15

5.2K 231 3
                                    

Pagi ini terlihat Ana masih enggan beranjak dari tempat tidurnya. Ana masih betah meringkuk di bawah selimutnya, meskipun sebenarnya otaknya sudah mulai tersadar dari beberapa jam yang lalu. Peristiwa kemarin malam masih saja melekat kuat pada otaknya. Dan hal itu semakin membuat Ana enggan untuk bangun dan memulai harinya.
Matanya masih terasa berat dan panas untuk di buka, mungkin karena akibat dari tangisannya semalam. Semalaman itu Ana tidak berhenti menangis. Dan hal itu membuat matanya benar-benar terlihat bengkak.
Ana mencoba membuka matanya sedikit. Dan dia bisa melihat dari pandangannya itu, tidak ada tanda-tanda kalau Daniel memasuki kamar itu.
Ana kemudian memcoba bangun dan merenggangkan otot-otot di badannya. Sepertinya hari ini Ana perlu sesuatu hal yang menyegarkan pikirannya. Ana tidak ingin berurusan lagi dengan semua masalahnya dengan Daniel. Setidaknya untuk hari ini.
"Cukup untuk menangisnya Ana. Hari ini kau harus bersantai sebentar!" kata Ana kepada dirinya sendiri.
Ana ingin mencoba menghibur dirinya sendiri. Ia tidak ingin masalah dengan Daniel membuatnya terus bersedih.
Ana berjalan menuju ruang wardrobe dan kemudian mencari baju renangnya.
Setelah menemukan baju renangnya, Ana pun lantas pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka dan juga menyikat giginya. Kemudian setelah selesai semuanya, Ana segera mengenakan baju renangnya. Sepertinya berenang adalah satu-satunya kegiatan yang bisa menyegarkan pikirannya saat ini, untuk sementara waktu.
Ana berusaha untuk tidak mengasihi keadaannya. Yang dilakukannya adalah mencoba untuk melawan semua kesedihan di dalam hatinya. Percuma harus bersedih karena tidak akan bisa menyelesaikan masalahnya. Yang ada Ana akan semakin bersedih dan juga terlihat lemah. Dan Ana tidak ingin Daniel melihatnya seperti itu.
Ana melihat matanya yang masih terlihat bengkak di depan cermin meja riasnya. Kemudian Ana memutuskan memakai kaca mata hitamnya dan mengenakan handuk kimono untuk menutupi badannya. Setelah itu Ana bersiap keluar dari kamarnya sambil menenteng buku novel yang belum selesai dibacanya.
Sesampainya di bawah nampak suasana di rumah itu sepi sekali. Menurut pemikiran Ana, Daniel dan lainnya sepertinya sudah berangkat kerja seperti biasanya.
Ana kemudian melangkah keluar ke arah taman belakang. Dimana tempat kolam renang itu juga berada.
Ana kemudian bersantai di atas sun lounger sambil membaca buku novel yang di bawanya.
Beberapa saat kemudian tampak Maria berjalan mendekat ke arah Ana yang sedang bersantai itu.
"Selamat pagi Nyonya Ana. Maaf mengganggu. Apa Nyonya Ana ingin saya bawakan segelas orange jus dan sandwich untuk Nyonya?" tanya Maria dengan sangat perhatian.
"Terimakasih Maria. Boleh. Kalau tidak merepotkanmu."
"Tentu saja tidak merepotkan Nyonya. Baik akan segera saya bawakan. Permisi," Maria pun segera pergi untuk menyiapkan pesanan Ana.
Kemudian Ana pun segera kembali ke posisinya semula sambil melanjutkan membaca novelnya.
Sambil bersantai Ana fokus pada bacaan yang sedang di bacanya. Ana sama sekali tidak memperhatikan keadaan di sekelilingnya.
'Byuuur...' tiba-tiba terdengar suara air meluap yang berasal dari dalam kolam renang.
Ana kemudian menurunkan novel yang di bacanya dan melihat ke arah kolam renang. Sepertinya ada sesorang yang sedang berenang di dalam kolam renang itu. Ana terus memperhatikan sosok pria yang sedang berenang di dalam kolam renang itu.
Sesampainya di ujung kolam renang, nampak Tony memegang pinggiran kolam itu sambil mengusap wajahnya untuk menghilangkan air yang menutupi matanya.
"Kau tidak bekerja?" tanya Ana kepada Tony.
"Hah?"
"Kau tidak berangkat bekerja?" kata Ana mengulangi pertanyaannya.
"Aku bisa menghandlenya dari rumah."
"Ehm," gumam Ana sambil mengangguk.
"Kau akan berenang atau hanya akan diam saja di situ?"
"Ya tentu saja aku akan berenang. Tapi sepertinya aku masih malas sekarang," jawab Ana dengan datar.
"Bagaimana kalau kita berlomba?"
"Aku rasa aku akan kalah telak."
"Ayolah Ana. Daripada kau hanya diam dan membaca bukumu. Ini akan lebih menyenangkan," bujuk Tony.
"Ehm... Baiklah. Mungkin itu yang aku perlukan sekarang," jawab Ana. Kemudian Ana mulai berdiri dan melepaskan kacamata serta handuk kimononya. Sehingga sekarang Ana terlihat hanya mengenakan baju renangnya saja. Tampak sekali kemolekan tubuh Ana yang mulus membuat mata pria tidak bisa menolak untuk memandangnya.
Tony pun terlihat sekejap memperhatikan tubuh Ana yang terlihat sempurna itu. Sampai kemudian Tony berusaha kembali untuk sadar dan keluar dari kolam renang untuk berdiri di tepian kolam renang itu
"Kau siap?" tanya Tony.
Ana pun segera mendekat di samping Tony dan bersiap mengambil posisi untuk berlomba berenang dengan Tony.
"Sampai hitungan ketiga. Oke?"
"Oke," jawab Ana sambil mengangguk.
"Satu... Dua... Tiga..."
'Byuuurrr...' terlihat Ana dan Tony melompat masuk ke dalam kolam dan berupaya berenang dengan cepat.
Ana terlihat berusaha sekuat tenaga untuk bisa berenang lebih cepat dari Tony. Tapi ternyata hasilnya dapat ditebak. Tony tetap menjadi pemenangnya. Mereka berdua sama-sama memegang pinggiran kolam renang itu sambil mengatur kembali nafas mereka yang mulai tidak beraturan itu.
Tony terlihat tertawa senang karena kemenangannya itu.
"Sudah lama aku tidak berenang secepat ini," kata Tony sambil tersengal-sengal karena nafasnya masih belum teratur.
"Aku juga. Tapi ini sangat seru" jawab Ana dan kemudian tertawa.
"Iya," jawab Tony dan kemudian tanpa sengaja mengarahkan pandangannya pada lantai dua rumah itu.
Sekilas nampak bayangan seseorang yang sedang memandang ke arah kolam renang ini. Sepertinya itu adalah Daniel, karena tidak mungkin itu adalah Kevin atau orang lain. Kevin sudah pergi berpamitan dengan Tony tadi pagi ketika hendak pergi. Jadi orang yang sedang melihat ke arahnya sekarang pastilah Daniel, batin Tony dalam hatinya.
"Bagaimana kalau kita melakukannya sekali lagi?"
"Berlomba lagi maksudmu?"
"Ya, apalagi?"
"Oke. Siapa takut," jawab Ana sambil tersenyum.
"Nyonya Ana, saya taruh minuman dan sandwich nya di meja," kata Maria ketika mengantar pesanan Ana.
"Oh iya, terimakasih Maria," jawab Ana sambil tersenyum.
"Ada yang lain?" tanya Maria kemudian.
"Tidak. Terimakasih," jawab Ana.
"Baiklah. Permisi," kata Ana dan kemudian segera pergi meninggalkan tempat itu.
Setelah Maria pergi, Ana dan Tony tampak bersiap-siap untuk memulai perlombaan mereka kembali.
"Siap?"
Ana pun mengangguk.
"Satu... dua... tiga..."
Ana dan Tony segera mendorong tumpuan kaki mereka agar badan mereka bisa meluncur di dalam air, sedang tangan mereka terlihat mengayuh dengan kuat agar bisa berenang lebih cepat.
Tapi di tengah-tengah lomba itu, tiba-tiba Ana dengan curang sengaja memegang kaki Tony dan menariknya. Sehingga Tony yang terkejut menjadi spontan berbalik dan berdiri. Tony pun dengan pasrah tidak meneruskan berenangnya. Sedang Ana terus saja berenang sampai menyentuh pinggiran kolam.
Sesampainya di pinggir kolam Ana terlihat langsung tertawa lepas karena berhasil mencurangi Tony sehingga dirinya bisa memenangkan lomba itu.
Tony yang melihat tingkah nakal Ana hanya bisa tersenyum sambil berjalan di dalam kolam dan mendekat ke arah Ana.
