#29 Percaya

540 75 5
                                    

D.O membalikkan badannya mengahadap ke kiri. Tak lama ia berbalik ke kanan, tak lama kemudian ia berbalik lagi ke kiri. Entah sudah berapa lama ia menggeliat seperti ini.

Ia menoleh ke kanan, Kai sudah tidur nyenyak sambil meringkuk memeluk bantal kesayangannya.

Ia menghela nafas, perasaannya benar-benar tidak enak. Tadi siang bahkan ia cepat-cepat ke rumah sakit karena khawatir dengan Rachel, sekarang pun ia merasakan hal yang sama.

Ia sudah mencoba menyingkirkan perasaannya sambil meyakinkan dirinya bahwa Rachel pasti baik-baik saja di rumah sakit.

D.O memejamkan matanya kembali sambil mencoba untuk tenang. Tapi, tidak sampai sepuluh detik, ia membuka matanya kembali lalu mengambil handphonenya. Sudah jam dua tengah malam, Rachel pasti sudah tidur nyenyak.

"Baiklah, aku hanya akan ke sana untuk memastikan apakah dia sudah tidur atau belum", ucapnya lalu bangkit dari tempat tidurnya.

Ia memakai jaket, masker dan topi, memasukkan handphone ke saku, mengambil kunci mobil, lalu keluar dari dorm sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara.

---

Rachel tahu sekarang sudah sangat larut, tapi ia tidak bisa tidur. Pikirannya terus saja berputar rekaman CCTV dari Kotak A.

"Terima kasih sudah mengorbankan nyawa untukku, eomma, appa, sukbu. Kuharap kalian bahagia di sana", bisiknya sambil memandang dinding-dinding kamarnya. Tanpa sadar, beberapa butir air mata lolos dari kelopak matanya.

Karena pikirannya sangat kacau, ia memutuskan untuk mendengar suara rekaman D.O untuknya. Ia memejamkan matanya, menikmati suara D.O yang jernih dari earphone yang di pakainya.

Tiba-tiba, ia membuka mata. Ia mendengar pintu kamarnya terbuka dan tertutup dengan pelan.  Seseorang mendekat ke arahnya. Ia tidak tahu siapa yang datang karena tidur menghadap ke kiri, membelakangi pintu kamar VIP itu.

Dengan hati-hati, ia menekan tombol Pause di handphonenya dan suara rekaman D.O yang sedang bernyanyi lagu Moonlight langsung berhenti mengalun.

Rachel mencoba untuk tenang dan mendengarkan. Orang itu sudah berhenti melangkah, berarti orang itu sudah berada di samping tempat tidurnya.

"Tuh kan, kau baik-baik saja. Kenapa aku merasa khawatir sampai-sampai jam segini datang dan mengganggu waktu tidurmu?", gumam orang itu.

Rachel membelalak. Itu suara D.O? kenapa ia ada di sini? Selarut ini? Ia berusaha untuk tenang, ia tidak ingin mengejutkan D.O bahwa ia belum tidur.

D.O tersenyum melihat nafas Rachel yang teratur. Ia mengangkat sebelah tangannya lalu mengelus kepala Rachel dengan pelan agar tidak membangunkan Rachel.

"Kalau begitu aku sudah bisa tidur dengan nyenyak", ucapnya dengan pelan. "Tapi, karena aku sudah jauh-jauh kemari, aku akan tinggal sebentar di sini", bisiknya.

Rachel hampir saja berbalik dan memeluknya, tapi ia menahan tubuhnya dan mengulum senyum sambil menenangkan jantungnya yang berdetak cepat.

Cepatlah pergi, KyungSoo-ya. Kau tidak tahu aku sangat ingin memelukmu saat ini. Aku tahu kau tidak akan jadi pulang kalau kau tahu aku masih belum tidur. Aku tidak bisa menahan diri untuk memelukmu kalau kau masih bertahan di sini.

"Baiklah. Besok... ah tidak, nanti aku akan ke sini lagi. Selamat malam, selamat tidur, mimpi yang indah, Tuan Puteri-ku", bisik D.O sambil mengelus kepala Rachel dengan pelan.

Perlahan D.O berbalik dan meninggalkan ruangan itu. Setelah cukup lama, akhirnya Rachel berbalik menghadap pintu dan menghembuskan nafas lega.

"Ah, syukurlah! Aku hampir saja tidak bisa menahan diri", ucapnya mengelus dadanya yang berdegup kencang.

D.O's StylistWhere stories live. Discover now