Mikirin kamu, selalu (2)

13.1K 2.4K 186
                                    


"RISTHAAA ... MANA LAKI LU!" Aku meneriakkan itu begitu sampai ke rumah pengantin baru itu. Aristha muncul dari dapur masih mengenakan celemek bunga-bunga birunya.

"Loh, Ra! Kapan dateng?" Dia menghampiriku dengan kebingungan, kami berpelukan dan cipika-cipiki sedikit, kemudian dia membantuku membawa bagasi ke dalam rumah dan aku membuntutinya terus ke dapur.

"Baru aja," jawabku, "tahu enggak semalem dia telepon, ngerengek suruh aku ke sini, minta dibawain pempek Candy ama pindang ikan salainya Mami Saidah. Ngapain seeh tu orang, kesambet jin mana?" cecarku setengah menggerutu.

Aristha hanya tertawa menanggapi omelanku, di pantry aku menemukan pancake menggiurkan dengan siraman sirup maple, keliatannya lezat banget dengan tidak sabar--tanpa disuruh--aku sudah mengambil piring dari rak dan menempatkan dua lembar pancake ke dalamnya.

"Anggap aja rumah sendiri ya Ra," satu suara dari arah pintu dapur mengusik, sepupu sintingku masuk hanya dengan boxer, dan handuk lembap yang dikalungkan ke leher, tubuhnya basah, juga rambut cepaknya. Sepertinya dia habis berenang di kolam yang ada di taman belakang, atau justru habis mandi junub. Tanpa bicara apa-apa dia langsung ambil tempat di sebelahku. "Dateng-dateng langsung ngomel, enggak ikhlas banget sih bikin seneng hati sodara."

"Ya iyalah, tengah malem buta WhatsApp orang minta dibawaain makanan, emang lu pikir gue apaan? Kurir lu? Kenapa nggak dikirim aja pake Jono N Tuti kalo nggak kan masih ada Joko N Emi." Sambil mengunyah pancake dengan kesal kusebutkan dua nama perusahaan pengiriman barang terkenal se-Indonesia raya.

Tapi Rensa cuma senyam-senyum tidak jelas sambil sibuk tebar pesona ama bininya yang kepelet banget ama tampang pas-pasannya. Doooh Ristha kasian sekali dikau, Nak. Masih banyak lakik ganteng nan prospektif di luar sana kenapa juga dapetnya mahluk macem Rensa, huh!

Tapi kalau dipikir ada baiknya Ristha jadi sama Rensa kalau tidak saat ini dia pasti sudah menyandang status sebagai istrinya.... Halaaah, ngapain juga aku nginget-nginget nama cowok satu itu. Ngeselin.

Untuk mengalihkan perhatian aku memotong dengan kasar sisa pancake yang ada, setelahnya mengisi mulutku penuh-penuh agar lupa dengan seseorang yang sudah banyak menyita pikiranku sebulan ini.

Lamunanku mendadak buyar saat aku melihat Ristha berlari ke kamar mandi, Rensa ikut menyusul dengan panik. Apa-apaan ini? Aku menyusul suami istri itu penasaran, dari balik pintu yang enggak ke tutup aku melihat Ristha muntah-muntah di wastafel.

Nah lu kenapa ini? Ristha sakit apa? Terus kenapa juga aku yang disuruh dateng ke sini jangan-jangan ... ini modus sinetronisasinya Aristha buat ngedeketin aku dengan suaminya sebelum dia....

"Stop Reira ... enggak usah mikir yang aneh-aneh," kata-kata tajam Rensa memotong lamunanku. Seperti biasa dia selalu-sok-tahu ama isi pikiran orang lain.

Aku menggedikkan bahu sekilas. "Kenapa bini lu, Pu?" tanyaku keheranan.

Aristha mengelap mulutnya dengan handuk mungil yang diberi oleh Rensa, wajahnya berkeringat dan pucat, di mataku dia benar-benar terlihat sakit sekarang. Padahal tadi waktu menyambut kedatanganku dia kelihatan segar bugar.

Dibantu Rensa, Aristha keluar dari kamar mandi. Saat berpapasan denganku dia hanya mengulas senyum di wajahnya yang terlihat lesu. "Aku enggak apa-apa kok, Ra," katanya datar.

"Enggak apa-apa gimana lu keliatan beneran sakit loh, Ta. Kenapa? Kalau lu enggak bahagia nikah ama sepupu gue lu masih punya kesempatan buat-"

"Buat mecahin kepala kamu yang isinya negatif melulu, Reiraaaa," Rensa berteriak frustasi, "Aristha lagi hamil, tahu enggak!?"

"HAH!? Ristha hamil? Huaaa berarti gue bakalan jadi tante lagi ... huaaa senengnyaaa!"

"Iya makanya aku minta kamu dateng ke sini itu karena aku pengen makan pempek sama pindang."

Just LoveWhere stories live. Discover now