17. La la la

7.8K 1K 121
                                    

SAKURA mengusap perut Blue hingga sedari tadi anjing kecil tersebut mendengkur, menikmati telapak tangannya yang mendarat dan memanjakannya. Sedangkan Sakura saat ini gelisah, Sasuke tidak kembali sejak dari kemarin, ia menghubungi nomor telepon yang Naruto berikan dan sama sekali tidak ada jawaban. Terakhir pemuda itu berpamitan untuk pergi ke arena balap meski berjanji tidak akan melakukan balapan liar lagi. Sakura harap pemuda itu bisa menepati janjinya.

Ponsel Sakura berkedip, berharap itu dari Sasuke atau salah satu temannya yang menghubungi Sakura. Tapi ternyata bukan, itu Karin. "Ya, halo?"

"Kau dimana?"

"Tempat biasa," Sakura memindahkan Blue dari pangkuannya ke atas karpet, membiarkan anjing itu bermain sendirian. "Kenapa?"

"Tertarik untuk ikut karaoke? Anak-anak jurusan seni mengundangku dan dirimu untuk ikut."

"Aku? Darimana mereka kenal aku?"

"Kau sekarang 'kan jadi bintang kampus! Namamu dikenal dimana-mana gara-gara si berandalan WSU," Suara Karin terdengar berisik di seberang sana. Mungkin karena gadis itu sedang berada di luar dan bukannya asrama. "Jadi bagaimana? Mau tidak?"

"Tidak ... kurasa," Sakura menatap Blue yang menggeram lucu dan kembali naik di bawah pangkuannya. "Aku harus menjaga anak anjingku."

"Oh, yang kau ceritakan saat itu?"

Sakura mengangguk dengan tolol meski tahu Karin tidak melihatnya.

"Baiklah, kabari aku jika kau berubah pikiran."

"Yes, captain. See you."

Ia beralih menatap Blue yang tertidur saat sambungan telepon terputus. Kembali mengingat Sasuke dan hatinya diselimuti kabut gelisah. "Sial," Sakura terpejam. Memilih untuk menyalakan televisi agar suasana di sekelilingnya tidak terlalu sunyi. "Kemana perginya berandalan itu."

***

Itachi masuk dengan nampan yang berisikan sup ayam. Pemuda itu mengenakan celemek berwarna pink dengan emot love di tengahnya, dan itu membuat Sasuke gatal ingin memukul wajah Itachi yang menyebalkan. "Merasa lebih baik?"

"Sebelumnya, ya. Tapi setelah kau masuk, perutku mungkin mengalami hangover. Kau seperti banci, kenapa juga harus memakai benda itu?"

"Heh, idiot. Kau pikir karena siapa aku harus memasak dan mengurusmu? Kau bukan anak-anak, seharusnya kubiarkan kau sekarat kemarin malam di jalanan."

Sasuke terkekeh, tetapi sesaat kemudian meringis ketika salah satu bahu telanjangnya yang dibalut perban berkedut nyeri. "Dimana yang lainnya?"

"Mereka sedang keluar dan mengadu jangkrik," jawab Itachi sekenanya. "Tidak, teman-temanmu masih di ruang tamu, dan Naruto sedari tadi menggigit jari. Pacarmu menelepon pada Naruto selama mungkin puluhan kali?"

Sasuke menghela napas pelan, melihat ponselnya yang kembali bergetar dan panggilan kesayanganya untuk Sakura berada di layar. "Yeah, bukan hanya pada Naruto."

"Kau tidak akan menjawab teleponnya?"

"Aku tidak ingin dia bertanya dan berujung khawatir karena aku nyaris mati."

"Si tolol ini. Menurutmu dengan kau yang tidak menjawab telepon akan membuatnya lebih baik?" Itachi mendengus, meletakkan nampannya di atas meja dan berjalan keluar ruangan. "Jawab dan katakan bahwa kau akan pulang. Lukamu membaik, hanya saja jangan terlalu banyak menggerakkan sendi bahu kirimu."

MADNESSWhere stories live. Discover now