twenty one

1.7K 211 36
                                    

I don't care where you go. because you bring my heart half. I will take half my heart. and you.

Sudah seperti seseorang yang benar-benar gila kehilangan sesuatu yang berharga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah seperti seseorang yang benar-benar gila kehilangan sesuatu yang berharga. Setelah ia pamit dari apartemen Kai, Sehun sibuk memesan tiket pesawat untuk menyusul Seulgi. Tidak lagi membawa pakaian, ia bisa membeli yang ia mau disana semaunya.

Sehun turun dari taksi ketika sang supir berkata bahwa ia sudah sampai. Sehun mengambil dua lembar uang di dompetnya, tidak peduli berapa sebenarnya harga taksi yang ia tumpanginya itu. Supir tidak memanggil Sehun, berarti tidak kurang. Atau bahkan lebih?

Pikirannya sudah agak tenang ketika sampai dibandara. Tenang, karena tahu Seulgi pergi ke Jeju. Yang ada didalam pikiran Sehun adalah Seulgi pergi ke Jeju untuk kembali kerumahnya yang pernah ia datangi. Tenang, karena sudah tahu dimana Seulgi sekarang.

Sekitar 30 menit Sehun menunggu sampai pesawatnya terbang. Sehun mencari tempat duduk yang tertulis dilembar tiket lalu duduk diantara 2 orang yang tidak ia kenal.

Kakek tua disebelahnya menatap Sehun dengan tegas. Kemudian ia bertanya kepada Sehun.

"Kau ingin kemana?" Tanya kakek tua tersebut. Sehun yang baru saja menaruh ponselnya dan bersiap untuk tidur mengerutkan keningnya.

"Aku ingin ke Jeju." Jawab Sehun, meladeni.

"Oh, kalau gitu, kita sama." Jawab sang kakek. Sehun hanya tertawa, maklum sudah tua. "Untuk apa kau kesana? Ku lihat dari penampilanmu," kakek itu menatap Sehun dari kepala hingga ujung kaki. "Kau ingin mengurus pekerjaan." Katanya.

"Lebih, lebih dari pekerjaan. Ini lebih penting." Jawab Sehun sambil tersenyum kepada sang kakek.

"Aku tahu. Masalah cinta?" Kata sang kakek kemudian. Sehun hanya mengangguk sebagai jawaban. "Kenapa?"

"Dia pergi. Aku akan mendapatkannya kembali." Jawab Sehun.

Kakek itu menepuk-nepuk pundak Sehun. "Kau tahu bukan? Tidak ada usaha yang sia-sia. Berjuanglah jika kau mencintainya." Kata sang kakek.

Sehun diam sebentar, kemudian mengangguk mantap.

"Itulah kenapa pria dilihat berbeda. Selain jenis kelamin, itu karena usahanya yang keras." Lanjut sang kakek.





****

Seulgi berjalan menyusuri perumahan yang ada di Busan sambil menyeret kopernya. Membawa selembar kertas yang ada ditangannya, sesekali melirik ke alamat yang dipasang disetiap rumahnya. Setiap rumah, Seulgi berhenti untuk memperjelas alamat itu. Sudah lebih dari 15 rumah, Seulgi belum juga menemukan alamat yang ada dilembar kertas itu.

Seulgi lelah, ia bahkan belum sarapan. Sedikitpun. Ia memutuskan untuk duduk dipinggiran jalan. Menarik kopernya untuk menaruh kepalanya sebentar. Seulgi tidak tidur, tapi matanya terpenjam.

That Man [SEULHUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang