Jalan setapak (OMAKE)

1.7K 232 55
                                    

Omake 1 :

Perlahan, kelopak sewarna porselain terbuka lambat, berkedip pelan untuk menyesuaikan diri dengan cahaya yang ada. Menampilkan sepasang batu pualam yang cantik berbias kemerahan samar. Alisnya berkerut dalam, merasa tidak yakin ia mampu melakukan gerakan kecil itu, dan bahkan bernapas dengan normal tanpa rasa terbakar di jantungnya.

"Ya Ampun, Sasuke. Syukurlah kau sudah sadar!" Seruan bernada gembira menyambut gendang telinganya. Mengirim dengung keras yang membuat ia berjenggit karena rasa sakit yang tiba-tiba.

Hinata di hadapannya, tersenyum penuh syukur dan lekas memeluknya erat sekali.

Ada apa?

Apa yang terjadi?

Berbagai spekulasi tak menemukan jawaban tepat, jadi untuk sesaat dia hanya diam kaku dan menatap Kiba yang berdiri sambil tersenyum di ambang pintu.

Oh, juga yang mulia raja. Yang entah sejak kapan bisa berada di sini.

Tapi tunggu, bukankah harusnya dia telah tiada? Mati dan menjadi abu?

"Selamat, kau berhasil menghindari maut. Sepertinya waktu kematianmu bukan sekarang, Sasuke."

Oh, benarkah?

Dahi putih semakin berkerut, dan Hinata terkekeh kecil saat melihat wajah polos itu menampilkan kebingungan.

"Sekarang mari kita suapi dirimu, sebelum Naruto kembali mengamuk karena mengira kami tidak merawatmu dengan baik."

"Naruto?!" Rasa antusias membuncah keluar, Sasuke jadi ingat dengan gadis urakan yang pintar masak itu.

Dan ngomong-ngomong, dimana dia?

"Jangan khawatir, aku sedang menghukumnya karena hampir membuat bencana."

"Hah?"

Aduh, apa otak Sasuke tidak bisa di upgrade? Mengapa semua jadi semembingungkan ini????

.

.

.
..

Bengkel ramai sejak Naruto kembali dengan dramatis, memamerkan bebatan kain disekitar pergelangan tangannya sambil memasang wajah masam. Bukan ramai pelanggan, tentu saja, namun umpatan penuh rasa sayang.

Sasori yang paling heboh, dia bahkan sempat menempeleng kepala Naruto karena pikiran idiotnya. "Kau mau bunuh diri hanya karena anak ayammu yang mau kawin?!! Meninggalkan bengkel berhari-hari dan kembali dengan kain sialan ini..?!"

"Kain sialan ini menolongku tetap hidup setidaknya."

"Cih, kalau aku jadi kakakmu, kutelanjangi kau sampai malu untuk bunuh diri."

"Apa mulutmu itu bisa difilter sehari saja! Memang apa hubungannya telanjang dan gagal bunuh diri, hah?!"

"Hentikan kalian, atau kusiram dengan air accu!!"

Keduanya menelan ludah, dan diam dalam sekejap saat Kisame datang membawa accu motor bekas. Tubuhnya yang bongsor menutupi dua sejoli yang kini mulai kembali bersikap normal dengan saling melempar obrolan ringan seputar masalah pada kendaraan pelanggan mereka. Dan itu membuat si tato mendengus kesal.

"Sekali lagi kudengar kalian bertengkar, kutendang dari bengkelku."

Untuk beberapa menit ke depan, tidak ada yang berani membuat kegaduhan. Mereka bekerja dalam diam, sesekali Sasori akan melempar perintah dan Naruto menanggapi dengan baik.

Waktu hampir menjelang sore kala suara datar yang khas menginterupsi mereka. Dan Narutolah yang pertama menyambut dengan gembira, "Maaf, saya tersesat. Bisakah anda membantuku mencarikan alamatnya?"

Shoot StoriesOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz