4. Anything like you

16.7K 1.7K 192
                                    

***

SASUKE meringis, berusaha menjauh dari jangkauan tangan Sakura yang memegangi kapas dan berusaha mengobati keningnya. Itu hanya lecet dan mengeluarkan sedikit darah, tetapi Sakura dengan keras kepala berkata bahwa itu harus diobati sesegera mungkin. Sasuke benci ketika kapas berisi alkohol itu mengenai lukanya, perih. Lebih baik menunggu kering dan sembuh dengan sendirinya. "Hati-hati, Sugar."

"Just shut up," Sakura mendecih, menekan kapas tersebut lebih keras hingga Sasuke meringis. "Kau yang membuat dirimu sendiri seperti ini, terima konsekuensinya dan diamlah."

Sasuke menghela napas, memilih diam dan membiarkan Sakura melakukan apapun yang gadis itu ingingkan. "Aku bahkan tidak tahu bahwa mobil sialan itu akan membawaku berguling-guling di jalanan."

"Jika kau tidak melakukannya," Sakura menggantung ucapannya seraya terus menekan alkohol tersebut di tempat yang seharusnya. "Kau tidak akan berakhir seperti ini."

Mendengar hal tersebut, senyuman Sasuke terbentuk dan semakin lama semakin lebar. Ia merasa bahagia karena Sakura memperhatikannya, terlalu bahagia hingga ia tak sungkan tersenyum lebih banyak dari biasanya. Banyak gadis-gadis di luar sana yang senantiasa memperhatikan Sasuke, secara biologis ataupun kegiatan sehari-hari yang tak berarti. Namun ketika gadis ini yang mengucapkannya, apapun yang Sasuke rasakan berbeda. Lebih manis, lebih membuatnya tak karuan.

Sialan, Sakura sepertinya memang seorang penyihir cinta.

"Senang melihatmu mengkhawatirkanku." Tatapan matanya meredup, memberi isyarat nyata bahwa Sasuke bersungguh-sungguh atas ucapannya.

Sedangkan Sakura mengernyit, kemudian menurunkan tatapan matanya untuk beradu dengan kedua netra gelap milik Sasuke dan wajahnya tiba-tiba saja menghangat. Sialan, pemuda ini membuatnya gugup. "Aku ... um yeah, it's okay."

Sasuke terkekeh, mengangkat punggungnya dari sandaran ranjang kemudian mencium Sakura tepat di bibir. "Tunggu di sini, aku ingin merokok."

Sebelum Sasuke bangkit dari atas ranjang, Sakura lebih dulu menarik potongan kaus belakang Sasuke, menarik pemuda itu agar kembali pada tempatnya. "No you can't."

"But Babe–"

"I'm not your Babe!" Napas Sakura sedikit memburu, merasa malu dan berdebar atas apapun yang pemuda itu lakukan atau katakan. "Aku memberitahumu sebagai teman, bahwa rokok itu sama sekali tidak baik bagi tubuhmu. Dengarkan aku maka kau akan menghindari satu masalah kesehatan."

"Teman-temanku mengetahui statusmu sebagai pacarku. Jika halnya kau berniat untuk berteriak kemudian menyangkal hal itu pada seluruh dunia, percayalah, tidak ada satupun yang peduli," ucap Sasuke seringan kapas, seolah permasalahan status hubungan adalah hal yang mudah baginya. "Aku akan berhenti mengisap benda itu jika kau bersedia menggantikannya."

"Apa maksudmu?"

"Aku menghisap hampir puluhan batang rokok perhari," Sasuke mendekat seiring perkataannya, sedangkan ibu jari serta jari telunjuknya menahan dagu Sakura agar tetap terarah padanya, menolak ketika gadis itu berniat untuk mundur atau menoleh ke arah lain. "Dan sebanyak itu kau harus memberikan bibirmu untuk kuhisap, tanpa terkecuali."

Sakura panik, kemudian dengan refleks memundurkan wajahnya ketika bibir Sasuke nyaris bersentuhan dengan bibirnya. "Kenapa aku harus melakukannya?" jerit Sakura tertahan.

Sasuke tertawa lepas dan tampak puas. She's so cute. Sasuke tentu saja tidak serius dengan perkataannya. Hanya orang bodoh yang merusak paru-paru dengan mengonsumsi batang rokok sebanyak itu, dan Sasuke bukanlah orang bodoh. Ia hanya menghisap rokok jika mood-nya sedang berada di bawah titik rendah, disaat Sasuke marah, frustrasi atau bahkan kesepian.

MADNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang