Chapter 10

771 114 5
                                    


Kagami berlari di koridor rumah sakit tidak memperdulikan keluhan beberapa orang yang di tabraknya. Ia baru mendapat kabar bahwa [Name] sedang di rumah sakit sekarang. Saat sampai di ruang gawat darurat, ia melihat Akashi sedang duduk di kursi tunggu.

"Apa yang terjadi? Dimana [Name]?" tanya Kagami khawatir.

"Ia tidak apa-apa, hanya pingsan karena syok. Ia sudah di pindahkan di ruang rawat inap." Ucap Akashi. Lalu Akashi menceritakan apa yang terjadi pada Kagami.

"Haizaki dan ayahnya sedang menjalankan hukuman. Tapi Kise..." ucapnya mengantung. "Ia koma..." lanjutnya. "Meskipun terjatuh di air, benturannya cukup keras."

"Bisa aku melihat Kise?" pinta kagami.

Akashi mengangguk dan mengantarkan Kagami menuju kamar inap Kise. Saat memasuki kamar inap Kise, Kagami melihat seorang laki-laki bersurai blonde sedang terbaring lemah. Di tubuhnya di tempeli berbagai macam alat yang Kagami tidak tahu fungsinya. Kagami segera mendekati tempat tidur Kise.

"Naa...Kise... Terima kasih telah menyelamatkan [Name]. Berkatmu [Name] tidak apa-apa. Hontouni arigatou. Cepatlah sadar Kise..." ucap Kagami pada Kise. Meskipun ia tahu sang surai blonde ini tidak akan menjawabnya.

Setelah keluar dari kamar Kise, Kagami segera menuju kamar [Name]. Sesampainya di sana ia melihat [Name] yang terbaring di tempat tidurnya di kelilingi oleh anggota Kisedai kecuali Kise. Gadis bersurai pink sedang duduk di samping timpat tidur [Name] sambil menggenggam erat tangan [Name] yang lemah.

"Engh..." suara erangan kecil terdengar dari mulut [Name]. Tak lama kemudian [Name] sudah membuka matanya.

"[Name]-chan, kau tidak apa-apa?" tanya Momoi khawatir.

[Name] tidak menjawab pertanyaan dari Momoi. Tak lama kemudian posisi [Name] berpindah menjadi duduk.

"[Name]?" ucap Kagami.

Tidak ada respon dari [Name]. Secara perlahan kepalanya yang sebelumnya menunuduk, mengadah memperhatikan setiap orang yang ada di kamarnya. Kesunyian melanda.

"Nee..." ucap [Name]. "Ryouta-kun...." [Name] memutus kalimatnya. "Mana?"

Semuanya terdiam, tak ada yang berani menjawab pertanyaan [Name].

"Kise..." ucap Kagami memberanikan diri.

"Koma..." sambung Akashi.

[Name] terdiam. Pandangannya kosong dan cahaya matanya meredup.

"Tinggalkan aku sendiri..." ucap [Name] pelan.

Semuanya meninggalkan kamar inap [Name]tanpa melawan dan bicara apapun. Setelah [Name] memastikan semuanya telah keluar, [Name] menangis sejadi-jadinya. Ia ingat apa yang terjadi pada Kise.

.

Setelah tiga hari [Name] tidak masuk sekolah, hari ini [Name] kembali bersekolah. Tetapi ada yang berbeda dari [Name]. [Name] yang dulunya periang sudah tidak tersenyum lagi. Tidak ada lagi [Name] yang selalu mengerjai Midorima bersama Takao.[Name] juga telah kembali ke marga [Lastname]nya.

'Psst...Itu dia orang yang membuat Kise-sama jatuh dari atap.'

'Menyebalkan sekali. Apalagi ia selalu dekat dengan Kiseki No Sedai.'

Begitulah bisikan-bisikan tajam dari fans Kise tentang [Name]. [Name] pura-pura tidak mendengarkannya dan terus mencoba melewati harinya di sekolah.

Kini rasanya sangat sepi tanpa Kise. Meskipun Kise berisik, menyebalkan, dan childish, hanya Kise yang bisa meramaikan suasana. Meskipun [Name] terhibur ketika melihat Aomine dan Kagami bertengkar, lebih terhibur lagi jika ada Kise.

[Name] bahkan tidak ingin menjenguk Kise. Bukan berarti [Name] tidak tahu terima kasih, tetapi [Name] merasa tidak pantas bertemu Kise. [Name] yakin saat Kise bangun nanti ia tidak ingin bertemu dengannya.

.

Sudah tiga minggu [Name] masuk sekolah. Seminggu itulah [Name] lewati dengan mendapat kata-kata tajam. Dan tak sedikit orang yang menyalahkannya atas jatuhnya Kise dari atap. Bahkan [Name] akan dibully secara fisik jika Momoi atau anggota Kisedai yang lainnya tidak datang pada saat yang tepat.

[Name] sedang menangis dengan memeluk lutunya di sudut kamarnya yang berubah seperti kapal pecah. Sekarang di rumah sedang tidak ada orang. [Name] frustasi dan berantakan. Tak jarang ia merutuki dan menyalahkan dirinya sendiri.

'Seharusnya waktu itu Ryouta tidak menolongku.'

'Seharusnya aku berhati-hati.'

'Seharusnya aku bisa menjaga rahasiaku dengan baik.'

'Seharusnya aku tidak ditemukan oleh mereka.'

'Seharusnya aku...' [Name] menatap sebuah cutter di depannya.

'Mati...'

.

.

.

Hai hai! Kembali lagi dengan Icha disini! Maaf ya, Icha nggak pandai bikin adegan bully-nya jadi Icha nggak nulis adegan bully-nya. Soalnya Icha nggak suka bullying. Maaf juga kalau ceritanya pendek. Juga terima kasih untuk kalian semua yang selalu mendukung Icha. Icha terharu loh!

Aomine : Nggak ada yang tanya

Berisik, Ahomine! Okey, sudah dulu ya! Jaa nee~

Arigatou [GoM x Reader]Where stories live. Discover now