6. Apology

16.5K 1.7K 389
                                    

***

SAKURA kembali ke asrama dengan keadaan berantakan. Perasaannya jungkir balik secara gila-gilaan sejak beberapa waktu lalu, sejak Sasuke bertemu dengannya di kelab dan fakta manis bahwa pemuda berengsek itu benar-benar mempermainkan Sakura. Apa maksud hanya menginginkanmu jika Sasuke nyatanya masih dapat bermain bersama gadis lain di luar sana? Seorang bajingan tetaplah bajingan. Beruntung Sakura tidak jatuh terlalu dalam.

Ia membuka pintu asramanya, melangkah masuk seraya mengusap kedua kelopak matanya dan meringis. Sialan, sangat tidak lucu Sakura harus menangis karena pemuda tak jelas seperti Sasuke, mati saja ia sekarang. Air matanya lebih berarti untuk menonton film drama daripada menangisi Sasuke.

Ranjangnya tempat ternyaman, meski begitu Sakura tidak menyesal untuk berangkat ke kelab satu jam yang lalu bersama Karin. Ia tahu bagaimana buruknya Sasuke Uchiha dan hal-hal lainnya yang membuat Sakura harus benar-benar menjaga jarak jika halnya pemuda itu kembali mendekatinya. Sakura bangkit, membuka kantung plastik di atas nakas dan mengeluarkan sekaleng soda bir dari sana.

"Ini lebih baik dari segelas scotch," gumam Sakura kemudian terkekeh. Ia membuka penutupnya, meminum cairan tersebut hingga tenggorokannya terasa berbusa. Sampai pintu asramanya kembali diketuk dari luar. Sakura mengernyit, Karin sudah kembali? Bukankah gadis itu baru saja pergi dengan mobilnya untuk bertemu dengan seseorang? "Hang on."

Sakura menaruh bir kalengnya secara asal kemudian berjalan menuju pintu. Ketika terbuka, Sasuke berdiri di sana dengan penampilan kacau, tetapi Sakura tidak peduli. Ekspresi pemuda itu tampak tertekan dan sengsara. "Sugar, aku-"

"What the fuck are you doing here?" balas Sakura sebelum Sasuke menyelesaikan ucapannya. Kedua tangan di masing-masing samping tubuhnya mengepal erat, Sakura ingin meneriaki si bajingan ini dengan berbagai macam sumpah serapah, tetapi melihat kerutan frustrasi di sana membuat Sakura menghela napas secara perlahan. "Pergilah, Sasuke. Aku lelah untuk kembali berurusan dengan pemuda sepertimu."

"Kenapa kau bisa berada di kelab?"

Sakura mengernyit mendengar Sasuke melontarkan pertanyaan padanya. "Kelab itu terbuka untuk umum, wajar bagiku berada di sana dan bersenang-senang. Namun bedanya, aku tidak bersenang-senang dengan melakukan seks di dalam toilet."

Wajah Sasuke seketika pucat pasi. Pemuda itu terlihat bersalah dan panik, tetapi Sakura lebih cepat untuk mengambil langkah mundur saat Sasuke mendekat. "Aku minta maaf. Dengar Sugar, aku-"

"Aku punya nama jika halnya kau lupa, atau memang kau benar-benar tidak mengingat nama para gadis yang datang padamu karena jumlah mereka yang fantastis."

"Fuck," Sasuke menggeram. Ia mengacak helaian rambutnya kesal dan merasa bodoh. "Aku mohon, Sakura. Dengarkan aku dan kau bisa mengumpat atau bahkan menyumpahiku apapun yang kau inginkan."

"No," Kali ini, ekspresi wajah Sakura terganti dengan rasa sakit. Dan ketika kedua netranya sedikit berair, Sakura menghela napas, mendongak ke atas untuk menormalkan detak jantungnya yang bergemuruh. "Get out from my room, now."

Sasuke berhasil menangkap pergelangan tangannya, terlihat tak kalah kesakitan. "Please, Sakura."

"Sasuke, aku akan berlutut dan memohon lebih keras untuk membuatmu pergi jika kau membutuhkannya sekarang juga." Ucapan Sakura membuat Sasuke terdiam seribu bahasa. Sasuke bodoh, si bodoh yang tolol. "The way out is behind you."

MADNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang