Andin 1

1K 61 11
                                    

Jika memang miliknya, Tuhan pasti akan mengembalikan hak nya meski harus merasakan dulu apa artinya sebuah kehilangan.

Dan cinta, kita juga diberikan ujian dalam masalah untuk mengetahui seberapa besar perjuangan dalam mempertahankan cinta yang kita dapat untuk meraih menjadi miliknya. Jika berhasil dalam ujian itu, maka ia telah menyempurnakan cinta dan berhak pantas mendapatkan seutuhnya.

And are you ready? Mari kita mulai perjalanan kisahnya!

~ANDIN~

***

10.00 am

"ADINDA!!!"

Sebuah teriakan itu dari seorang remaja putri yang menggelegarkan di telinga gadis yang sedang asyik dengan novelnya hingga ia merasa terganggu. Yang namanya dipanggil mendengus kesal dengan sahabatnya ini karena telah mengganggu hobinya.

"Adinda!!" teriaknya sekali lagi, padahal ia sudah di depan Adinda. Adinda menatap makhluk yang ada di depannya itu dengan datar.

"ADINDA!!" teriaknya lagi sambil cengegesan dengan maksud ingin membuat sahabatnya itu kesal. Adinda semakin menatapnya datar.

"Adin--"

"Sekali teriak, mulut lo gua cocol tai juga lu!" kata Adinda sambil melototi sahabatnya, Yong.

Sebenarnya nama aslinya adalah Syahfiroh Ratnasary, tapi kebanyakan orang memanggilnya dengan sebutan yong/keyong. Karena kata orang-orang ia jalannya lambat.

"Hehehe." Yong hanya cengegesan.

"Pagi-pagi itu mulut cempreng banget sih lo! Ada apaan?!"

"Tadi nih ya, gua habis ngelihat cogan!!" kata Yong dengan antusias yang membuat Adinda membulatkan mata dan mengembangkan senyumannya.

"Serius lo??"

"Iya lah."

"Siapa? Di mana? Kapan?" tanya Adinda antusias.

Yong pun memutar bola matanya malas. "Giliran cogan aja semangatnya 45."

"Lo kan juga, pea!"

"Terserah lo deh."

"Ihh gc!! Siapa cogannya??!"

"Cogannya Gilang." jawab Yong sambil menyengir tanpa bersalah.

"Lo tahu BANGKE gak?!" geram Adinda.

"Ya tahu lah, bangke itu bau kayak--"

"Kayak lo!!" sela Adinda, Yong pun memonyongkan bibir.

"Lo masih di situ? Pergi sana! Halangin pemandangan lo." usir Adinda.

"Lo kan lagi baca! Emangnya gua ngehalangin lo?"

"Iya!" Yong mendengus kesal lalu ia pergi entah ke mana.

***

Keesokannya, kini Andri tengah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah barunya, yaitu sekolah SMA Abimanyu.

Sekarang ia memakai seragam putih abu-abunya dengan penampilan yang berbeda tidak seperti murid-murid lain di sekolah. Berbeda karena tidak menggunakan dasi, gesper, bahkan rambutnya masih acak-acakan. Tapi walaupun rambutnya terlihat acak-acakan, itu tidak akan mengurangi ke gantengannya.

Malah justru bertambah, apalagi dengan gayanya yang sekarang, terlihat cool.

Ia menggendong tas di satu pundaknya dan berjalan santai menuju ke bawah untuk berpamitan pada kakaknya. Di bawah ia tidak melihat Agas, melainkan ia melihat Cassie sambil menggendong anaknya yang masih bayi.

Andin [ˢᵉ૧ᵘᵉˡ ᴳⁱˡᵈᵃ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang