1

11.6K 236 2
                                    


"Kau harus menikah Ana! Nenek sudah tua. Siapa yang menjagamu nanti kalau Nenek sudah tidak ada?"

"Nenek akan baik-baik saja. Aku mohon Nek jangan pernah bicara seperti itu! Aku ingin bersama Nenek selamanya. Dan aku juga belum siap untuk menikah."

"Ana... kita tidak tau takdir kita. Nenek hanya ingin menyiapkan diri kalau saja terjadi sesuatu dengan Nenek, kamu akan ada yang menjaga."

Nenek Sophia terlihat menghela nafas sebelum melanjutkan bicara. Terlihat keadaan Nenek Sophia sedang sakit. Badannya lemas dan sepertinya tidak berdaya di atas tempat tidur.

"Tolong lakukan yang Nenek minta Ana. Nenek akan tenang jika kau sudah memiliki pendamping. Nenek mohon Ana."

Ana hanya bisa terdiam mendengar permintaan Neneknya. Ini tentu pilihan yang sangat sulit bagi Ana. Ana masih berusia 21th. Untuk menikah tentu saja itu sangat jauh dari pemikiran Ana. Dia masih ingin melakukan banyak hal untuk masa depannya. Pernikahan seharusnya tidak bisa di pikirkan hanya dalam waktu satu malam saja. Tapi di sisi lain Ana tidak tega menolak keinginan Neneknya yang sedang sakit. Apalagi Nenek Sophia adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki. Dan satu-satunya orang yang dia cintai. Kedua orang tua Ana sudah lama meninggal waktu Ana masih berusia 10th karena kecelakaan. Praktis semenjak itu hanya Nenek Sophia satu-satunya orang yang merawatnya. Nenek Sophia merawat Ana dengan penuh kasih sayang. Oleh karena itu Ana juga sangat menyayangi Nenek Sophia.

Ana sangat memahami kekhawatiran Neneknya. Selama ini dia tidak pernah membantah semua permintaan Neneknya. Tapi pernikahan? bukankah itu perkara hati? Bukankah semua itu butuh waktu dan proses? Tapi sepertinya Nenek Sophia sangat mendesak Ana untuk cepat menikah. Tapi dengan siapa? Ana sama sekali tidak pernah jatuh cinta sebelumnya, apalagi pacaran. Dia juga tidak pernah mempunyai teman dekat pria sebelumnya.

"Tapi Nek, aku harus menikah dengan siapa? Ana tidak punya kekasih ataupun teman dekat pria. Menikah itu butuh waktu dan penjajakan dulu Nek."

"Penjajakan itu bisa dilakukan setelah menikah. Nenek juga dulu begitu. Dan ternyata rumah tangga Kakek dan Nenek juga baik-baik saja bukan? Lagian Nenek sudah punya calon buat kamu."

"Hah? Calon? Maksud nenek?"

"Nenek punya sahabat dan sahabat Nenek itu punya cucu. Kami ingin menjodohkan kalian."

"Tapi Nek.... bukannya ini terlalu cepat? Ya kalau cucu sahabat Nenek juga menyetujuinya. Bagaimana kalau tidak? Ana pasti malu Nek."

"Ana..." terdengar suara Nenek Sophia semakin melemah.

"Nenek mohon.... lakukan demi Nenek. Nenek sudah sangat tua dan sering sakit. Bagaimana Nenek bisa tenang meninggalkanmu sendirian. Nenek sudah tidak kuat Ana. Kapan saja Nenek bisa meninggal."

"Nenek jangan bilang begitu. Nenek pasti kuat. Ana ingin terus bersama Nenek," kata Ana dengan berlinang air mata. Ana tidak kuasa menahan air matanya karena mendengar perkataan Neneknya. Ana tidak bisa membayangkan hidup tanpa Neneknya yang sangat dikasihinya.

"Kalau Ana menikah, terus bagaimana Ana bisa menjaga Nenek? Pasti Ana akan hidup dengan suami Ana bukan?"

"Itu tidak perlu kamu khawatirkan. Yang terpenting itu kamu Ana. Kamu bisa menjenguk Nenek kapan pun kamu mau. Yang penting hati dan pikiran Nenek itu tenang karena melihatmu mempunyai keluarga!"

"Mungkin ini permintaan Nenek yang terakhir Ana. Nenek hanya ingin melihatmu ada keluarga yang menjaga. Biar kamu tidak sendirian. Kamu harus mengerti! Ini demi kebaikanmu sendiri." Terlihat Nenek Sophia kemudian batuk-batuk dengan keras. Dan membuat Ana yang melihatnya menjadi semakin tidak tega.

Anastasia Lee ( One Heart  One Love  One Destiny )Where stories live. Discover now