Jalan setapak (prolog)

1.8K 235 47
                                    

Naruto@Massashi Kishimoto
Jalan setapak, by : Broke bee
Chara : Naruto(fem), Sasuke, Kiba etc
Genre : Fantasy

.

"Alfa? Apa itu? Sejenis rumus matematika atau nama orang?" Kerutan di dahi muncul, sebagai respon akibat ketidak mengertian yang melanda.

Pemuda dengan rambut merah yang sejak tadi berkoar dengan sok mistis menjelaskan tentang gosip adanya makhluk tak wajar yang berkeliaran di kota mendengus keras. Kesal sekali karena teman perempuannya ini terkadang menjadi sangat bodoh.

"Alpha, Naruto! Kau pernah dengar tentang alpha yang menghamili omega, tidak?!"

"Maksudmu omega tiga dari minyak ikan yang bikin pintar itu? Jadi alpha sejenis ikan jantan begitu? Memang ikan bisa berkeliaran?"

"Oh, yang benar saja!" Keluh si pemuda merah, menekan permukaan dahi yang mulai berkedut lelah. Di hadapannya, gadis yang tak nampak gadis itu mencibir pelan.

"Makanya jangan terlalu percaya sama hal begituan. Mana ada faedahnya. Dan apa itu, alpha? Makhluk mistis atau abnormal macam begitu tuh nggak bakal ada, bakaSori!"

"Kalau bicara hati-hati ya! Bisa jadi alpha yang lagi dilanda musim kawin itu tiba-tiba ke rumahmu."

"Yahh, paling-paling numpang boker." Acuh, gadis pirang mengangkat bahu. Kemudian dengan malas mengarahkan tatapan ke luar bengkel.

Siang ini tempatnya bekerja sedang sepi, hanya ada dua motor yang ditinggal pemiliknya untuk di perbaiki, itupun bagian kedua temannya.
Bekerja sebagai montir amatir membuat ia belum dipercayai pelanggan memegang tunggangan mereka, dan hanya bisa ikut menjadi kacung Sasori atau Kisame mengambilkan peralatan.

Pekerjaan dengan upah tak seberapa ini telah ia lakoni sejak dua tahun lalu, setelah lulus SMA. Bukannya kekurangan uang untuk biaya lanjut kuliah, dia hanya tidak mau repot-repot berpikir masalah tugas dan tugas. Ia hanya mau menghasilkan uang, memegang uang dan menyimpan uang. Tak ada yang lainnya.

Dan satu-satunya pekerjaan paling ia lihat hanya menjadi montir amatir di bengkel milik Kisame. Teman se-geng nya sejak SMA.

Ngomong-ngomong soal gosip, Naruto mendengar dari bibir ke bibir tetangga. Tentang makhluk serigala besar yang berkeliaran di hutan belakang kota. Ada beberapa orang yang melihat penampakannya, namun makhluk itu terlalu besar, lincah dan tak terkejar untuk bisa di tangkap.

Sesungguhnya Naruto tidak pernah melihat wujudnya, itulah kenapa ia keras kepala untuk tidak mempercayai gosip itu secara cuma-cuma.
Ia berlogika, dan tak mempercayai takhayul kecuali Tuhan dan hantu, Oh, jangan lupakan malaikan dan akhirat.

Makhluk besar seperti serigala berjulukan alpha bukan masuk hitungan ajaran agama, kecuali itu seekor jin tersesat, atau setan yang senang menggoda manusia. Itu lain ceritanya.

Malas terlalu lama menganggur, Naruto mulai bangkit dari duduk santainya di sofa usang. Berjalan ke arah Kisame untuk meminta perintah.
"Kenapa?" Ucap si pria bertato melirik Naruto.

Yang dilirik menampilkan wajah suntuk, "Bosen, di suruh apa gitu kek."

"Cari makan sana! Udah waktunya makan siang nih."

"Hee, sepedanya?"

"Punya Sasori aja."

"Oi!" Protesan menyahut cepat, namun tak kalah cepat dari seorang mantan atlet lari jarak jauh yang kini sudah menggenggam kunci kontak. "Asem!"

"Wkwk, santai. Pulang nggak bakal lecet kok." Balas si gadis sambil bersiul riang. Kaki terbalut celana bahan yang penuh coretan oli itupun melangkah menuju motor merah metalik milik Sasori di bawah pohon. Sedikit memberi seringai mengejek pada sang empu sebelum menaiki si kuda merah.

"Jangan ngebut!" Teriak Sasori saat Naruto mulai meninggalkan gubuk montir.

"Iyaa!!"

.
..

Warung ramen sepi saat ia sampai di sana, tempat yang kecil dan nyaman itu telah menawan hatinya kala sedang tak membawa uang banyak. Dan kini telah menjadi langganan Naruto yang nomer satu.

Ketika kaki kanannya masuk, ia dapat melihat seorang pria dengan kemeja hitam dan celana panjang duduk tegak di balik bangku pelanggan, terkesan kaku dengan kedua bahu yang tegap. Tatapan matanya pun lurus ke depan, sampai Naruto yang tak tahu malu duduk masih sambil terus memandangi penuh tanya pada si lelaki, wajah itu menoleh, memamerkan paras elok yang sanggup membuat gadis pirang tertegun beberapa saat, dan sedikit mengingatkannya pada paras dewi-dewi Yunani kuno yang pernah ia baca.

Rahang tegas yang dipahat sempurna, hidung mancung, halis hitam tebal bersama bulu mata yang lentik, serta berkulit seputih porselain dan sepasang kelereng merah sebagai netranya.

Semua itu membuat si pirang tanpa sadar berdecak kagum, merasa tidak menyangka akan bertemu makhluk Tuhan paling sempurna ini.
"Cantik.." bisik gadis itu tanpa sadar, namun segera berdehem dan mengangguk kecil memberi senyum sapa.

"Ah, Anda terlihat asing, orang baru ya?" Tanyanya berusaha sopan, si lelaki berparas cantik itu diam. Hanya memaku Naruto dengan sorot mata semerah darah.

Ditatap tanpa berkedip, sedikit memberi perasaan tak nyaman untuk si gadis pirang. Dan berpikir jika lelaki itu tidak senang dengan pertanyaan atau sikap sok baiknya. Senyum canggung menggantikan senyuman ramah. iapun lantas beralih mencari si pemilik kedai, dan tertawa senang ketika Paman Teuchi datang menawarkan bantuan.
"Ramen miso pedas, Paman. Tiga bungkus ya!"

"Oki doki, gaki. Seperti biasa, dan tiga botol teh hitam."

"Yap! Anda memang terbaik!!"

Percakapan kecil itu tak luput dari tatapan sepasang kornea merah, yang menyorot penuh ketertarikan interaksi kedua orang di sebelahnya. Meski wajahnya hanya menampilkan ekspresi datar, namun otaknya merekam percakapan kecil itu, juga tiap ekspresi yang objeknya perlihatkan. Tawa, kekehan, dan bagaimana gesture tubuh yang dipertontonkan. Seperti sebuah objek yang dipelajari dengan amat teliti. Sampai gadis itu telah selesai dengan urusannya, kemudian menghilang di balik pintu dengan suara mesin aneh yang menyusulnya.

"Harum.." bisik lelaki itu pelan, bersama dengan hilangnya suara mesin aneh yang digantikan hembusan angin. Menerbangkan aroma segar dari rerumputan di musim panas.

.

.

..

Broke

Yuhuu~ saya bawa lagi cerita baru, mungkin sampai beberapa chap, yang saya harap nggak sampai banyak-banyak. Paling tidak sampai 5 chapter atau kalau bisa 3 chap saja.. hehehe

Waduh, padahal utang masih banyak ya. Wkwk, btw maafkan saya, belum bisa melanjutkan Numb chap terakhir.. mood buat bikin actionnya sedang tidak ada. And buat No.75 sama With you, itu saya bikin suka2, pas lagi mood aja bikin misteri atau romance sebagai pengisi waktu luang yang cuman sak upil, jadi nggak terdoktrin harus tamat.. wkwkwk!

Yahh, pokoknya begitu saja. Yang merasa tidak nyaman sama keputusan saya, sekali lagi minta maaf. Semoga tidak bosan dan tetap menikmati walau cuma ketikan asal.. hehe

See you next chap, guys!


Nb; kenapa saya milih judul 'jalan setapak'? Karena 'jalan takdir' sudah mainstream. Keke~ jadi jangan dipertanyakan ya.

Shoot StoriesWhere stories live. Discover now