Andin 14

436 30 0
                                    

'Diam-diam gua akan berusaha selalu bikin lo sama Andri selalu bersama tanpa ada yang memisahkan, kecuali kematian' batin Gilang dan ia pun menyusul Adinda.

Dilihatnya Adinda sedang melamun lagi diatas kasur, Gilang menghampiri lalu duduk di sampingnya.

"Oke kali ini gua serius dengerin masalah lo. Karena kalo lo udah kayak gini, gua merasa jadi abang yang jahat karena gak memperhatikan adiknya yang sedang terlarut dalam kesedihan sendiri"

'Walaupun gua udah tahu, seenggaknya itu agar bisa meringankan beban dipikiran lo aja biar lo gak pusing ngemikirin ini terus. Gua juga gak mau ngelihat lo sedih'

'Meskipun lo kayak mak lampir yang galaknya Inalillahi minta dimasukin ke lobang pantat ayam, tapi gua senang karena disaat lo marah, muka lo gak ada ekspresi muka sedih. Yang ada muka horor yang minta diolesin tai kucing' batin Gilang dan Adinda pun hanya menatap Gilang sendu.

'Meskipun nih orang ngeselin banget, tapi lo masih ada sisi perhatian, peka, baik, pea, rada boyot, kadang minta ditonjok. Haha, si Yong pintar aja ya milih cowok' batin Adinda.

Gilang mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Adinda karena sedari tadi gadis itu hanya menatapinya.

"Woi!"

"Lo lagi mikirin kucing yang lagi nangkep gajah diatas pohon ya?" kata Gilang.

'Saking pintarnya, tuh otak jadi pengen gua goreng. Yong, lo kalo nyari cowok yang begoan aja napa! Jangan kayak si sengklek yang pintarnya kebangetan'

"ADINDA PUTRI ANGGRAENY BINTI SUSTER NGESOT BINTI MAK LAMPIR BINTI BU-"

Plakk!!

"Kucing berak" latah Gilang lagi.

"Gak usah teriak! Gua masih bisa dengar"

"Lagian lo dari tadi melamun terus"

"Bodo amat"

Gilang menghela napasnya pelan. "Din, pliss lah lo cerita sama gua! Gua gak bisa lihat lo begini"

Adinda menatap Gilang sebentar, menghela napasnya lelah lalu ia berjalan, tapi sebelum itu Gilang mencengkal tangannya.

"Gua bukan patung yang selalu diabaikan ya, Din!"

"Kalo gua cerita, apa lo bisa kasih solusi? Lo kan kalo diajak cerita selalu gak benar"

"Ada saatnya juga gua lagi serius. Gua gak mungkin lah kayak gitu, udah cepet gak usah basa-basi lagi"

Adinda kembali duduk di kasur di samping Gilang. "Sebelumnya lo ingat kan waktu kejadian gua dikurung di toilet sama Riska?"

"Kapan?" Gilang berbalik nanya sambil mengingat-ingat.

Adinda membulatkan mata dengan pertanyaan Gilang yang rasanya ia ingin mencongkel otaknya itu.

"Astagfirullah... Lo masih muda tapi otaknya melebihi kakek-kakek, anjir!"

"Ih serius gua lupa"

"Ck, pokoknya itu lahh. Terus sekarang apa gua harus jauhin kak Andri ya demi keselamatan lo sama kak Andri dari ancaman Riska?"

Gilang diam sejenak untuk kembali mengingat. "Wait-wait, gua jadi baru ingat. Riska orang yang pernah ngurung lo dikamar mandi itu? Emang dia ngancem gimana?"

"I-" Adinda menggantungkan ucapannya karena ia sempat berpikir untuk tidak ingin membuat masalah lagi karena hal itu.

"Mm, bu- bukan deh. Ini bukan Riska yang kemarin ngurung gua"

Andin [ˢᵉ૧ᵘᵉˡ ᴳⁱˡᵈᵃ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang