16. Jogja, I'm Coming

3.3K 206 0
                                    

I'm not feel a life

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


I'm not feel a life. Itulah yang dirasakan pria yang tengah sibuk mengemas pakaian dan beberapa perlengkapan pribadinya. Dalam hatinya sudah membayangkan bahwa besok akan berangkat ke Jogja sendirian. Dan entah pertengkaran seperti apa yang akan dialaminya sebelum berangkat.

Semoga Marsya bisa ikut. Tapi kemungkinan itu kecil. Pasti Erika dengan segala cara akan melarang ia membawa Marsya, putri kecilnya. Ya, putri mereka berdua. Inilah yang ia takutkan.

Harris berusaha menguatkan tekadnya. Semoga dengan kehadirannya ke Jogja, akan merubah segalanya menjadi baik. Semoga ada keajaiban, dalam hatinya penuh harap.

Satu buah koper cabin size warna dark silver dan satu paper bag warna biru ukuran cukup besar telah siap untuk di bawa. Sepertinya paper bag berisi bingkisan atau oleh-oleh untuk mertuanya. Kemudian ia bawa masuk ke mobil pazero sport hitamnya. Tak perlu menunggu lana ia langsung melaju menuju rumah tempat harapannya selalu kembali. Rumah yang ingin ia pulang bukan hanya sekedar mampir. Rumah yang di dalamnya seharusnya penuh cinta.

Malam itu Harris memang berniat menginap. Ia siap melihat dingin atau kerasnya sikap Erika. Karena siang tadi belum sempat membahas, alasan kemarahannya. Entahlah, Harris heran. Mengajaknya ke Jogja untuk berkunjung ke orang tuanya sendiri, kok sepertinya Erika enggan. Jangan-jangan yang membuatnya tidak bisa ikut karena tidak suka pergi bersama dengannya. Hmm, semakin berkecamuk rasa dalam benak lelaki itu.

Ketika sampai di rumah, Bi Sari yang membukakan pintu. Suasana tampak lengang. Harris mencari dengan melihat di sekeliling ruang tengah, tak ditemukan Erika dan putri kecilnya.

"Si cantik Marsya sudah tidur, Pak Harris. Ibu ada di kamar. Monggo, Bapak langsung saja menghampiri Ibu."

Bi Sari tersenyum dan sedikit bercanda mempersilahkan majikannya sendiri yang menemui istrinya. Bi Sari juga mengatakan bahwa Erika belum keluar kamar dari setelah makan malam tadi.

Harris hanya tersenyum. Lalu ia masuk kamar Marsya untuk mencium kening anaknya. Ia belum melihat ada koper atau tas untuk di bawa berangkat besok. Sepertinya memang tidak dipersiapkan karena mereka tidak akan ikut ke Jogja, pikir Harris dalam hati.

Pikiran Harris sedang lelah, begitu juga tubuhnya. Harris memutuskan untuk beristirahat di kamar tamu. Karena besok berangkat dengan penerbangan jam sepuluh pagi.

Harris sempat mengatakan pada Bi Sari bahwa besok ia akan ke bandara pagi-pagi sekali. Jadi sepertinya akan bangun lebih awal. Agar bisa bersiap dan berangkat sekitar jam enam.

Maklumlah, Jakarta. Kemacetan di jalan tidak bisa di prediksi. Lebih baik datang lebih awal agar tidak terlambat. Apalagi belum sempat city check in, karena Harris tidak tahu apakah Erika dan Marsya bisa ikut atau tidak.

Belum pernah Harris sepasrah ini. Mungkin sudah lelah mengejar perhatian istrinya. Atau mungkin sudah lelah jika harus ribut dan ribut lagi. Yang jelas, ia sudah berusaha mencari banyak jalan untuk memperbaiki hubungan dengan istrinya.

Heart BreakerWhere stories live. Discover now