twenty two

3.5K 276 106
                                    

Sehun terdampar di Busan. Ponselnya sama sekali tidak ia aktifkan. Sehun menginap disalah satu hotel berbintang lima yang sudah disiapkan club didalamnya. Saat Sehun memesannya, Sehun langsung menuju ke club. Sama sekali tidak mengunjungi kamar yang dia pesan di hotel tersebut. Sehun mabuk berat. Tengah malam seseorang mengantarkannya ke kamar hotelnya.

Lalu paginya, Sehun tidak memperdulikan kenapa ia sudah berada didalam kamarnya. Akhirnya Sehun bangun dan mandi. Kemudian memakai bajunya yang tadi ia pakai karena Sehun sama sekali tidak membawa apapun selain ponsel. Sehun memesan makanan. Selesai makan ia kembali tidur.

Sehun bangun pukul dua siang. Lalu mengaktifkan ponselnya. Mengabaikan panggilan masuk dari Hayoung dan orang tuanya. Yang ia telpon saat itu hanyalah Seulgi. Kang Seulgi. Yang telah membuatnya kacau. Berkali-kali Sehun menelpon Seulgi tapi sama sekali tidak aktif. Sehun menarik napasnya dan membuangnya supaya sedikit tenang.

Pikirannya sudah buntu. Tidak tahu harus bagaimana. Jika ia mencarinya, akan mencari kemana? Kota yang Seulgi tuju saja ia tidak tahu. Andai saja satu orang tahu dimana Seulgi sekarang. Hanya sebutkan saja kotanya, tidak usah dengan tempat tinggalnya Sehun yakin ia mampu. Mampu mecari Seulgi dan membawa Seulgi kembali kepadanya.

Yang Sehun pikirkan sekarang bukan hanya bagaimana keadaan Seulgi yang entah dimana. Tapi juga dengan keadaan Jino yang lagi di Seoul. Jino pasti terus-terusan menangis karena tidak ada Seulgi disisinya. Walau dipikir-pikir, Seulgi bukan adalah Ibu kandung Jino tapi Jino dari bayi sampai sekarang sudah bersama Seulgi.

Tidak berhenti sampai disini. Menurut Sehun, jika dia lelah mencari Seulgi dia bisa beristirahat sebentar. Hanya sebentar. Habis itu Sehun bisa mencari Seulgi kembali.

Sehun mengambil ponselnya kembali. Mencari nama Ibunya dikontak ponselnya. Lalu ia memencet tombol hijau untuk menelpon Ibunya.

"Hallo, Ibu?" Ucap Sehun begitu sadar telponnya sudah tersambung dengan sang Ibu.

"Kau dimana, Oh Sehun?" Tanya Ibunya kepada Sehun.

"Dia. Pergi. Entah kemana." Jawab Sehun suaranya lirih.

"B—bagaimana bis— oh. Ya sudah, itu sangat bagus." Jawab Ibunya sedikit terbata.

"Ya," Suara Sehun sangat pelan. "Impianmu terkabulkan. Selamat Ibu." Lanjut Sehun sambil menarik napas dalam-dalam. "Bagaimana Jino?" Tanyanya.

"Baik. Jino banyak dibelikan mainan." Jawab sang Ibu.

"Terimakasih. Aku akan segera pulang." Sehun langsung menutup telponnya sepihak. Ia langsung menaruh ponselnya kembali dan memejamkan matanya kembali.

———

Seulgi sibuk menata makanan kemeja makan bersama bibinya. Hari ini dia sudah membantu bibinya membereskan rumah. Dia sekarang lebih suka menyibukkan dirinya sendiri agar lupa dengan sosok Sehun. Kalau kalian bilang Seulgi sudah melupakan Sehun itu salah. Karena dirinya sendiri saja tidak yakin kalau sudah melupakan.

Ya, mungkin sudah. Dipikirannya. Tapi tidak di hatinya. Hatinya masih ada Sehun yang ia tata rapi disana. Lagipula dia meninggalkan Sehun baru saja dua atau sekitar tiga hari tidak mungkin secepat itu untuk melupakan Sehun.

Selama ia meninggalkan Sehun, selama itu juga ia tidak mengaktifkan ponselnya. Mungkin Sehun telah menelponnya berkali-kali atau tidak sama sekali.

Seulgi langsung terkejut setelah bibinya menyenggol tangannya saat ia sedang melamun.

"Ah, bibi.." ucap Seulgi terkejut.

"Ya, bibi. Kau kira siapa? Oh Sehun mu itu?" Bibinya menaruh piring ke meja sambil terkekeh geli karena menggoda Seulgi. "Kau pasti merindukannya." Ucap bibinya asal. Tapi benar, Seulgi memang merindukannya.

Seulgi melamun, tidak menjawab sama sekali ucapan sang bibi. "Hm, bagaimana keadaan Jino, ya?" Kata Seulgi masih melamun menatap kearah makanan-makanan yang ada dimeja.

"Bagaimana keadaan Jino dan Sehun maksudmu?" Bibinya lagi-lagi terkekeh menggoda Seulgi. Seulgi hanya meliriknya sekilas. "Kang Seulgi, kau baru saja meninggalkannya dua hari tapi sudah segila ini memikirkannya bagaimana jika bertahun-tahun?" Tanya sang bibi.

"Bibi Yoora, kau tahu aku hanya memikirkan bagaimana keadaan Jino. Bukang sang ayah." Jawab Seulgi, suaranya sedikit ia tinggikan.

"Ck, bibi sama sekali tidak percaya." Ujar bibinya.

"Ya, terserah kau sajalah. Aku ingin kekamar, nanti jika paman dan anak-anak bibi sudah ada kau bisa memanggilku." Kata Seulgi meninggalkan bibinya dimeja makan sendirian. Bibinya hanya bisa menatap Seulgi dari belakang sambil terkekeh geli.

Seulgi berjalan cepat menuju kamar yang ia tinggali sekarang. Ia mencari-cari keberadaan ponselnya dimana. Lalu ia mulai mengaktifkannya. Banyak panggilan masuk dari Krystal, Wendy dan yang paling banyak adalah Sehun.

Seulgi hanya menatap layar ponselnya. Tidak tahu harus bagaimana. Mengabarinya atau tidak? Tanpa ia sadari, jari-jarinya memencet tombol hijau untuk memanggil panggilan Sehun kembali. Dia gila. Niatnya ingin pergi tanpa Sehun ketahui tapi tindakannya sangatlah bodoh.

Seulgi menempelkan ponselnya ditelinganya, menunggu jawaban masuk dari Sehun. Namun tidak lama terdengar suara dari sebrang sana.

"Kang Seulgi!" Pekik Sehun disebrang sana. "Apa kau baik-baik saja? Kang Seulgi, jawab aku! Hallo! Seulgi? Dimana kau sekarang?—"

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan ku. Aku baik-baik saja disini." Lalu, Seulgi mematikan telponnya. Dengan buru-buru ia mematikan ponselnya kembali agar Sehun tidak bisa melacak keberadaannya. Hm, atau jangan-jangan bisa? Semoga Sehun tidak tahu dimana dirinya sekarang.

"Seulgi, mari kita makan." Bibi Yoora memasuki kamar Seulgi. "Mari makan, kata anak bibi, melupakan juga butuh tenaga hahahahaha!" Ucap sang bibi. Seulgi hanya meliriknya kesal.

"Mulai besok kau akan bekerja diperusahaan suamiku." Ucap bibi Yoora ketika mereka sudah berjalan menuruni anak tangga.

"Bagaimana bisa? Apakah aku harus menbuat surat lamaran pekerjaan?" Tanya Seulgi.

"Tidak. Kau langsung menjadi asisten suamiku karena asisten sebelumnya resign." Jawab bibi Yoora.

"Apakah ini serius?" Tanya Seulgi lagi.

"Kau kemarin bercerita kepadaku kau ingin mencari pekerjaan, bukan?" Tanya bibi Yoora dan Seulgi mengangguk mantap. "Ya sudah, menjadi asisten suamiku dikantor itu dia pekerjaanmu mulai besok." Lanjut sang bibi.






———————————
ini ya, buat yang nagih nagih terus wkwk.

sebenernya aku udah mau update dari lama. Eh tiba tiba ga ke save padahal udah ngetik panjang bgt. trs jg ada masalah sedikit sm real life aku.

selamat membaca, semoga suka!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 16, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

That Man [SEULHUN]Where stories live. Discover now