Harris sempat bingung harus mengambil jalur yang mana. Beruntung posisi mobilnya berhenti tepat di bagian tengah jalan. Sehingga ia masih bisa memilih harus lurus, ke kiri atau ke kanan.
Yang ada di pikirannya saat itu, ia harus segera membawa Erika ke rumah sakit. Namun Harris tiba-tiba blank. Ia banyak lupa rute dan arah jalannya. Jogja kini tidak seperti dulu, di beberapa sudut kota sulit dikenalinya lagi. Ditambah saat itu kondisinya sudah malam. Mungkin karena terlalu lama ia berkeliling kota Gudek itu.
Tak lama kemudian lampu hijau menyala. Harris memutuskan untuk belok ke jalur kiri. Ia terus menyusuri jalan sambil matanya sibuk mencari tempat yang bisa digunakan untuk parkir. Harris tak sabar ingin berhenti sebentar untuk mengaktifkan google map. Semoga ada rumah sakit yang tidak jauh dari posisinya saat itu.
Dia teringat ada rumah sakit Bethesda dan Panti Rapih. Ia memilih Bethesda yang kemungkinan jalan ke arah sana lebih mudah di jangkau dan tidak terlalu macet.
Masalahnya adalah, Harris gugup dan panik. Ia tidak membawa holder handphone. Jadi ia sedikit kesulitan melihat petunjuk google map. Ia pun hanya mengandalkan google map voice sebagai petunjuknya. Namun secanggih apapun aplikasinya, dalam keadaan seperti itu sulit bagi seseorang untuk bisa fokus, begitu juga Harris.
Harris semakin panik saat melihat istrinya belum juga sadarkan diri. Jalanan tidak bersahabat, kendaraan cukup padat membuat mobilnya sulit melaju. Ia memukul stir mobil karena kesal mobil di depannya tak juga bergerak. Berkali-kali ia coba menekan klakson mobilnya. Alih-alih mendapatkan jalan untuk menyalip, yang ada ia dimaki-maki pengendara lainnya. Harris tidak memperdulikannya.
"Erika, sabar ya sayang. Stay with me, sayang. Sebentar lagi kita sampai rumah sakit."
Harris terus mengajak Erika bicara. Meski ia tahu istrinya sedang tak sadarkan diri. Sebuah ketakutan besar saat itu, istrinya sudah pergi berpulang. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya Harris menghadapi orang tak sadarkan diri. Baginya sulit membedakan antara pingsan atau sudah meninggal.
Meski AC mobil cukup dingin, saat itu Harris tetap gerah dan berkeringat. Rasa panik, takut, sedih dan bersalah bercampur jadi satu. Jika memungkinkan, rasanya ia ingin menggendong istrinya dan berlari agar bisa cepat sampai rumah sakit. Namun itu sangat konyol untuk dilakukan. Ditengah perasaannya yang tak menentu, Harris pun meneteskan airmatanya. Kesedihan yang teramat dalam tengah merengkuh hatinya. Tak seharusnya ini terjadi, pikirnya.
Tak lama ia melihat sekeliling, sepertinya ia kenal jalan itu. Ia seperti berada di Jalan Solo mengarah ke Mall Galeria Jogja. Terlihat sebelah kanan kiri sepanjang jalan, berjejer toko kain. Ia mulai ingat, itu artinya tidak jauh lagi akan sampai di rumah sakit Bethesda.
Ternyata benar, sepuluh menit kemudian ia telah sampai. Beruntung rumah sakit berada di sebelah kiri, sehingga ia tak perlu memutar balik arah mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Breaker
RomanceBanyak rahasia dalam diri seorang perempuan bernama Erika. Dan ia memilih untuk menyimpannya rapat-rapat. Meski rahasia itu bukan tentang dirinya. Meski akhirnya rahasia itu membuatnya memeluk erat rasa sakit, luka dan perihnya perasaan. Dan banyak...