five

2.3K 308 12
                                    

"Huuh? Kenapa tidak bilang dari tadi siang?" Sehun langsung bangun dari duduknya. Melangkah menuju kamar, meninggalkan Seulgi sendirian yang sedang bingung sambil mengerutkan keningnya.

Begitu Seulgi ingin menatap TV kembali, Sehun kembali dengan ponsel yang ada ditangannya. Dia langsung duduk kembali disamping Seulgi.

"Jam berapa pesawatmu terbang besok?" Tanya Sehun matanya tak lepas dari ponsel.

"Jam sepuluh pagi," Jawab Seulgi.

"Baik. Sisa tiga bangku lagi, kau dan aku akan berada dipesawat yang sama," Kata Sehun menaruh ponselnya dimeja yang ada dihadapannya. "Tapi, ditempat duduk yang berbeda." Lanjutnya.

Ternyata dia mengutak-ngatik ponselnya memesan tiket melalui internet.

----

06.45


Pagi ini Seulgi sudah berdiri didapur bersama pembantu rumah tangganya. Walaupun Seulgi mempunyai pembantu rumah tangga tapi Seulgi masih sangat sering membantunya sebelum Seulgi berangkat kerja.

Ya, Seulgi bekerja hanya menjadi karyawan biasa disatu perusahaan besar di Jeju. Menurutnya, gajinya yang tidak cukup besar itu sudah mencukupi pemasukkannya. Seperti, Seulgi berbelanja bulanan, menggaji pembatu dan sisanya dia tabung untuk rencana-rencananya yang lain.

Dan sekarang hari terakhir Seulgi bekerja diperusahaan itu setelah satu bulan yang lalu dia menaruh surat pengunduran diri. Rencananya di Seoul nanti, Seulgi akan mencari kerja yang sama dengan saat ini. Mungkin juga dia akan mencari rumah dan baby sitter untuk Jino-nya.

Jino masih belum bangun dari tidurnya, sama dengan Oh Sehun.

"Nyonya," Panggil pembantu itu sekaligus baby sitter. Seulgi yang sedang memotong wortel menoleh kearahnya, "Menurutku, Ayah kandung Jino bukan berwujud manusia. Aku saja terpaku sesaat waktu melihatnya kemarin, sangat tampan!" Ucapnya.

Seulgi terkekeh geli, "Yang benar saja!"

"Seribu kali serius, sangat tampan!" Ucapnya lagi. "Cocok denganmu, Nyonya! Kau cantik dan dia tampan."

"Bisa saja!" Jawab Seulgi.

Suara tangisan membuat Seulgi berhenti dari aktifitasnya yang sedang memotong wortel. Jino menangis dan itu kebiasaannya setiap kali dia bangun tidur dan tidak ada orang satupun disampingnya.

"Lanjutkan saja memasaknya, bi. Aku saja yang menghampiri Jino." Ucap Seulgi dan pembantu itu mengangguk.

Seulgi berlari kecil menghampiri Jino yang ada dikamar. Dia langsung masuk yang kebetulan pintu kamarnya tidak ditutup.

"Jino-ya!," Seulgi memeluk Jino, menghapus air mata Jino. "Jangan menangis lagi, Mama disini, sayang." Ucap Seulgi. Tangisan Jino mereda tidak sekencang tadi.

"Jino haus? Atau Jino lapar? Mari ke meja makan bersama Mama." Ucap Seulgi sambil menggendong Jino dan melangkah keluar kamar.

Begitu Seulgi keluar dari kamar, Sehun sudah ada didepan pintu kamarnya. Seulgi terkejut, begitu juga Sehun.

"Kau sudah bangun? Ada apa?" Tanya Seulgi kepada Sehun.

"Aku terbangun karena mendengar Jino menangis, aku baru saja ingin menghampirinya." Jawab Sehun.

"Hng, maaf jika kau terganggu. Silahkan kembali kekamar dan lanjutkan tidurmu." Ucap Seulgi tidak enak karena Jino sudah menganggu dia dari tidurnya.

Sehun terkekeh, "Tidak apa. Mari, beri Jino padaku." Kata Sehun sudah siap untuk menggendong Jino. Jino merenggangkan tangannya, siap untuk digendong dengan Sehun.

That Man [SEULHUN]Место, где живут истории. Откройте их для себя