Chapter 21

536 82 11
                                    

"[Name]-chan!" seru Momoi.

[Name] nyaris menjatuhkan kotak bekalnya karena kaget, "Duh... Kau membuatku kaget..."

"Salahmu dari tadi melamun terus," gerutu Momoi.

"Eh? Memangnya aku barusan melamun ya?"

Seluruh anggota Kisedai memandang [Name] khawatir, termasuk Kagami dan Momoi.

"[Name], apa kau sedang tidak enak badan? Kau sering melamun akhir-akhir ini," tanya Akashi.

"A-aku? Tidak kok! Aku baik-baik saja," ujar [Name] berusaha meyakinkan semuanya bahwa ia baik-baik saja.

Memang sepulang dari Kyoto perilaku [Name] sedikit berubah, ia jadi sedikit pendiam dan tak jarang melamun.

"Apa kau sedang ada masalah [Name]-san?"

"Tidak kok! Aku baik-baik saja, sungguh!"

"Baiklah kalau [Name]-san berkata demikian."

Semuanya kembali melahap bekal mereka dengan pikirannya masing-masing.

.

"Setelah kelulusan nanti aku pindah ke Amerika."

Hening...

Ucapan yang lolos dari mulut [Name] membuat semua orang yang berada di ruang tengah terdiam cukup lama.

Setelah cukup lama [Name] memendam sesuatu di pikirannya, akhirnya ia memberanikan diri untuk mengatakannya.

"A-apa maksudmu [Name]?"

"Oi, [Name], bercandamu tidak lucu."

"Maafkan aku Shintaro-kun, Daiki-kun... Tapi aku serius."

"[Name]-chin sudah tidak suka lagi tinggal di sini bersama kami?"

"Bu-bukan begitu..."

"Kalau begitu tetaplah bersama kami ssu!"

"Aku juga ingin begitu, tapi aku sudah berjanji kepada orangtuaku."

"Janji?"

[Name] mengangguk, "Saat villaku dirampok, orangtuaku menyelamatkanku sampai mengorbankan nyawa mereka. Mereka berharap agar aku bisa meneruskan perusahaan mereka."

"Aku tidak bisa menolak harapan mereka, apalagi setelah apa yang mereka lakukan untukku," tangan [Name] mengepal erat sampai buku jarinya memutih. "Bagaimanapun juga mereka orangtuaku..."

"Aku akan meneruskan perusahaan mereka yang berada di Amerika."

"Aku harap kalian bisa mengerti."

Suasana kembali hening hingga tiba-tiba Kise berlari menuju kamarnya.

"Ryouta-kun..."

"Maaf, aku membutuhkan waktu untuk sendiri sebentar," ujar Kuroko lalu ia berlalu menuju kamarnya.

"Aku juga," ujar Aomine dan disusul oleh Murasakibara dan Midorima menuju kamar masing-masing.

Akashi masih terdiam di tempatnya begitu juga [Name] yang masih menundukkan kepalanya.

"Apa yang harus kulakukan...," lirih [Name].

Akashi maju dan memeluk [Name], "Tak apa... Kalau kau memang harus pergi, maka pergilah."

"Tapi kalian...," [Name] tak sanggup melanjutkan kata-katanya.

Akashi menggelengkan kepalanya, "Kami akan baik-baik saja... Biarkan mereka sebentar, mereka masih butuh waktu untuk menerima semua ini."

"Sei-kun...," [Name] memeluk Akashi dengan erat. "Huwaaa...Hiks...Hiks..."

Akashi menepuk-nepuk punggung [Name] untuk menenangkan [Name].

"Aku bahkan...Hiks...Belum membalas kebaikan kalian semua...Uwaaa..."

"Kau sudah membalasnya kok..."

"Sejak pelaku perampokan rumahmu sudah ditangkap bahkan kau tidak pulang ke asalmu dan memilih tetap tinggal bersama kami dan kami sangat senang."

"Kau tahu... Kau telah membuat hidup kami berwarna [Name]..."

"Itu sudah cukup... Kami sangat bersyukur kau masih ada di sini..."

Setelah mendengarkan kata-kata Akashi tangis [Name] sedikit mereda, "Sei-kun..."

"Ya?"

"Kata-katamu membuatku semakin bimbang harus pergi atau tidak Huwaaaa...," ujar [Name] kembali menangis.

Akashi sweatdrop, ia segera menepuk-nepuk punggung [Name] untuk meredakan tangisnya,"Apa aku salah bicara ya?"

"Aku ingin pergi, tapi secara bersamaan aku juga ingin tetap bersama kalian," ujar [Name] di sela tangisnya.

"Aku jadi bingung," keluh [Name].

"Sudah kubilang tak apa kalau mau pergi, kami akan baik-baik saja kok, sungguh...," ujar Akashi.

[Name] masih menangis.

"Pergilah...Tak apa...Tapi suatu saat kalau kau ingin kembali, maka kembalilah. Kami akan menunggumu di sini, karena tempat ini rumahmu juga," ujar Akashi.

"Masih ada waktu... Ayo kita gunakan waktu yang tersisa sebaik-baiknya."

[Name] menghentikan tangisnya sebentar dan menatap Akashi, lalu air matanya kembali mengalir disertai senyuman di wajahnya.

"Terima kasih..."

.

Suara tangisan [Name] dan perasaan tidak berdaya dari beberapa pengghuni memenuhi rumah tersebut.

Kedua insan yang berada di ruang tengah sedang berpelukan.

Kuroko yang memeluk lututnya sambil bersandar di pintu kamar.

Midorima yang menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya di meja belajarnya.

Murasakibara yang menatap tumpukan snacknya tanpa minat.

Aomine yang terbaring terlentang di kasurnya sambil menatap kosong langit-langit kamarnya.

Dan Kise yang sedang meringkuk di kasurnya sambil menutupi dirinya dengan selimut.

.

"Pada akhirnya tertidur juga," gumam Akashi sambil menatap [Name] yang tertidur pulas di kasurnya.

Setelah selimut berwarna [Favorite Colour] menutupi tubuh [Name] dengan sempurna, Akashi mengelus kepala [Name] sambil tersenyum sedih dan segera keluar dari kamar bernuansa [Favorite Colour] tersebut.

"Orang yang kusayangi akan pergi lagi...," ujar Akashi sambil bersandar di pintu kamarnya.

Tangannya meremat dadanya di sebelah kiri, kakinya tak kuasa lagi menahan berat tubuhnya sehingga ia terduduk di lantai.

"Are? Mengapa aku menangis?"

.

.

.

Halooo~ Kembali lagi dengan Icha disini!

Kenapa ceritanya sedih mulu ya? /Kan lu sendiri yang buat ceritanya!/

Heuheu... Maafkan Icha yang lama tidak update tapi sekali update ceritanya pendek nan gaje :')

Ah, tapi Icha harap kalian suka ya...

Terima kasih bagi kalian yang sudah nunggu cerita ini update, serta kalian yang sudah mau membaca, memberi vote ataupun comment, dan menambahkan buku ini ke reading list kalian...

Oh iya, bagi yang mau menghadapi UN ataupun yang sedang sibuk ujian semangat yaaa....

Sekian~

-Icha-

Arigatou [GoM x Reader]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora