17

4.9K 159 29
                                    

-Satu Minggu kemudian-

"Selamat pagi sayang," sapa Daniel dengan mesra sambil membawa nampan berisi sarapan untuk Ana. Ana terlihat masih malas dan enggan untuk membuka matanya.
Kemudian Daniel pun mulai mengecup bibir Ana dengan lembut untuk membangunkan Ana.
Ana mulai menggeliat dan tersenyum tipis sambil membuka matanya pelan-pelan.
"Selamat pagi," kata Daniel sekali lagi sambil memberikan senyum menawannya.
"Hai... Kau sudah bangun?" jawab Ana sambil tersenyum.
"Ya. Dan aku membawakan sarapan untukmu."
"Bagaimana menurutmu?"
"Sarapan? Jam berapa kau bangun?"
"Cukup pagi untuk bisa menatap wajahmu dulu ketika kau masih tertidur. Dan tiba-tiba saja terlintas dipikiranku untuk membuatkanmu sarapan," jawab Daniel.
"Wow... jangan bilang kau yang membuatnya sendiri?"
"Ini hanya nasi goreng, dan ya... aku memasaknya sendiri."
"Serius?"
Daniel pun mengangguk sambil mempersilahkan Ana untuk mencobanya.
Ana pun dengan sedikit ragu mengambil nasi goreng itu dan mulai mencicipinya.
"Hmmm... kau yang membuatnya? serius? kau yakin?"
"Bagaimana?" tanya Daniel balik.
"Ini lezat sekali. Ini seperti di masak oleh seorang chef. Aku tidak percaya," kata Ana sambil menggelengkan kepalanya.
"Kau boleh bertanya pada Maria. Dia yang menemaniku ketika memasak. Sama sepertimu, sepertinya Maria juga terlihat takut aku akan meracunimu. Sampai dia mencicipi masakanku."
"Jadi serius kau bisa memasak?"
Daniel terlihat mengangguk.
"Ya. Sebenarnya memasak adalah hobbyku. Aku mulai belajar memasak waktu aku kuliah. Dan itu salah satu alasanku untuk membuka restaurant."
"Wow... Aku hampir tidak percaya aku membawakan bekal setiap hari untuk seorang chef," kata Ana sambil tersenyum malu.
"Bagaimana rasanya?" tanya Ana sambil mengernyitkan dahinya.
"Apa?"
"Rasa masakanku?" kata Ana sambil mengernyitkan dahinya kembali.
"Ya lumayan. Aku masih bisa menelannya," kata Daniel sambil mengembangkan senyum menggodanya.
Ana pun kemudian terlihat cemberut sambil melirik ke arah Daniel.
Dan Daniel terlihat mengusap rambut Ana karena gemas melihat wajah Ana yang terlihat lucu itu.
"Oke. Selesaikan sarapanmu! Dan jangan sampai tersisa! Aku harus segera mandi sekarang!"
"Ehmm... apa harus sekarang? Kenapa kau tidak menemaniku sebentar lagi? Aku masih merindukanmu," kata Ana sambil menatap manja ke arah Daniel.
"Kau tau benar cara membuatku tidak bisa jauh darimu?" jawab Daniel dan kemudian mendaratkan kecupan di bibir Ana.
"Apa aku harus bangga dengan bakatku itu?" tanya Ana sambil mengangkat salah satu alisnya.
"Kau telah menaklukkan Daniel Stewart. Aku rasa itu suatu pencapaian yang hebat."
"Oh ya? Apa imbalanku?"
"Bagaimana kalau kau segera selesaikan sarapanmu. Dan aku akan menunggumu di kamar mandi. Apa itu imbalan yang sepadan?"
Ana terlihat tersipu malu dengan jawaban Daniel.
"Ya. Aku rasa itu sangat menarik," jawab Ana sambil tersenyum.
"Baiklah. Aku akan menunggumu. Jangan biarkan aku menunggu terlalu lama!" kata Daniel sambil menatap mata Ana dan mengembangkan senyuman mautnya.
Ana pun hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu.
"Ya," jawab Ana lirih sambil tersenyum dan menggigit ujung sedoknya.

Ana terlihat sudah menanggalkan semua pakaiannya dan melangkah pelan memasuki kamar mandi itu.
Daniel terlihat sedang mengguyur seluruh tubuhnya di bawah derasnya aliran air shower itu, sambil menutup kedua matanya. Sepertinya Daniel sangat menikmati kesegaran air yang turun menyirami seluruh tubuhnya. Sampai akhirnya Ana dengan pelan mendekap tubuh Daniel dari belakang dan menempelkan pipinya di punggung Daniel. Hal itu membuat Daniel membuka matanya dan membalikkan badannya untuk melihat Ana.
Tanpa harus menunggu lama Daniel langsung mencium Ana dan mulai mencumbunya. Mereka saling berciuman, saling menyentuh sehingga gelora romantisme diantara mereka berdua semakin memanas. Dibawah guyuran air shower, tanpa kata, hanya ciuman dan gairah cinta yang membawa mereka dalam satu ritme gerakan romantisme yang sama.

*****

Daniel terlihat mencium bibir Ana sebelum masuk ke dalam mobil. Ana pun kemudian melepaskan pelukannya dari pinggang Daniel.
"Aku harus pergi," kata Daniel.
"Ya. Hati-hati."
"Oke... aku rasa sudah waktunya kita segera pergi Dan! Sial! Jujur aku merindukan saat-saat kalian saling membenci satu sama lain," kata Kevin dengan wajah yang terlihat iri.
"Tutup mulutmu atau...!!"
"Atau kau akan menghajarku dan tidak akan memberikan tumpangan kepadaku?? ya... ya... aku akan diam. Dah Ana," kata Kevin sambil segera masuk ke dalam mobil Daniel.
"Ya dah," jawab Ana sambil tertawa kecil karena melihat tingkah Kevin.
"Hati-hati semua," lanjut Ana.
"I love you," kata Daniel sambil menancap gasnya.
Ana pun hanya tersenyum sambil terus melihat ke arah mobil Daniel yang mulai melaju meninggalkan halaman parkir itu.

Anastasia Lee ( One Heart  One Love  One Destiny )Where stories live. Discover now