16. Police, again?

7.9K 993 143
                                    

DERING ponselnya terus bergetar di dalam saku jas. Sasuke menguap kecil, menatap bosan pada sekumpulan manusia-manusia berdompet tebal di sekelilingnya. Ia mundur beberapa langkah dari ruang aula, mereka hanya teman ayahnya, tentu saja Sasuke tidak mengenal siapa saja tamu-tamu tua di dalam sini. Ah masa bodoh, ia bosan.

"Hm?" Sasuke mengangkat telepon masuk dari Shikamaru, mencari tempat sunyi ketika temannya mulai bicara.

"Aku tahu kau pasti mengamuk, tapi tolong gunakan akal sehat, okay?" Helaan napas Shikamaru terdengar di seberang sana.

"Kenapa?" tanya Sasuke, melirik gadis cantik yang lewat di hadapannya. Cantik, tapi si Sugar tetap yang terdepan. "Tentang liburan?"

"Anak-anak melihat Sakura pergi dengan seorang laki-laki."

Mendengar hal tersebut, Sasuke menegakkan punggungnya siaga. Tanpa menunggu lama, ia mengambil kunci motornya dari dalam saku celana, berjalan cepat keluar gedung dan mengacuhkan tamu-tamu yang menatapnya penuh tanya, dan juga beberapa tamu ibu-ibu genit yang hendak mencuri obrolan dengan Sasuke. "Dengan siapa?"

"Aku tidak tahu, tapi mereka bilang laki-laki itu berambut panjang. Mungkin dia perempuan? Tapi tidak ada perempuan yang menaiki motor besar."

Siluman ular, batin Sasuke. "Berengsek."

"Sasuke! Kau mau kemana?" Ayahnya berteriak dari dalam, setengah berlari untuk mengejar putranya yang seolah kerasukan setan. Fugaku Uchiha terengah-engah, melambai pada putranya yang mulai menyalakan mesin motor. "Hei!"

Sasuke sedikit tergelincir di atas aspal parkiran ketika memutar balik motor tersebut. "Mengejar maling!" jawabnya nyaris berteriak kemudian pergi dari sana. Meninggalkan Fugaku seperti orang hilang di dalam acaranya sendiri.

***

Neji masih enggan untuk menepikan laju sepeda motornya, dan lebih memilih untuk mempercepat guna meninggalkan Sasuke jauh di belakang. Namun yang Neji lupakan adalah pemuda itu preman tukang balapan, bukan hal yang sulit bagi Sasuke untuk kembali berada di samping motornya. Neji melirik sang gadis di belakang punggungnya yang gemetar ketakutan. Ini seolah mereka tengah dikejar oleh seorang begal.

"Kau tuli?" teriak Sasuke, gatal ingin menendang badan motor milik Neji tetapi tidak ia lakukan. Sakura bersamanya, jika Neji jatuh, Sakura juga akan jatuh. Berengsek.

Sakura menepuk bahu Neji satu kali, "Hei kita berhenti saja," ucap Sakura sedikit berteriak, melawan besarnya suara angin karena saat ini mereka tengah kebut-kebutan. Seperti dalam film fast and furious, Sakura tiba-tiba saja merasa mual. "Neji."

Neji tidak mendengar ucapan Sakura. Hal tersebut membuat Sasuke semakin kesurupan. Neji mempercepat motornya, membuat Sakura mau tak mau harus memeluk pemuda itu agar tidak jatuh di jalanan. Jika mata Sasuke saat ini mengeluarkan laser seperti di film kartun, sudah dipastikan Neji habis terpanggang hidup-hidup.

Sakura menjerit, meremas jaket yang Neji kenakan setengah gemetar ketakutan. Sialan, apa ia akan mati saat ini?

Menyadari hal tersebut pemuda itu menurutinya, Neji mulai memperlambat laju motor dan berhenti di tepi jalan. Beruntung di sana tidak terlalu ramai, karena posisi mereka yang sudah berada di mulut hutan akibat kejar-kejaran.

Sakura segera turun, kedua kakinya gemetar hebat tapi ia lebih peduli pada Sasuke dan menghalangi Sasuke yang siap mengamuk dengan linggis mengacung di tangannya. Pemuda itu meloncat dari motornya, nyaris berlari untuk menerjang Neji yang tampak tak takut jika halnya Sasuke benar menebas habis kepalanya. "Turunkan itu!" jerit Sakura, membentengi Neji dari gunung meletus seperti Sasuke dengan kedua tangannya. "Aku bilang turunkan!"

MADNESSWhere stories live. Discover now