"Aku menang," kata Ana dengan semangat sambil terus tertawa.
"Ya. Dengan curang," jawab Tony sambil tersenyum.
"Kadang kita harus melakukan apapaun untuk menang bukan?"
Tony hanya tersenyum tipis menanggapi jawaban Ana. Kemudian Tony terlihat melihat ke arah Ana dengan tatapan serius.
"Bagaimana menurutmu kalau aku yang melakukan hal itu?"
"Maksudmu jika kau yang menarik kakiku?" tanya Ana dengan polos.
"Tidak. Bukan itu. Maksudku bagaimana kalau aku bertindak curang kepada Daniel. Bagaimana kalau aku merebutmu?"
"Ehm..." Ana langsung terdiam dan terlihat bingung.
"Apa kau yakin bisa bahagia bersama Daniel?"
Ana nampak terdiam sebentar sebelum menjawab.
"Ehm... Aku tidak tau."
"Apa kalian sudah berbaikan?"
Ana dengan pelan menggelengkan kepalanya.
"Dia mengatakan kalau dia mencintaiku. Tapi aku tidak yakin dengan hal itu," kata Ana lirih.
"Kau belum menjawabku. Bagaimana kalau aku ingin merebutmu dari Daniel?"
"Aku tidak bisa. Kau tau apa jawabanku. Sudahlah! Seharusnya kita tidak membicarkan hal ini!"
Tony kemudian menghela nafas panjang.
"Ya. Tapi jika Daniel menyia-nyiakanmu, aku tidak segan-segan akan merebutmu," jawab Tony sambil melihat ke arah Ana dengan pandangan mata yang serius.
Ana pun hanya terdiam sambil melihat ke arah Tony.
"Baiklah kalau begitu. Sekarang saatnya kita harus mulai sedikit bersandiwara."
"Maksudmu?" tanya Ana dengan wajah yang terlihat keheranan.
"Kau ingin tau perasaan Daniel yang sebenarnya bukan?"
"Ehm...," Ana kemudian terlihat mengangguk pelan.
"Ayo kita keluar dari kolam ini?"
"Hah?"
"Lakukan saja!"
Ana pun mengikuti apa yang di perintahkan Tony kepadanya. Akhirnya mereka berdua pun keluar dari kolam itu dan berdiri dipinggiran kolam.
"Mendekatlah!"
"Kenapa?" tanya Ana dengan ekspresi bingung.
"Ana... diam dan lakukan saja! Dan jangan melihat kemana-mana! Fokus melihat kepadaku!"
Ana kemudian melangkah pelan mendekat ke arah Tony.
Kemudian Tony memegang kedua pipi Ana dengan tangannya sambil menatap Ana dengan tatapan tajam.
"Kau membuatku takut," kata Ana dengan suara pelan.
"Tetap saja lihat ke arahku! Daniel sedang melihat ke arah kita sekarang."
"Hah... seius?" Ana terlihat terkejut dan dengan spontan berusaha menengok mencari keberadaan Daniel. Tapi Tony tidak membiarkan Ana melakukan hal itu.
"Jangan! Tetap melihat kearahku. Kita harus berpura-pura tidak melihatnya! Turuti kata-kataku," kata Tony sambil menekan kedua pipi Ana dengan tangannya agar terus melihat kearahnya.
Ana pun hanya bisa pasrah dan menuruti kata-kata Tony.
Kemudian Tony terlihat mendekatkan wajahnya kepada Ana. Dan hal itu membuat Ana menjadi semakin gugup.
"Apa yg kau lakukan?"
"Tidak ada, aku hanya ingin mengambil sedikit kesempatan?"
"Sedikit kesempatan? Apa maksudmu?" kata Ana dengan sedikit gugup dan takut.
"Kamu hanya perlu diam Ana. Lakukan apa yang aku perintahkan! Kalau Daniel pintar maka kau akan mendapatkan Daniel. Tapi kalau dia bodoh, maka aku yang akan mendapatkan kesempatan itu. Kau siap?"
"Aku masih belom mengerti?"
"Turuti kata-kataku. Diamlah! Dan satu hal jangan coba menamparku!"
"Hah?"
Tony langsung mencium Ana tepat di bibirnya.
Ana sangat terkejut dengan ciuman Tony yang tiba-tiba itu. Dan bahkan Ana tidak mempunyai kesempatan untuk mengelaknya.
Tony kemudian segera menjauhkan wajahnya dengan cepat setelah mencium Ana.
"Bagaimana?" tanya Tony kepada Ana.
