4. Little Girl, Marsya

5.8K 298 12
                                    


Akhirnya agenda mediasi kasus gugatan cerai Erika dan Harris dilaksanakan. Harris datang lebih awal dari jadwal yang ditentukan pengadilan agama. Ruang tunggu mulai ramai. Rupanya begitulah pemandangan pengadilan agama selama ini. Banyak kasus rumah tangga yang berakhir di tempat ini.

Erika tidak hadir. Sehingga mediasi terancam gagal. Erika diwakili  oleh pengacaranya, dengan alasan Erika sedang ada meeting penting di kantor. Pengacara Erika menyampaikan pernyataan bahwa, dari pihak Erika merasa tidak perlu di jadwalkan mediasi lagi. Erika  tetap ingin melanjutkan gugatan cerai ke meja sidang.

Pihak Panitera[1] menginformasikan akan  mengirim undangan untuk informasi acara sidang pertama.

Harris merasa kesal dengan sikap Erika. Keesokan harinya, Harris memutuskan mendatangi Erika di rumah. Kebetulan tepat week end, sekalian Harris ingin membawa Marsya bersamanya.

Masih seperti enam bulan yang lalu. Rumah yang cukup besar dengan taman yang tertata indah. Harris jadi teringat bagaimana ia dan Erika sibuk men-design taman saat baru pindah ke rumah itu.

Ada kolam ikan koi di salah satu pojok taman. Teras yang cukup luas, nyaman untuk bersantai  menikmati pagi sambil minum teh.

Pagar tidak di kunci, Harris pun langsung masuk. Sambil melihat sekeliling, Harris berjalan menuju pintu utama. Dengan hati berdebar Harris menekan bel.
Tak lama kemudian Bi Sari membuka pintu.

"Eh, Bapak. Silahkan masuk, pak. Saya panggil Ibu dulu, ya...," sambut Bi Sari, dengan mengulurkan tangan untuk bersalaman.

Harris tersenyum dan menanyakan kabar Bi Sari. Harris sempat kaget melihat banyak yang berubah dengan isi rumahnya. Dan ini bukan style Harris.

Wall paper di ganti motif vintage . Letak sofa di pindahkan. Dan tanaman hijau dalam rumah sudah tidak ada lagi.

Tirai jendela dari wooden blind juga berubah jadi gorden kain bermotif.
Rapi sih, namun Harris kurang suka.

"Mas Harris!  Kok nggak nelpon dulu kalo mau datang?" tanya Erika mengagetkan Harris yang sedang berdiri di ruang tamu.

Harris hanya tersenyum lalu mendekati Erika. Harris ingin memeluk Erika seperti biasanya saat baru tiba di rumah. Namun Erika menolak. Erika hanya mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Harris menarik napas panjang mencoba memahami sikap Erika.

"Maaf aku langsung ke sini. Untuk apa nelpon kamu, pasti nggak diangkat. Dan kamu pasti melarang aku datang dengan berbagai alasan, bukan?" Jawab Harris setenang mungkin tanpa basa basi.

Suasana menjadi tegang, tidak seperti yang dibayangkan Harris sebelum datang. 
Erika tampak dingin dan terlihat tidak nyaman dengan kedatangannya.

Harris langsung masuk ruang tengah. Wajah kesalnya berubah menjadi sumringah, saat melihat Marsya sedang asyik bermain.

"Marsyaa..., lagi main apa sayang?" Panggil Harris sambil mengendap-endap hendak memberi kejutan.

"Papa!  Horee  Papa pulaang." seru Marsya seraya berlari menyambut dan  memeluk papanya.

Harris tak menghiraukan Erika. Harris  melepaskan kerinduan dengan anaknya. Harris menggendong dan bercanda dengan Marsya. Mereka tertawa lepas dan bermain bersama. Sesekali Harris menjadi kuda, lalu menjadi beruang dan bertingkah lucu dengan gaya kelinci melompat.  Marsya bahagia sekali.

Sementara Erika, hanya diam berdiri memandangi mereka. Entah apa yang dipikirkannya, sulit ditebak.

Tak lama kemudian, Erika membuatkan teh hangat dan menyajikan kue untuk Harris. Ia juga meminta Bi Sari untuk menyiapkan makan siang.

Heart BreakerWhere stories live. Discover now