Chapter 11

753 118 18
                                    


Hari ini Midorima pulang sendiri karena Akashi masih ada rapat OSIS, Aomine sedang membeli majalah mesumnya, Murasakibara sedang membeli stok cemilannya dan Kuroko sedang kerja kelompok di rumah Kagami.

Midorima memasuki rumahnya dan berjalan menuju kamar [Name]. Midorima hanya ingin melihat keadaan [Name]. Midorima mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu [Name] ketika melihat pintu [Name] yang tidak tertutup rapat. Dengan ragu-rugu, Midorima membuka pintu [Name] secara perlahan.

Manik hijau Midorima membola saat melihat kondisi [Name] yang terbaring tidak sadarkan diri di sudut kamarnya yang berantakan dengan berlumuran darah yang berasal dari pergelangan tangannya. Dengan segera Midorima berlari menghampiri [Name].

"[NAME]!" ucap Midorima sambil menggoyangkan tubuh [Name]. Midorima masih merasakan hembusan nafas [Name] dan denyut nadi [Name] yang melemah. Midorima segera memanggil ambulans dan mengabari lainnya.

"Bertahanlah kumohon." Ucap Midorima cemas. Bahkan Midorima tidak sadar bahwa ia menggigit bibirnya terlalu keras sehingga berdarah karena khawatir.

.

Midorima nampak tidak tenang, ia bejalan mondar-mandir di depan pintu UGD rumah sakit menunggu dokter keluar. Tak lama kemudian Kuroko, Akashi, Aomine, Murasakibara, dan Kagami datang dengan nafas terengah-engah. Kelihatanya mereka sangat terburu-buru saat menuju rumah sakit.

"Midorima,bisa jelaskan apa yang terjadi?" tanya Kagami.

"[Name] memotong urat nadi di tangannya sendiri." Jawab Midorima.

"Kau yakin?" ucap Akashi memastikan.

Midorima mengangguk yakin. Masih terbekas di benakknya ketika melihat kamar [Name] yang seperti kapal pecah, tangan kanan [Name] yang menggenggam cutter berlumuran darah, pergelangan tangan kirinya yang mengalirkan darah, penampilan [Name] yang berantakan, dan jejak air mata di pipi [Name].

Tak lama kemudian dokter yang menangani [Name] keluar dari ruang UGD. "Apakah kalian keluarga dari [Lastname]-san?" tanya dokter tersebut.

"Aku sepupunya." Ucap Kagami. "Bagaimana keadaannya?" sambungnya.

"[Lastname] san baik-baik saja. Meskipun ia sudah kehilangan banyak darah, kami sudah mengatasinya. Lukanya tidak terlalu serius. Tetapi ia harus rawat inap agar kami dapat memantau kondisinya. Dua sampai tiga hari lagi boleh pulang.." jelas sang dokter panjang lebar. "Sepertinya [Lastname]-san memiliki maslah, sebaiknya kalian membantu [Lastname]-san menyelesaikan masalahnya." Lanjutnya.

Semuanya mengangguk mengerti.

"Bisakah kami melihat [Name]?" tanya Aomine.

"Silahkan." Ucap dokter mempersilahkan. Lalu sang dokter meninggalkan ruang UGD.

Semuanya segera masuk untuk melihat keadaan [Name]. Sepertinya [Name] sedang tertidur pulas. Mata bengkaknya masih terlihat karena habis menangis. Semuanya menunduk sedih.

"Kita harus membicarakan sesuatu nanodayo." Ucap Midorima.

"Sebaiknya kita keluar." Saran Murasakibara yang disetujui oleh semuanya.

.

Saat ini mereka berenam sedang duduk di bangku taman rumah sakit. Merundingkan langkah apa yang akan diambil selanjutnya.

"Sepertinya [Name]-san depresi." Ucap Kuroko beranggapan.

"Aku sependapat. Kurasa kita harus menjauhkan barang-barang yang berbahaya dari [Name] atau [Name] akan mengulangi hal yang sama." Ucap Kagami.

"Juga ada yang menjaganya di sini." Sambung Aomine.

"Aku akan menjaganya. Kalian pulang saja, pasti kalian lelah nanodayo." Ucap Midorima.

"Tidak apa-apa Midorima-kun?" tanya Kuroko.

