Itikad (2)

12.9K 2.2K 224
                                    

Menurut saya sih ini part paling bikin sakit perut hehehe .. Ini unggahan terakhir Minggu ini yaaah readers besok2 mau weekend duluuu ...  Selamat membaca.

Perempuan satu itu beneran ya, super nyebelin! Aku melangkah kesal ke arah kamar di mana Reira menginap. Sejak tadi dihubungi berkali-kali ponselnya tidak diangkat-angkat, apa maunya sih tuh cewek? Serius beneran tidak mau dinikahi? Kayaknya.

Tidak mikir tuh perut mau jadi apa kalau dah besar! Ckk! Tapi kalau dipikir-pikir … apa akunya yang lebay ya? Cewek tidak mau dinikahi masih dipaksa!

Erggghhh tauk ah! Bego!
Lagian kasian anakku kalau akunya tidak tanggung jawab. Entar di akta tidak ada nama bapaknya, terus kalau cewek bakalan lebih susah lagi. Belum lagi pas besar dikit—kayak cerita di sinetron—dia bakal jadi gosip tetangga. Kalau sekolah diejek teman-temannya karena tidak punya Ayah.

Ya Allah … kasian bener anakku kalau sampe kayak gitu. Lah, kok malah akunya yang ngelantur ke cerita sinetron segala! Cepat kuhentikan pikiran itu dan menghampiri pintu kamar Reira, mengetuknya perlahan.

“Aziz ya?” tanya suaranya dari dalam.
Lah kok dia tahu?

“Iya. Kamu lagi ngapain sih, Ra?” tanyaku penasaran.

“Lagi bingung,” sahutnya dengan suara seperti beneran bingung.

“Bingung kenapa?”

“Iniii … aku pake baju apa buat ke rumah lu?”

Nah! Kok bisa aku tidak memikirkan perkara satu itu. Kalau tahu tadi kusempatkan aja mampir ke toko pakaian, buat beliin dia pakaian yang pantas.

Tapi, bukannya tadi aku sudah menyuruh asisten rumah tangga buat minjemin beberapa lembar pakaian Aristha ke Reira, mestinya dia tidak perlu pusing kan? Setahuku selera Aristha dalam berbusana masih tergolong wajar dan normal.

“Kan ada bajunya Aristha, pinjam itu aja.”

“Iyaaa, udaaah … tapiii … uhh coba deh kamu masuk, liat sendiri aja,” suruhnya tanpa ragu, yang justru membuatku menelan ludah kelu.

Nyuruh cowok bukan mahram masuk saat dia sedang nyobain pakaian … yang kayak gini kayaknya beneran ciri khas cewek mesum. Jangan bilang di dalam sana dia malah berbugil ria buat memancing hasratku.

“Udah deh, enggak masalah kamu aja yang keluar.”

“Lu payah ya! Tenang ajalaaah … gue enggak naked, daleman luaran, luar dalem semuanya gue pake,” seakan bisa membaca isi pikiranku dia menyahuti dari dalam, “cepatan masuk!!”

Sekarang dia malah membentakku. Dasar, cewek korslet! Tanpa ragu aku mendorong pintu, mendapatinya sudah menunggu. Berpakaian, tidak telanjang seperti dugaanku. Aku menatapnya dengan teliti tidak ada yang aneh dengan, eh! Tunggu dulu. Aku mengernyit menatap dengan lebih teliti pada apa yang dia kenakan. Sweater biru Aristha yang dia kenakan terlihat aneh, menggantung dengan janggal dan tidak menutupi—

“Kenapa udelnya keliatan, Reiraaaa …!” Aku menunjuk ke arah perutnya yang rata. Syok tentu saja.

“Meneketehe!” sahutnya ketus, “ini belum seberapa, yang parah ini nih.” Dia berbalik dan pasang posisi seakan ingin jongkok. Aku hanya tertegun menatapnya entah berapa lama sampai kurasakan rembesan hangat mengalir di dalam hidungku.

Siaaalaaannn!! Sambil memaki dalam hati aku cepat berbalik sambil menyeka darah yang keluar dari hidung. Aku mimisan, hanya gara-gara melihat belahan pantat cewek. Ini beneran memalukan. Tapi memang begitulah aku kalau sudah kelewat syok.

“Ganti baju yang lain coba,” suruhku berusaha menenangkan diri.

“Udah!” sahutnya sebal.

Just LoveWhere stories live. Discover now