Ana hanya bisa diam tanpa bisa menjawab. Tubuhnya seperti patung dan tidak bisa bergerak sedikit pun.
"Sial. Sepertinya aku akan mendapat pukulan lagi dari Daniel," kata Tony dengan wajah yang terlihat pasrah karena melihat kemunculan Daniel.
"Heiiii... Apa yang kau lakukan?" teriak Daniel sambil berlari ke arah Tony.
Tidak sampai menunggu lama tangan Daniel sudah melayang tepat di wajah Tony sehingga Tony langsung terjatuh. Dan Daniel yang masih belum puas, tanpa ampun segera menghujani Tony dengan pukulan yang bertubi-tubi. Ana yang melihat hal itu dengan spontan berteriak meminta Daniel untuk berhenti.
"Daniel... Stop... Stop... Daniel... Aku mohon berhenti! Tolong! Tolong!" teriak Ana.
Sepertinya kali ini Tony tidak bisa tinggal diam. Dia tidak hanya harus bisa menahan pukulan Daniel, tapi Tony juga harus bisa membalas pukulan Daniel. Karena sepertinya Daniel tidak akan bisa berhenti sebelum melihat dirinya terkapar tidak berdaya. Tapi sepertinya membalas Daniel bukan hal yang mudah bagi Tony. Apalagi melihat Daniel yang tanpa henti berusaha meninjunya.
"Stop! Stop! Daniel berhenti! Berhenti kataku!" teriak Ana sekali lagi dan terlihat matanya mulai berkaca-kaca.
Suara teriakan Ana yang keras ternyata terdengar oleh Maria yang langsung memanggil pelayan yang lainnya untuk melihat apa yang sedang terjadi di kolam renang.
Maria dan dua pelayan lainnya serta Pak Andi segera berlari menuju ke arah kolam renang.
Sesampainya di kolam renang alangkah terkejut mereka semua melihat Daniel sedang memukuli Tony tanpa ampun.
Tanpa harus diperintah siapapun Pak Andi segera membantu Ana untuk memisahkan Daniel dari Tony, yang juga dibantu oleh dua pelayan pria yang juga ikut melihat perkelahian itu.
Daniel pun akhirnya bisa di jauhkan dari Tony karena telah di hadang oleh tiga orang yang sekarang sedang memegang badan dan juga tangannya.
"Cukup!! Jika kau tetap bertindak arogan aku tidak akan pernah memaafkanmu!" teriak Ana kepada Daniel.
Daniel hanya bisa diam sambil terus melihat ke arah Ana.
"Lihat apa yang kau lakukan! Kita harus membawa Tony ke rumah sakit sekarang juga!"
"Lepaskan!!" berontak Daniel dengan keras kepada Pak Andi dan juga dua orang pelayan yang memegangnya.
"Tolong bantu saya membawa Tony ke rumah sakit!" kata Ana kepada Pak Andi.
"Baik Nyonya."
"Tidak. Tidak usah. Aku tidak apa-apa," kata Tony dengan suara lirih sambil menahan sakit di wajahnya.
"Tapi luka di wajahmu terlihat parah," kata Ana dengan raut wajah sedih.
"Aku tidak apa-apa. Aku hanya perlu ke kamarku."
"Baiklah tapi aku akan tetap memanggil dokter. Dan lukamu harus segera di bersihkan."
Tony pun hanya bisa pasrah dan menuruti kata Ana. Sedang Daniel hanya diam tanpa terlihat menyesal sama sekali. Sepertinya Daniel masih belum puas melampiaskan kemarahannya kepada Tony.
Kemudian Tony yang terlihat ingin berdiri segera di bantu oleh Pak Andi agar bisa berdiri dengan baik.
"Tolong antarkan Tony ke kamar," kata Ana kepada Pak Andi.
"Baik Nyonya," jawab Pak Andi sambil memapah Tony masuk ke dalam rumah.
Kemudian Ana segera mengikuti Tony dan Pak Andi dari belakang sambil memakai handuk kimononya yang diberikan oleh Maria kepadanya.
Sementara itu Daniel yang melihat hal itu pun segera mengikuti Ana masuk. Kali ini Daniel tidak akan memberi kesempatan untuk Ana dan Tony untuk bisa berduaan kembali. Sudah cukup apa yang baru saja terjadi di hadapannya, pikir Daniel dalam hati. Bahkan kalau perlu Daniel ingin sekali mengusir Tony dari rumahnya ini.

Anastasia Lee ( One Heart  One Love  One Destiny )Where stories live. Discover now