Midorima membalas dengan anggukan.

"Baiklah. Aku dan Tetsuya akan megurus kamar [Name]. Shintarou, besok kau tidak usah masuk sekolah aku akan mengurus izinmu. Jagalah [Name]." ucap Akashi.

Midorima mengangguk mengerti, "Baiklah."

"Jaa...Mido-chin. Kami pulang dulu." Pamit Murasakibara yang mulai meninggalkan rumah sakit disusul dengan yang lainnya.

.

Mata [Name] terbuka secara perlahan dan mengedipkannya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Setelah pengelihatnnya jelas, [Name] baru menyadari dirinya sedang berada di kamar rumah sakit.

[Name] melihat seorang pria bersurai hijau dengan masih memakai seragam SMA Teiko tengah terlelap dengan menelungkupkan tangannya di pinggir tempat tidur [Name]. Saat [Name] sedang berusaha untuk duduk, Midorima terbangun.

"[Name] kau baik-baik saja?" tanya Midorima. Kantuknya sudah hilang entah kemana.

"Aku masih hidup..." ucap [Name].

"Tentu saja kau masih hidup [Name]. Kau di sini sekarang." Ucap Midorima.

"Kenapa aku tidak mati saja? Aku tidak pantas bersama kalian semua. Bahkan Ryouta koma karena aku." Sesal [Name].

"[Name], sudah kubilang berkali-kali ini bukan salahmu." Ucap Midorima.

"Ini semua salahku..." [Name] meracau tidak jelas.

Midorima sudah tidak tahan lagi melihat [Name] seperti ini. Tanpa berpikir panjang, Midorima memeluk tubuh [Name]. [Name] meronta di dalam pelukan Midorima. Tetapi Midorima malah memeluk [Name] lebih erat. Karena tidak bisa melawan, [Name] hanya bisa menangis.

"Sudah kubilang bukan salahmu. Ini hanya kecelakaan. Kise menolongmu karena ia berjanji akan menjagamu. Kalau aku berada di posisi Kise saat itu, aku pasti akan melakukan hal yang sama, begitu juga yang lainnya. Kalaupun Kise akan pergi, itu takdirnya. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri." Ucap Midorima. Sepertinya tsunderenya hilang, bahkan ia tidak memakai 'nanodayo'.

"A-Aku membawa kesialan bagi kalian semua...hiks...Waktu itu Aomine, dan sekarang Kise. Kau tahu siapa penyebabnya? Aku!" ucap [Name] di sela tangisnya. "Seharusnya aku tidak bertemu kalian. Aku hanya akan mendatangkan masalah."

"Siapa bilang? Waktu itu Aomine demam karena bergadang kan? Dengar, kau tidak pembawa masalah atau kesialan sama sekali. Bagi kami, kau adalah pembawa keceriaan dan kehangatan dengan dirimu yang selalu tersenyum. Kalau kami menganggap pembawa masalah ataupun kesialan, kami sudah menjauhimu dari dulu. Bertemu denganmu merupakan keberuntungan terbesar bagiku, dan aku tidak akan menyia-nyiakannya." Ucap Midorima.

Midorima mengeratkan pelukannya, seakan-akan [Name] akan pergi dan Midorima tidak ingin itu. "Kau bukan [Name] kan? [Name] yang kukenal tidak begini. Kemana perginya [Name]? Kemana [Name] dengan senyumannya yang tulus dan ceria itu? Aku merindukannya, sungguh. JADI DIMANA DIA?!"

[Name] tersentak dan menangis sejadi-jadinya di pelukan Midorima. Midorima tersenyum sambil menepuk-nepuk punggung [Name] untuk menenangkannya.

"Okaeri, [Name]."

[Name] tertidur karena lelah menangis. Midorima membaringkan [Name] sampai di posisi yang nyaman dan meyelimuti tubuh [Name].

"Selamat tidur [Name]... B-Bukan berarti aku perduli nanodayo!"

Sepertinya tuan tsundere telah kembali...

.
Yuhuu~ Icha kembali~
Ada yang kangen nggak? /gak!/
Sekali lagi terima kasih kepada kalian yang selalu mendukung Icha 😊😊😊

Jaa nee...

Arigatou [GoM x Reader]Where stories live. Discover now