N

3.4K 554 46
                                    

Jeongin pagi ini sudah rapi, membuat Hyunjin yang berbaring di sofa ruang tamu mereka terkejut.

"Mau kemana?" Tanya pria Hwang itu, Jeongin melihat kekasihnya lalu tersenyum.

"Mau ke ketemu ibu Lee, aku kangen." Hyunjin yang mendengar jawaban kekasihnya langsung bangkit.

"Sebentar, aku ikut." Jeongin mengangguk dan memilih duduk sambil menunggu Hyunjin bersiap.



Jeongin membawa sebuket bunga lily kesukaan nyonya Lee, Hyunjin memilih untuk berjalan dibelakangnya, membiarkan kekasih mungilnya itu punya ruang untuk berceloteh dengan ibu asuhnya.

"Halo, bu? Jeongin datang lagi." Lelaki manis itu berjongkok disamping gundukan tanah yang sudah dibangun rumah-rumahan.

"Ibu, Jeongin kangen. Maaf ya, adek baru berani dateng sekarang." Jeongin mengepalkan tangannya kuat, mencoba untuk tegar di depan ibu asuhnya.

"Bu, kangen sama Jeongin gak? Maaf ya, Jeongin waktu kecil nakal banget ya? Bu, kayanya telat banget kalau Jeongin bilang makasih sekarang."

Hyunjin menyaksikan kekasih mungilnya itu bermonolog, ia tahu jika Jeongin sedang mengusahakan agar tidak menangis.

"Jeongin kangen dimasakin, Jeongin kangen dipeluk, Jeongin kangen masak bareng ibu." Saat ini adalah titik terlemah Jeongin, ia bahkan tak bisa menangis saat kabar nyonya Lee meninggal sampai di telinganya. Ia tidak mengeluarkan sedikit airmata pun.

Tapi orang-orang tahu, titik kesedihan seseorang adalah ketika orang itu tidak bisa menangis.

Bahunya bergetar, Hyunjin mulai mendekati kekasihnya itu. "Bu, Jeongin minta maaf, Jeongin selama ini gak ada waktu ketemu ibu." Empat tahun sudah berlalu sejak kepergian nyonya Lee, Jeongin baru bisa menjenguknya ia merasa dirinya sudah baik-baik saja.

Nyonya Lee adalah seorang pengasuh anak yang sudah terkenal di perumahan Jeongin waktu itu, ia seorang janda tua yang tidak memiliki keluarga, maka dari itu Jeongin mendeklarasikan dirinya sebagai anak nyonya Lee.

Hyunjin memilih berjongkok disamping kekasih mungilnya itu, "Halo,bu. Saya Hwang Hyunjin calon suami dari Yang Jeongin kita yang cengeng." Hyunjin terkekeh pelan sambil mengusak rambut kekasihnya.

"Saya bakal jagain Jeongin walaupun si kecil ini suka bawel, tapi saya tetap sayang." Lanjut Hyunjin.

"Saya gak bisa janji untuk terus sama si kecil ini, tapi saya pastikan kalau Hwang Hyunjin tidak akan pernah membuat Yang Jeongin menangis." Jeongin mau tak mau tersenyum mendengar penuturan kekasihnya itu.

"Bu, kalau kak Hyunjin nakal, datengin di mimpi aja ya?" Sahut Jeongin jahil yang membuat pipinya berakhir ditarik Hyunjin.

----------------------

Halo, tiba-tiba aku mau buat yang sedih-sedih, hehehe aku keinget ibu asuhku yang ngerawat pas orangtuaku kerja.

Sekarang udah gaada, iya ini berdasarkan kisah nyataku. Tapi aku belum berani untuk datengin ibu asuhku. Jadi aku hanya bisa menyampaikan rasa cintaku dari tulisan ini.

Bu, adek kangen dimasakin, serius deh. Adek kangen masak bareng. Kabar meninggalnya ibu asuhku, aku dapet pas aku di kelas satu SMA. Waktu itu ibu asuhku udah ga kerja lagi, karena emang udah tua. Aku masih sering ngunjungin beliau waktu udah ga kerja kok. Tapi tetap aja, aku yang kaget bener-bener gabisa nangis saat itu. Aku cuma bisa diem dan gak ngeluarin airmata setitik pun. Aku cuma diem di kamar.

Kehilangan seseorang yang berharga di hidupmu itu benar-benar bikin hati sakit, kenyataan bahwa kita gabisa melihat dia lagi itulah yang paling menyakitkan.

Biasanya waktu mau puasa gini aku sms beliau minta maaf kalau ada salah, iya dari balitanya aku, yang bantu mama ngurus aku ya ibu ku ini. Bahkan waktu aku sudah jadi remaja dia ada, HaaaHhh sumpah kenapa aku curhat WKWKWKW

Maaf ya aku curhat, aku gatau mau cerita ke siapa.

Bu, adek udah kuliah, semester dua loh! Jangan takut kalau adek pergi kemana-mana kaya ayah ya🙄

[2] ALL ABOUT US - Hyunjeong Where stories live. Discover now