak Ana dari arah dapur udah misah-misuh.

"Lu bisa anteng nggak sih, Dek? Ini Nadit gue tidurinnya susah." Mbak Ana mencubit lengan gue. Semua keluarga gue manggil bayinya Mbak Ana sama Mas Adit ini dengan nama Nadit. Gue sama Tisa saja yang kekeuh manggil Eta, gue sama Tisa memang sekompak itu. Ceilah.

Mbak Ana sendiri sudah melahirkan sekitar dua atau tiga minggu yang lalu, atau kapan ya? Lupa gue. Pokoknya nggak jauh deh dari pas bunda nggak ada, Mbak Ana melahirkan kemudian. Kalau tidak salah, usia kandungannya pas melahirkan belum sampai sembilan bulan. Apa udah sembilan bulan ya? Entahlah, biar Mas Adit sama Mbak Ana yang konferensi pers, lelah gue konferensi pers mulu.

"Kenapa, sih?" Mas Adit yang tadi manasin mobil diluar tiba-tiba masuk ke dalam rumah.

"Si Abi itu loh, Mas," Pusing nih gue kalau Mbak Ana udah ngadu-ngaduan sama suaminya.

Eensklaps | PUBLISH ULANG VERSI WATTPADजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें