Part 19

18.7K 1K 108
                                    

"Kau salah dan aku tidak seperti itu, hanya saja aku menemukan salah satu Alasan mengapa Mall S&A menjadi kurang pengunjung." Kata Alana mencoba menjauhkan wajahnya dari Sean.

Alana dapat merasakan hembusan napas Sean yang begitu menggodanya aroma mint menyeruak dari tiap hembusan napas Sean serta aroma maskulin dari tubuh Sean begitu menggoda indra penciuman Alana. Debaran jantung Alana seolah tidak dapat di kontrol berdebar terlalu cepat.

"Tahan Alana jangan tergoda. Ingat Sean adalah suami kak Luci." Kata Alana dalam hatinya.

"Apa kau mencoba meyakinkanku dengan mengalihkan pembicaraan kita." Tanya Sean dingin.

"Tidak aku tidak mengalihkan pembicaraan kita, dan memang aku tidak melakukan apa yang kau tuduhkan tadi, aku . .  ."

"Tetapi apa yang aku rasa berbeda karena wajahmu sangat senang sepulang dari Mall S&A, apa lagi yang membuatmu senang jika bukan karena habis bersenang-senang dengan salah satu simpananmu." Kata Sean yang semakin mendekatkan wajahnya di ceruk leher istrinya dan menghirup aroma tubuh istrinya yang bagaikan candu untuk Sean.

Jantung Alana berdebar semakin kencang dan ia dapat merasakan hembusan napas Sean di ceruk lehernya, seakan jantung Alana akan melompat keluar, tiba-tiba Alana dapat merasakan benda kenyal dan basah di ceruk lehernya dan detik itu juga Alana menahan napasnya dan sebelah tangannya memegang erat pegangan kursi kerja Sean.

Alana sudah tidak bisa menahan dirinya lagi dan suara desahan keluar begitu saja dari bibirnya saat Sean menghisap ceruk lehernya.

"Ah. . . . Sean." Kata Alana sambil menggigit bibir bawahnya menahan desahan dan erangannya.

Sean tersadar saat istrinya menyebut namanya dan ia pun melepaskan hisapan dan ciuman di ceruk leher istrinya hingga meninggalkan bercak merah di lehernya.

Bagi Sean aroma tubuh dan juga ciuman istrinya sudah bagaikan candu dan berulang kali pula ia lupa diri dan lepas kendali seakan ia lupa akan kebenciannya terhadap istrinya.

Jantung Sean pun berdebar kencang saat ia menatap wajah istrinya yang saat ini bersemu merah karena ulahnya tadi dan semakin ia memandang wajah istrinya semakin terlihat menggemaskan dan menggoda untuk tidak menyerang istrinya lagi, tetapi dengan cepat ia menyadarkan dirinya dan selalu membatin jika wanita ini adalah Luciana wanita yang sudah menolak dirinya dan terus menyakiti hatinya.

"Apa kau selalu menggoda laki-laki lain dengan raut wajah seperti ini ?" Tanya Sean lagi.

". . . ." Alana tidak menjawab pertanyaan Sean yang mana jika Sean sedang dalam mood yang buruk akan mengeluarkan kata-kata yang membuatnya emosi dan harus bersabar.

Pertanyaan serta perkataan yang sangat tidak masuk akal menurut Alana, meskipun berkali-kali Alana berkata tidak tetapi Sean tetap saja mengganggap ia hanya berpura-pura dan tidak berubah.

Alana langsung mendorong tubuh Sean agar menjauh dari tubuhnya dan ia pun langsung bangun dari duduknya dan menatap Sean sendu dengan mata berkaca-kaca menahan agar air matanya tidak menetes.

"Apa dimatamu aku sehina itu ? Meski pun aku sudah berkali-kali meminta maaf atas kesalahanku yang dahulu dan sudah aku katakan bahwa aku akan berubah." Kata Alana lirih.

Sean menyadari perubahan raut wajah istrinya yang kini terlihat sedih serta mata yang berkaca-kaca, hatinya ikut merasakan kesedihan istrinya tetapi ia memang egois dan tetap bertahan dengan keyakinannya bahwa tidak ada yang berubah dari istrinya.

"Bagaimana aku bisa percaya kepadamu yang sudah berulang kali membohongiku dan menyakitiku." Kata Sean yang mengalihkan pandangannya ia tidak sanggup melihat wajah sedih serta air mata yang sudah menggenang dipelupuk mata istrinya.

If You Be My Husband (END) Sudah Di Terbitkan Where stories live. Discover now