19

3.7K 136 3
                                    

Daniel terlihat sedang berlari mengelilingi taman dekat rumahnya. Daniel memutuskan untuk membuang energinya dengan berlari dengan harapan dia bisa menyegarkan pikirannya. Sudah sangat lama rasanya Daniel tidak melakukan hal seperti ini. Banyak kesibukan pekerjaan yang selalu menyita waktunya selama ini.
Sudah hampir satu jam Daniel berada di taman itu. Kemudian Daniel yang mulai terlihat letih terlihat menghentikan larinya.
Pikiran tentang Ana tetap saja tidak bisa hilang dari otaknya. Semakin dia berusaha menghindar maka bayangan Ana semakin kuat tertancap di otaknya.
Sejak peristiwa Ana dan Tony itu, nafsu makan Daniel mulai menghilang. Daniel sama sekali tidak menyentuh makanan kecuali minuman. Badannya terasa lemah tapi hal itu tetap tidak membuatnya bisa melupakan bayangan Ana.

Daniel pulang kerumah, badannya penuh dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya.
Ketika membuka pintu tiba-tiba Daniel dikejutkan dengan kedatangan Oma Diana yang sekarang tepat berdiri di depannya.
"Apa-apaan ini Dan?" Oma Diana langsung menegur Daniel dengan nada tinggi dan ekspresi wajahnya terlihat tidak senang.
Daniel berdiri mendekati Oma Diana.
"Ada apa Oma? Kenapa Oma tiba-tiba datang?"
PLAKK!!!!
Suara tamparan tangan Oma Diana terdengar keras sekali.
Daniel terdiam.
"Kau tau kenapa Oma menamparmu? Biar otakmu bisa kembali berjalan dengan normal!"
"Tony sudah menceritakan semuanya! Apa yang membuatmu bisa berfikir meninggalkan Ana? Hah? Kenapa kau tidak bisa memaafkannya?"
"Ini tidak semudah itu dan..."
"Dan apa lagi? hah? Ana adalah anak yang baik. Terlalu lama kau menyia-nyiakan dirinya. Apa kau tidak mencintainya?"
"Karena itu Oma. Aku sangat mencintainya dan Ana terlalu baik untukku. Aku tidak pantas untuk Ana. Mungkin dia akan bisa lebih bahagia bersama orang lain," jawab Daniel lirih.
PLAKK...
Untuk kedua kalinya Daniel merasakan tamparan keras dari tangan Oma Diana.
Daniel tertunduk, dirinya tidak berani menatap wajah Oma Diana yang terlihat sangat marah itu.
"Apakah aku tidak pernah mengajarimu menjadi pria yang baik? Apa selama ini aku pernah mengajarimu menjadi pengecut?"
Apa kau ingin membuat Oma malu dan menyesal memiliki cucu sepertimu? jawab!! Bukannya aku selalu mengajarkanmu untuk tanggung jawab!"
"Jangan menjadi pengecut!! Jika kau mencintai Ana, seharusnya kau berusaha membahagiakan dirinya dengan tanganmu sendiri. Bukan dengan menyerah dan membiarkan dirinya bersama dengan orang lain. Itu tindakan bodoh Daniel!! Itu bukan tindakan pria sejati."
Daniel tidak bisa menjawab, kepalanya hanya bisa tertunduk sambil berusaha menahan air matanya.
"Pergilah!! Cari Ana sampai ketemu! Berjuanglah untuknya sayang. Ana sangat mencintaimu. Jangan sampai kau menyesal! Kau harus jadi pria yang bisa membahagiakannya. Lakukan untuk Ana dan dirimu sendiri! Kebahagian Ana adalah bersamamu," kata Oma Diana dengan suara yang mulai pelan.
Kemudian Oma Diana terlihat memeluk Daniel dengan penuh kasih sayang.
Dan akhirnya air mata Daniel pun mengalir tanpa bisa menahannya.
"Aku sangat mencintai Ana..." kata Daniel sambil menangis.
"Oma tau itu. Ana memang pantas untuk kau perjuangkan. Pergilah!!"
Daniel pun melihat ke arah Oma Diana sambil mengusap air matanya. Kemudian Daniel pun tersenyum.
"Terimakasih Oma..."
"Oma akan selalu ada untuk mu. Sekarang cepat bersihkan badanmu! dan segera mencarinya!"
"Aku rasa aku tau kemana Ana pergi!" jawab Daniel.
"Ya. Oma juga bisa menebaknya. Ana memang anak yang baik."
"Ya Oma. Baiklah aku akan segera bersiap-siap!" kata Daniel sambil tersenyum dan kemudian langsung mengecup pipi Oma Diana sebelum dirinya pergi.
Oma Diana mengembangkan senyumnya. Dalam hatinya bersyukur karena Daniel bisa mendengar dan menerima nasehatnya.

*****

Daniel turun dari mobilnya dan kemudian segera berlari menuju rumah Ana.
"Permisi... permisi..." teriak Daniel sambil terus berjalan masuk ke dalam rumah Ana.
"Halooo... Apa ada orang?" rumah Ana terlihat sepi. Seperti tidak ada tanda-tanda seorang pun yang berada di dalam rumah itu.
Tapi Daniel merasa sangat penasaran. Bagaimana mungkin rumah ini kosong? sedang pintu depan terlihat terbuka lebar.
Daniel terus masuk ke dalam sambil terus meneliti setiap sudut ruangan.
Pada akhirnya Daniel sudah berada di halaman belakang. Di halaman belakang itu nampak dari jauh ada seseorang pria sedang bekerja mengambil rumput yang tertata di depan sebuah kandang.
Daniel pun berlari untuk mendekat ke arah orang itu.
"Maaf Pak..." kata Daniel ketika sampai di belakang orang itu.
Orang itu pun nampak sedikit terkejut dengan kedatangan Daniel dibelakangnya.
"Tuan Daniel? Tuan Danielkan?"
"Ya benar pak. Anda mengenal saya?"
"Tidak mungkin saya tidak mengenal Tuan. Anda kan suami Nona Ana. Saya datang di acara pernikahan Tuan dan Nona Ana dulu."
"O... ya... tentu saja," jawab Daniel singkat.
"Ehm... Pak saya mau tanya. Saya dari tadi mencari semua orang di rumah, tapi sepertinya tidak ada seorang pun di dalam. Bapak tau mereka kemana?"
"O... anda belum tau? Saya pikir anda datang karena sudah tau. Mereka semua sedang pergi ke rumah sakit."
"Hah? Ke rumah sakit? Nenek Sophi sakit?" tanya Daniel dengan khawatir.
"Bukan. Bukan Nyonya Sophia yang sakit. Tapi Nona Ana."
"Hah Ana? Apa yang terjadi?" tanya Daniel dengan sangat khawatir. Dia tidak bisa membayangkan sesuatu yang buruk terjadi kepada Ana.
"Tadi pagi Nona Ana tiba-tiba ditemukan pingsan di dalam kamar mandi. Dan Nyonya Sophia segera membawanya ke rumah sakit."
"Apa keadaannya serius?" wajah Daniel mendadak menjadi pucat.
"Yang saya tau Nona Ana cuma pingsan Tuan," jelas bapak itu.
"Bapak tau rumah sakitnya dimana?" Daniel mulai terlihat sangat panik.
"Di sini hanya ada satu rumah sakit terdekat Tuan. Namanya rumah sakit Permata Hati. Tempatnya ada di dekat perempatan jalan besar sebelum anda memasuki jalan ini. Kemungkinan mereka di sana."
Ya... ya... aku tau. Aku melewati tempat itu tadi. Terimakasih."
Daniel pun segera berlari menuju mobilnya. Dia tidak ingin menunggu waktu lebih lama lagi untuk segera menemui Ana dan memastikan tidak ada hal yang buruk terjadi padanya.
Daniel terlihat sangat khawatir dan juga takut. Daniel tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi sesuatu terhadap Ana.
Kali ini Daniel memacu mobilnya dengan sangat kencang. Keringat dingin mulai keluar dari tangannya. Kekhawatiran Daniel saat ini sangat bisa dimaklumi. Dia datang sejauh ini hanya untuk memperbaiki hubungannya dengan Ana. Tapi sekarang malah terjadi sesuatu pada diri Ana dan entah bagaimana keadaannya sekarang. Daniel melajukan mobilnya itu seperti orang gila. Entah berapa kecepatan mobilnya sekarang? tapi ini sunguh sangat cepat. Ketakutan tentang keadaan Ana terus saja membayangi pikirannya. Dan Daniel sangat berharap tidak terjadi hal yang serius pada diri Ana. Karena Daniel tidak ingin kehilangan kekasih hatinya itu. Semua amarah dan rasa cemburu yang selama ini menghinggapinya sudah benar-benar hilang. Hanya keselamatan Ana yang terpenting untuknya. Karena Daniel bisa merasakan sangat berartinya Ana bagi hidupnya.

Anastasia Lee ( One Heart  One Love  One Destiny )Where stories live. Discover now