03 - Melodi Adalah Untaian Rasa

286 39 14
                                    

Musim panas tahun ini adalah masa yang sibuk untuk sepasang gadis kembar Oh. Mereka harus mulai mengikuti sejumlah les persiapan ujian CSAT *), setelah tertunda setengah tahun sejak kelulusan SMA.

Keduanya memiliki minat berbeda – Seunghee di bidang musik, sementara Seungmi di seni rupa. Di bidangnya masing-masing, mereka harus memberikan sebuah portofolio sebagai salah satu poin penilaian – seperti meng-compose sebuah lagu, atau membuat sebuah karya seni rupa.

Seungmi menopang dagunya dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menggenggam pensil, berniat menorehkan sebuah sketsa.Namun nyatanya, ia belum menorehkan sedikitpun pensilnya di kertas gambar.

Fokusnya sedang buruk akhir-akhir ini.

Oh Seungmi, kau juga cantik.

Aku lebih menyukaimu, lebih.. dari sekedar tetangga yang baik.

"AAAAH! Menyebalkan!" teriaknya tiba-tiba.

Kata-kata Minhyuk yang terngiang di telinganya benar-benar merusak fokus. Sementara Seunghee yang sedang duduk di atas ranjang hanya menoleh sejenak dan acuh.

Seungmi menyerah, meletakan pensilnya di atas buku sketsa dan memeluk lututnya. Pandangannya tertuju pada kakaknya yang sedang memainkan sebuah keyboard portable kecil – hanya sepanjang dua oktaf.

"Kau benar-benar ingin masuk Kampus Howon, Seunghee?"

Seketika jemari Seunghee berhenti memainkan keyboard mungilnya. Tidak menduga pertanyaan itu akan terdengar dari mulut Seungmi.

"Apa maksudmu? Kenapa Howon-"

"Itu, stiker di keyboard-mu."

Dahi Seunghee mengerut. Spontan ia membolak-balikan keyboard-nya. Akhirnya ia menemukan sebuah stiker kecil salah satu sudut keyboard, bertuliskan 'Howon University'.

Gadis itu menelan ludah dalam-dalam, menyadari sesuatu. Sial, ternyata dia memberiku barang bekas.

"Oh, ya.. Tentu saja kampus Howon." Seunghee berusaha menimpali dengan nada sedatar mungkin. "Jurusan Musik-nya paling bagus dan terkenal di negeri ini, kan?"

"Ya. Kau benar-benar ingin sekampus dengan Changsub Oppa dan Hyunsik Sunbae, ya?"

Seunghee terdiam sejenak. "Ya.. begitulah. Saat pesta barbekyu kemarin, kami mengobrol dan mereka merekomendasikan kampus itu padaku. Bukannya bagus.. jika bisa satu kampus dengan para tetangga?"

Seungmi menelan salivanya dalam-dalam. Teruslah berpura-pura seolah kalian tidak akrab.

"Katanya, hanya lima dari dua ribu orang pendaftar yang bisa lolos ke sana. Kau pikir kau akan lolos dengan peluang nol koma dua lima persen itu, Oh Seunghee?" lanjut Seungmi.

"Aish, kau ini. Menakutiku saja." Seunghee berdecak. Ia melemparkan bantal kecil berbentuk karakter beruang Ryan ke arah adiknya. "Daripada mulutmu meracau tidak jelas, lebih baik lanjutkan sketsamu yang tidak selesai-selesai itu."

Seungmi mencibir ke arah Seunghee yang segera membaringkan dirinya di ranjang setelah melemparinya bantal. Ia masih heran mengapa orang tuanya masih menaruh mereka di satu kamar yang sama selama dua puluh tahun hidupnya, padahal mereka selalu ribut setiap harinya.

Matanya beralih pada keyboard mini yang masih dipeluk Seunghee. Keyboard mini yang dimiliki kakaknya satu minggu yang lalu. Katanya ia membelinya di toko online. Tentu saja itu kebohongan besar.

Sudah jelas, itu pemberian Hyunsik – barang yang ada di dalam paper bag tempo hari lalu.

"Dasar, tukang bohong." Seungmi menggerutu, sangat pelan.

B[L]ACKSTREETOn viuen les histories. Descobreix ara